Bob Hippy: Jadi Sekjen PSSI tak Cukup Sekedar Tahu Sepakbola saja
PSSI belum menentukan siapa yang akan mengisi kekosongan Sekjen PSSI pasca sepeninggalan diri Ratu Tisha Destria yang mengundurkan diri waktu lalu.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga saat ini PSSI belum menentukan siapa yang akan mengisi kekosongan Sekjen PSSI pasca sepeninggalan diri Ratu Tisha Destria yang mengundurkan diri waktu lalu.
Menjadi Sekjen PSSI bukanlah sebuah pekerjaan mudah yang hanya berpatokan pada tim nasional, tetapi ada kemampuan khusus yang dimiliki oleh seorang Sekjen.
Seorang Sekjen PSSI pun seharusnya pilihan dari kandidat yang terbaik yang dimiliki oleh bangsa ini, khususnya yang berkecimpung di dunia sepak bola.
Bob Hippy, pengusaha sekaligus pernah aktif pada keorganisasian PSSI pada era 2011 hingga 2012 pun memberikan komentar beserta harapannya pada PSSI dalam memilih Sekjen.
"Kandidat harus benar-benar yang terbaik. Saya memandang ada tiga kemampuan khusus harus dimiliki kandidat sebelum menjadi Sekjen," ujar Bob kepada Warta Kota, Senin (8/6/2020) pagi.
Seorang Sekjen harus ahli dalam manajemen, paham tentang sepak bola, serta kemampuan bahasa atau komunikasi.
Dengan ketiga pengalaman di bidang tersebut, Bob meyakini PSSI akan dapat menyeleksi dan memperoleh kandidat yang akan duduk di kursi Sekjen.
"Bila salah satu dari ketiga itu tidak dimiliki kandidat maka lebih baik tidak. Para kandidat pun seharusnya mengetahui kemampuan dirinya dan tidak memaksakan diri seakan menyanggupi tanggung jawab sebagai Sekjen," tambahnya.
Keahlian manajemen akan sangat membantu PSSI dalam melaksanakan programnya sesuai dengan target.
Paham tentang sepak bola berarti mengetahui fondasi sepak bola secara benar, dari grass root hingga senior. Sedangkan kemampuan bahasa, diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi dengan federasi di AFC dan FIFA, serta mengkomunikasikannya dengan baik di PSSI.
"Penting sekali kemampuan bahasa (komunikasi). Jangan sampai apa yang disampaikan AFC dan FIFA dirubah sesampai di PSSI dengan versi sendiri akibat ketidakpahaman maksud yang disampaikan kedua federasi tersebut. Bisa sangat berbeda pengaplikasiannya, dan terjadi kesalahpahaman. Jadi informasi yang diperoleh harus tepat penyampaiannya" terangnya.
"Seyognyanya, itu dapat dijadikan sebagai dasar melakukan pencarian kandidat Sekjen," sambung Bob.