Makan Konate Ceritakan Suka dan Duka 5 Tahun Berkarier di Indonesia
Selama lima tahun berkarier di sepak bola Indonesia, playmaker asing asal Mali, Makan Konate sudah berhasil mencuri perhatian publik
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Selama lima tahun berkarier di sepak bola Indonesia, playmaker asing asal Mali, Makan Konate sudah berhasil mencuri perhatian publik pecinta sepakbola Indonesia.
Makan Konate sudah memperkuat lima klub berbeda dan grafik penampilannya terus meningkat disetiap klub yang dibelanya.
Lima klub yang diperkuat Makan Konate adalah PSPS Pekanbaru (2012-2013), Barito Putera (2013), Persib Bandung (2014-2015), Sriwijaya FC (2018), dan Arema FC (2018-sekarang).
Bahkan di Liga 1 2019, Makan Konate sudah mengumpulkan 14 gol, 9 assist dan berhasil menjadi pencetak gol terbanyak Arema FC.
Jauh menengok ke belakang cerita sebelumnya, Makan Konate memiliki perjalanan panjang saat berkarier di sepak bola Indonesia.
Kepada wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana, Makan Konate menceritakan bagaimana proses perjalanan pertama kali bermain di klub Indonesia hingga memperkuat beberapa klub besar di Tanah Air.
Berikut petikan wawancara dengan Makan Konate dengan wartawan TribunJakarta beberapa waktu lalu.
Bagaimana awal pertama kali kamu datang dan berkarier di Liga Indonesia?
Saya pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 2012. Saat itu langsung memperkuat PSPS dan bermain selama 6 bulan disana.
Siapa orang yang pertama kali mengajak kamu main bola di Liga Indonesia?
Dulu yang pertama kali mengajak saya main di Indonesia adalah agen namanya Mamadou. Dia ajak saya ke sini. Dulu dia kasih tahu pelatih PSPS Pekanbaru, Mundari Karya. Lalu, Mundari karya langsung nonton saya bermain dan langsung ambil saya. Dia juga pelatih pertama saya di Indonesia.
Sudah banyak tim besar yang diperkuat, bagaimana proses perjalanan bermain di sepak bola Indonesia?
Saya pertama kali main di Indonesia bersama PSPS selama 6 bulan. Terus saya pindah ke Barito selama 6 bulan juga. Setelah itu tahun 2013 saya gabung ke Persib, lalu tahun 2014 saya berhasil bawa Persib juara. Setahun kemudian saya juga berhasil bawa Persib juara Piala Presiden. Setelah itu saya pindah ke Liga Malaysia bersama T Team dan main disana 2 tahun, waktu itu liga Indonesia bubar tidak ada kompetisi. Setelah itu, saya langsung gabung bersama Sriwijaya dan pernah bawa juara dibeberapa turnamen. Terus putaran kedua pindah ke Arema FC sampai sekarang.
Sebelum main di Indonesia, apa kamu sudah pernah tahu tentang Indonesia?
Saya belum pernah tahu. Saya tahun 2011 sampai 2012 main di Libya, klubnya Alakhdhar. Karena disana ada perang, saya putuskan kembali ke Mali. Setelah itu langsung ada tawaran dari Mamadou. Saya langsung datang ke sini.
Apa yang membuat kamu suka dengan sepak bola Indonesia?
Yang pertama, Indonesia itu negara muslim. Saya lihat banyak masjid. Kemana pun saya jalan selalu lihat masjid. Di Indonesia ada Liga 1, Liga 2, Liga 3, sampai tarkam (antar kampung) selalu ramai. Semua suporter disini sangat fanatik, jadi saya suka main di Indonesia. Orangnya tidak banyak rasis seperti Eropa. Ini negara muslim, ini seperti saudara semua.
Selama 5 tahun bermain di Indonesia, ada kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini?
Saya punya banyak kenangan di Bandung. Kenangan yang tak terlupakan itu saat bersama Persib karena berhasil membawa mereka juara.
Ke depannya, apa sudah ada keinginan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI)?
kalau ada tawaran WNI, saya akan tunggu konfirmasi agen dulu. Tapi, kalau saya belum pasti, karena saya sudah punya istri dari Afrika. Informasi yang saya terima kalau punya istri Indonesia bisa memperlancar proses naturalisasinya. Saya belum pasti kalau buat naturaliasi.
Di Indonesia kamu sudah memperkuat 5 tim (PSPS Pekanbaru, Barito Putera, Persib Bandung, Sriwijaya FC, dan Arema FC). Ada kesan atau pengalaman yang tak terlupakan saat main di 5 tim itu?
Semua tim bagus. Tapi saya punya banyak sekali kenangan bersama Persib, Arema, dan Sriwijaya. Karena bermain bersama klub mereka pernah merasakan juara. Saya punya banyak kenangan di tim itu.
Sekarang kamu di Arema FC, bagaimana penilaianmu tentang Malang?
Ya, suasananya juga sangat bagus sekali. Orang-orang disini semua suporter, wartawan sangat terbuka.
Di Arema FC, kamu berhasil tampil subur berhasil menciptakan 14 gol hingga pekan ke-26 Liga 1 2019. Apa kuncinya?
Saya datang ke Arema FC setelah dari Sriwijaya FC. Waktu main di Sriwijaya saya banyak cetak assist. Tapi saat di Arema rezeki lancar saya bisa cetak 14 gol dan 9 asist. Ini tahun kedua di Arema dan baru 26 pertandingan, liga juga belum selesai. Saya optimis bisa cetak banyak gol dan bisa maksimal bersama tim bisa bawa ke puncak klasemen.
Kamu sudah hampir 2 tahun di Malang. Ada makanan favorit disini?
Saya sangat suka bakso, sate. Tapi istri saya selalu masak makanan Afrika, jadinya saya makan itu.