Bek PSIS Semarang Lakoni Latihan Sore Hari Selama Ramadhan, Dapat Berdampak Lemas & Pusing
Bek PSIS Semarang, Fredyan Wahyu memilih untuk berlatih mandiri di sore hari selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Bek PSIS Semarang, Fredyan Wahyu memilih untuk berlatih mandiri di sore hari selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
Meskipun demikian, selama menunaikan ibadah puasa, berlatih di sore hari memiliki dampak alias kekurangan jika tidak dilakukan dengan benar, yakni dapat berakibat pusing hingga lemas.
Akibatnya latihan yang dijalani tidak dapat berlangsung optimal.
Baca: Striker PSIS Semarang Hilangkan Dahaga dengan Kolak dan Es Buah saat Berbuka Puasa
Baca: Kabar Liga 1: Dua Penggawa PSIS Semarang Tekuni Dunia Bisnis Clothing Line
Fredyan Wahyu sendiri mengakui bahwa dirinya lebih memilih untuk melangsungkan latihan mandiri di sore hari.
Pemain yang menempati posisi sebagai bek sayap PSIS Semarang itu mengaku menyempatkan satu setengah jam sebelum berbuka puasa untuk melangsungkan latihan.
"Iya satu jam setengah sebelum berbuka puasa, saya prioritaskan untuk latihan, menjaga kondisi agar tetap bugar.
"Dan latihan ini juga program dari pelatih," terang Fredyan Wahyu seperti yang dikutip Tribunnews.com dari laman Tribun Jateng.
Selain melakukan latihan rutin seperti apa yang menjadi instruksi dari klub, nuansa Ramadhan dimanfaatkan oleh Fredyan Wahyu untuk fokus mendalami soal agama.
"Selain tetap menjaga kondisi, momentum ramadhan ini saya upayakan untuk menyibukkan diri dengan hal-hal yang berbau agama.
"Intinya fokus ramadhan, seperti itu," jelas pemain yang juga pernah berseragam Timnas Indonesia U-23 tersebut.
Sedangkan dalam kesempatan terpisah, Dokter tim PSIS Semarang, Alfan Nur Asyhar menuturkan, ada kekurangan dan kelebihan dalam setiap pemilihan waktu latihan saat di bulan puasa.
Seperti yang diketahui, PSIS Semarang memberikan pemilihan program latihan bagi pemainnya yang menunaikan ibadah puasa.
Yakni berlatih di sore hari menjelang berbuka puasa atau malam hari setelah buka puasa.
Namun dokter tim Mahesa Jenar yang akrab disapa Al itu menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari latihan yang dilakukan baik di sore maupun malam hari selama bulan puasa.
Menurut Al, jika melakukan latihan di sore hari, kelebihannya ia waktu yang berdekatan dengan saat buka puasa.
Sedangkan kekuarangannya, jika tidak dilakukan dengan seimbang, maka nantinya memiliki dampak pusing maupun lemas.
"Ada plus minusnya jika latihan sore maka waktu buka lebih dekat tetapi hati-hati disesuaikan kemampuan tubuh karena glukosa tubuh menurun di waktu tersebut, takutnya pusing, lemas, dan tidak optimal saat latihan," tegasnya seperti yang dikutip dari Tribun Jateng.
Latihan di sore hari juga membutuhkan pembagian intensitas yang tepat.
Akan memiliki dampak yang kurang bagus jika dalam satu kurun waktu, intensitas latihan langsung dicurahkan 100 persen.
"Sesuaikan dengan intensitas 50 persen di minggu pertama, lalu naik, 75 persen di minggu ke dua, lalu 100 persen setelahnya melihat sikon tubuh," ungkap dokter Al.
Sedangkan keuntungan melakukan latihan di malam hari, glukosa tumbuh telah kembali, dan kondisi akan stabil.
Namun kekurangannya, latihan malam dapat mengganggu siklus sirkardian atau pola istirahat.
"Jika malam maka keuntungannya glukosa tubuh sudah kembali normal dan lebih siap untuk latihan."
Baca: Penjaga Gawang PSIS Semarang, M Fadli Nostalgia saat Menunggu Buka Puasa Ramadhan
Baca: PSIS Semarang Pastikan Tidak Mengubah Program Latihan Mandiri Selama Bulan Ramadhan
Tetapi jika sampai mengganggu siklus sirkardian tadi maka efeknya juga tidak bagus untuk tubuh terutama imbasnya ke imunitas," jelasnya.
Apa yang dilakukan oleh Fredyan sendiri memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Diharapkan, jika menggelar latihan di sore hari mampu dilakukan secara berimbang dan tidak berdampak pada pusing hingga lemas yang dialami.
(Tribunnews.com/Giri)(TribunJateng/Franciskus Ariel Setiaputra)