Jadi Pelatih Sabah FA, Kurniawan DY Ungkap Perbedaan Kesejahteraan Atlet di Malaysia & Indonesia
Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia U23 ini berharap agar atlet yang telah berprestasi terutama meraih kepingan medali untuk lebih diperhatikan.
Penulis: Rochmat Purnomo
Editor: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Pelatih Sabah FA, Kurniawan Dwi Yulianto membahas kesejahteraan atlet antara di Malaysia dan negaranya Indonesia.
Legenda Timnas Indonesia ini pun menyebut atlet yang memiliki jasa besar di Malaysia kesejahteraannya telah diperhatikan oleh Pemerintah.
Pemerintah Malaysia menanggung kesejahteraan para atlet yang telah berjasa menyumbang prestasi dalam bentuk tunjangan setiap bulan.
Tak sampai disitu Pemerintah Negeri Jiran juga memberikan gelar kebangsawanan untuk para atlet yang berprestasi sebagai datuk.
Berkaca pada negara tetangga, mantan pemain Persebaya Surabaya ini meminta pemerintah Indonesia lebih memperhatikan atletnya.
Baca: Gelar Rapat Jarak Jauh Bersama FIFA, PSSI Minta Stadion Piala Dunia U20 Segera Ditentukan
Baca: Saksi Ungkap Serah Terima Uang Rp 400 Juta untuk eks Menpora Imam Nahrawi
"Di Malaysia mereka yang berjasa untuk negara lewat olahraga mendapat gelar datuk dan mereka mendapat tunjangan per bulan,"
"Tentunya, kita berharap di Indonesia demikian. Para atlet sendiri berjuang tanpa pamrih untuk negara, mereka butuh perhatian dari pemerintah," kata Kurniawan dikutip dari Kompas.com.
Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia U23 ini berharap agar atlet yang telah berprestasi terutama meraih kepingan medali untuk lebih diperhatikan.
"Kalau kita bicara pemain sepak bola profesional mereka memang harus bisa menghidupi diri mereka sendiri. Kalau berbicara tentang atlet dari cabor lain, tentunya perlu memberikan perhatian soal kesejahteraan mereka.
Terutama kepada para atlet yang telah berhasil menyumbangkan medali," tegasnya.
"Kalau sepak bola atau badminton dalam setahun bisa banyak event, tetapi atlet dari cabor lain yang dalam setahun hanya ada satu atau dua event itu yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah," tutupnya.
Pada pmberitaan sebelumnya, Kurniawan Dwi Yulianto juga memberikan pesan khusus kepada para pemain Garuda Select yang akan melanjutkan karier di Eropa.
Seperti diketahui saat ini masih ada 3 pemain Garuda Select jilid II yang berada di Inggris guna membahas kelanjutan kariernya.
Ketiga pemain itu yakni Amiruddin Bagus Kahfi, Brylian Aldama dan David Maulana yang masih berada di Brimingham, Inggris.
Terkhusus untuk Bagus Kahfi dirinya juga sedang menjalani masa pemulihan cedera dengan dipantau langsung oleh dokter profesional.
Baca: Best XI Timnas Indonesia Versi Pilar Garuda Select, Brylian Aldama
Baca: Tiga Alumni Garuda Select Promosi Perkuat Persib Bandung U-18
Melihat generasi muda yang akan mengepakan sayap di Eropa, Kurniawan meminta mereka untuk tetap total dalam mengembangkan kemampuan.
Mengembangkan kemampuan yang dimaksud yakni terutama teknik-teknik dasar seperti berlari hingga jenis latihan turut disoroti Kurniawan.
“Pemain muda harus memperhatikan koordinasi teknik lari yang lebih benar.
Karena dalam latihan basic level yang merupakan latihan komprehensif, bkan sekedar larinya, tapi juga sentuhan bola,” kata Kurniawan yang kini menjabat pelatih Sabah FA dikutip dari Surya.
Pelatih yang juga sukses menyumbangkan medali perak di SEA Games 2019 itu menambahkan, selama di Inggris mereka harus memanfaatkannya untuk menimba ilmu sebaik mungkin.
Hal itu dilakukan siapa tahu merupakan awal pintu rejeki untuk bermain di Eropa hingga mengharumkan nama Indonesia.
"Di sana para pemain muda Indonesia dapat dipantau oleh talent scouting dan direkrut oleh klub-klub di Inggris atau di negara lain Eropa jika mereka terus menempa diri dengan baik. Dalam sepak bola, tidak ada yang tidak mungkin.
"Bisa saja di sana mungkin mereka akan diamati oleh talent scouting. Bisa jadi itu menjadi rezeki mereka selama berlatih di sana,” ucapnya.
Selain itu, Kurniawan juga mengingatkan agar pemain tidak perlu merasa cemas karena tidak dapat pulang ke Tanah Air akibat pandemi corona.
“Jangan mikirin bosan atau homesick, tapi mereka perlu mikirin masa depan mereka. Ini kesempatan emas bagi para pemain muda di sana,” harapnya.
Baca: Curhatan 2 Pemain Barito Putera, Bagus Kahfi & David Maulana Jalani Puasa Ramadhan 17 Jam di Inggris
Baca: Ambisi Pemain Garuda Select, Kakang Rudianto, bersama Persib Bandung U18
Diberitakan sebelumnya, mimpi Brylian Aldama untuk berkarier di Eropa harus tertunda terlebih dahulu setelah merebaknya virus corona atau Covid-19.
Gelandang andalan Garuda Select tersebut masih belum kejelasan mengenai tim yang akan diperkuatnya.
Harapan bermain di Eropa tersemat setelah pemain kelahiran 23 Februari 2002 itu bekerja sama dengan agensi pemain sepak bola profesional.
Baca: Brylian Aldama Siap Berkompetisi di Eropa Soalnya Sudah Dua Kali Ikuti Program Garuda Select
Baca: Tiga Alumni Garuda Select Promosi Perkuat Persib Bandung U-18
Agensi pemain Forza Sports Group mengontrak Brylian setelah permainan ciamiknya terus ditunjukan bersama Garuda Select asuhan dari Dennise Wise selama 2 tahun terakhir.
Namun karena pandemi corona yang semakin meluas di daratan Inggris membuat mimpi gelandang berpostur 1,71 meter itu harus terganjal.
Kini Brylian sedang menunggu informasi lebih lanjut mengenai perkembangan terbaru nasibnya dari agensi Forza Sport Group.
"Progres saya belum tahu, gara-gara ada Corona ini. Nggak tahu kedepan bagaimana, kan sepak bola juga berhenti semua.
Saya berdoa saja lah ke depannya lancar," kata Brylian Aldama dikutip Tribunnews dari Tribun Jakarta.
Pemain jebolan Timnas Indonesia U-16 itu berharap ingin melanjutkan karier di kompetisi Liga Italia dan Liga Inggris.
Namun, peraturan ketat di kompetisi sepak bola Inggris sedikit menghambat karier Brylian Aldama.
"Kalau inginnya ya Liga Italia. Liga Inggris tuh ingin, apalagi main di Chelsea, cuma kan tidak bisa sekarang, Inggris kan ada peraturan, ranking FIFA kayak gitu-gitu," tutupnya.
Sementara itu selama di Inggris, Brylian bersama Bagus dan David harus menjalani puasa selam 17 jam dan berbeda saat berada di Indonesia yakni rata-rata hanya 13 jam.
Hal ini dikarenakan Benua Eropa memiliki intensitas siang hari yang lebih panjang dari Indonesia atau daerah khatulistiwa lainnya.
(Tribunnews.com/Ipunk) (Kompas.com/Suci Rahayu)