Liga 1 Dihentikan, Legenda Sepakbola Indonesia dan Persija Soroti Kebijakan Tak Biasa PSSI
keputusan penghentian Liga 1 dan Liga 2 dibarengi kebijakan tak biasa yang dibuat PSSI. Hal itu disoroti Risdianto
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Legenda sepak bola Indonesia dan Persija Jakarta, Risdianto, menilai dihentikannya kompetisi Liga 1 dan Liga 2 karena pandemi virus Corona (Covid-19) merupakan langkah tepat.
PSSI memutuskan menghentikan sementara kompetisi sepak bola di Indonesia sampai tanggal 29 Mei 2020, dan menunggu perkembangan terbaru pandemi Covid-19.
Risdianto menyebut, langkah penghentian tersebut bertujuan untuk melindungi seluruh elemen di sepak bola dari terpaparnya Covid-19.
Seluruh pihak, kata dia, harus bisa mengerti situasi tersebut dan patuh pada apa yang telah diputuskan PSSI.
"Saya pikir ini memang harus dihentikan gara-gara corona. Tentunya sangat sedih, setidaknya mau main juga gak bisa dan itu wajar lah. Saya pikir semua harus menerima," kata Risdianto kepada TribunJakarta, Rabu (15/4/2020).
Pria yang akrab disapa Om Ris itu menjelaskan, jika kompetisi tetap dilanjutkan akan berbahaya dan rawan terpapar Covid-19.
Adanya penghentian sementara kompetisi merupakan langkah bagus yang diambil PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB).
"Masalahnya kalau dilanjutkan ke nyawa karena penyakit bisa menular. Makanya susah kalau dilanjutkan. Harus diterima semuanya," tambahnya.
Sementara itu, keputusan penghentian Liga 1 dan Liga 2 dibarengi kebijakan tak biasa yang dibuat PSSI.
PSSI mengizinkan setiap klub maksimal membayarkan 25 persen gaji dari nominal yang tertera dalam kontrak kerja dengan pemain.
Adanya keputusan tersebut merupakan jalan terbaik demi menyelamatkan kondisi keuangan tim-tim di Indonesia ketika tidak adanya pertandingan yang dijalani.
Menurut Risdianto, kondisi seperti saat ini sangat menyulitkan klub karena tidak ada pemasukan yang didapat.
"Saya sebenarnya tidak terlalu memahami permasalahan ini, tapi ini baru pertama kali terjadi di sepak bola Indonesia. Kalau misalkan klub harus bayar pemain normal pasti mati juga gak ada pemasukan. Sebenarnya klub bayar dengan kebijakan ini juga sulit. Jadi kita harus fair menilai situasi seperti ini," tegas Om Ris.
Di sisi lain, para pemain profesional seharusnya bisa mengerti dengan situasi sulit seperti yang sedang dirasakan saat ini.
Pemain jangan hanya minta dibayar dengan gaji normal. Hal tersebut bisa membunuh tim yang diperkuatnya karena tidak mendapatkan pemasukan.
"Sebagai pemain saya pikir harus menerima keadaan ini. Janganlah protes, semuanya juga susah karena corona ini. Klubnya juga susah cari uang, bayar ga ada pemasukan. Jadi pemain harus bisa mensyukuri dengan pendapatan yang masih didapat ini," tutur pria yang pernah memperkuat Persija era 1970-an tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.