Kisah Sendu Pelatih Kelahiran Singapura yang Terkunci Aturan Lockdown di India
Akbar Nawas dan Satyasagara bukan hanya harus hidup tanpa spageti goreng kesukaannya dengan ayam di bulan ramadan kali ini.
Penulis: Dwi Setiawan
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Akbar Nawas dan Satyasagara bukan hanya harus hidup tanpa spageti goreng kesukaannya dengan ayam di bulan ramadan kali ini.
Keduanya dipastikan juga tidak dapat berbuka puasa bersama keluarganya untuk pertama kalinya pada tahun ini.
Hal ini dikarenakan Akbar Nawas dan Satyasagara tengah terkunci aturan lockdown di India, tempat mereka bermukim.
Akbar Nawas sendiri merupakan pelatih kelahiran Singapura yang kini mengarsiteki klub asal India, Chennai City.
Baca: Kesibukan Saddil Ramdani Setelah Liga 1 Berhenti, Jaga Kebugaran hingga Bantu Sang Ibu
Baca: Rahasia Saddil Ramdani Jaga Kebugaran di Masa Pandemi: Perbanyak Makan Nasi Merah
Sementara, Satyasagara merupakan seorang kelahiran Singapura juga yang menduduki assisten pelatih klub tersebut.
India sendiri telah menerapkan aturan lockdown sejak 22 Maret lalu.
Penerapan aturan lockdown tersebut sebagai usaha untuk meminimalisir penyebaran virus corona.
Dilansir Straits Times, Akbar Nawas mengaku dirinya sekarang menjadi seorang vegetarian karena kehabisan bahan makanan berupa daging hingga ayam di tengah pemberlakuan lockdown oleh pemerintah setempat.
"Toko bahan makanan di lingkungan saya sudah kehabisan daging, tidak ada ayam, tidak ada makanan laut, saya telah menjadi vegetarian selama bulan ini," ungkap Akbar Nawas.
"Cokelat juga sudah sulit ditemukan dan kacang pun sudah terjual habis," lanjutnya.
Habisnya stok makanan daging yang ia miliki itu sebenarnya bukan karena dia tidak berbelanja.
Baca: Gaya Bermain Evan Dimas Jadi Idola Pemain Muda Persija Jakarta
Baca: Marc Klok: Bermain di Persija Membuat Karier Saya Meningkat
Karena memang aturan disana saat ini membatasi penduduk hanya boleh pergi dua kali keluar rumah dalam waktu seminggu.
Oleh karena itu, Akbar Nawas lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan menganalisis pertandingan sepak bola dan berekspresimen tentang taktik gila sepak bola.
Hal ini mengingat Akbar Nawas harus berdiam diri di rumah, serta terpisah dengan para staff dan anak asuhannya.