Kesadaran Pemain Indonesia Tentang Perannya Fisioterapi Jauh Meningkat Dibandingkan Lima Tahun Silam
Lutfinanda Amary Septiandi mengatakan kesadaran pemain Indonesia tentang perannya fisioterapi jauh meningkat dibandingkan lima tahun silam.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Lutfinanda Amary Septiandi, fisioterapi PSS Sleman, yang juga mantan fisioterapi Timnas Indonesia, dan Borneo FC, mengatakan kesadaran pemain Indonesia tentang perannya fisioterapi jauh meningkat dibandingkan lima tahun silam.
Lutfinanda yang berlisensi FIFA Diploma in Football Medicine, menjelaskan pemain mulai memikirkan target lamanya berkarir di sepak bola, serta waktu untuk meraih top lever bermainnya.
"Saat ini fisioterapi sering juga melakukan sesi diskusi bersama pemain. Selain itu dalam pengalaman saya di seminar nasional, beberapa pelatih juga mengikutsertakan fisioterapi sebagai salah satu instruktur di sesi tersebut, dan menjelaskan bagaimana peran fisioterapi saat ini," ujar Lutfinanda kepada Warta Kota, Rabu (17/6/2020) kemarin.
Saat ini, pemain sudah teredukasi dan mulai mendengarkan saran dari fisioterapi saat mengalami cedera maupun proses pemulihan.
Lutfi mengatakan, ketika pemain cedera, ada proses yang harus dilalui, dimana ada struktur jaringan yang rusak, maupun pendarahan di dalam cedera tersebut walaupun tidak terlihat keluar.
"Yang bisa dilakukan saat cedera awal adalah istirahat, diberi pendinginan menggunakan es, atau di kompres, dan elevasi. Kondisi cedera awal, pemain tidak bisa di urut, atau diberikan alkohol pada lukanya maupun bergerak aktif, semuanya harus di cek terlebih dahulu," paparnya.
Biasanya es dianjurkan karena itu masuk dalam penanganan cedera akut. Ada pun pijitan atau urut hanya berguna untuk memberikan efek sembuh sementara, sehingga besar kemungkinan akan kambuh kembali.