Hadi dan Fakhri Pilih Latih SSB Garec's, Mereka Berdua Jebolan SAD Uruguay Angkatan 2011
Baik Hadi dan Fakhri, keduanya hampir memiliki jalan serupa dalam meniti karir, selain bersahabat, keduanya seakan patner tak terpisahkan dalam satu p
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Mungkin pecinta sepak bola mengenal nama-nama Wawan Febrianto pemain Persikabo 1973, Antoni Putro Nugroho pemain PSS Sleman, Teja Paku Alam, kiper Persib Bandung.
Semuanya adalah sosok jebolan SAD Uruguay tahun 2011 bersama dengan dua pelatih SSB Garec's Hadi Wibowo, dan Fakhri Rasyid.
Namun, nasib yang berbeda harus diterima oleh keduanya. Cedera lutut membuat keduanya pensiun dari sepak bola dan hanya melatih di SSB yang dulu membesarkan mereka.
Baik Hadi dan Fakhri, keduanya hampir memiliki jalan serupa dalam meniti karir, selain bersahabat, keduanya seakan patner tak terpisahkan dalam satu pertandingan.
Hadi Wibowo, posisi striker kelahiran Bojong, 7 Juni 1994 memulai bermain bola di Garec's hingga usia 13 tahun.
Pada tahun 2009, Hadi dipanggil untuk membela Perseba Bangkalan, Jawa Timur U-15 di piala Medco dan keluar sebagai juara di tingkat nasional.
Penampilan di kejuaraan Medco membuatnya dipanggil seleksi timnas U-16 tahun 2009 pada kualifikasi Piala AFC dibawah arahan Bambang Nurdiansyah dan lolos.
Ia pun menjadi skuat timnas U-16 tahun 2009, hingga tahun 2010 di piala AFF U-16.
Ia turut pula menjadi skuad DKI Jakarta saat juara I piala suratin tingkat nasional.
Prestasinya membuat Hadi ditawarkan seleksi untuk masuk SAD Uruguay di tahun 2011 dan berhasil lolos. Ia pun menjalani pendidikan selama dua setengah tahun di Uruguay.
Pada tahun 2014, ia bermain untuk Persija U-21, namun cedera lutut membuatnya memilih pensiun menjadi pemain.
"Saya tidak bisa memaksakan, untuk cek ke dokter juga saya tidak berani. Tapi memang jalan saya berbeda," ujar Hadi kepada Warta Kota, Rabu (8/7/2020) dengan raut sedih.
Ia pun mencoba untuk membantu mimpi anak-anak SSB Garec's dalam mewujudkan mimpi menjadi pesepak bola dengan menjadi pelatih.
Cerita hampir sama pun dialami oleh Fakhri Rasyid, semasa aktif bermain, ia berposisi sebagai gelandang baik di Perseba Bangkalan maupun di timnas U-16 tahun 2009 hingga 2010.
Fakhri yang kelahiran Jakarta 8 januari 1994 kini menjadi pelatih karena terkuburnya mimpinya menjadi pemain akibat cedera ACL (lutut) di tahun 2014.
"Mungkin tidak bisa jadi pemain. Tapi saya bertekad bisa menjadi pelatih," ungkapnya.
Mengoleksi lisensi C AFC, Fakhri bertekad untuk memperdalam ilmunya hingga A Pro nantinya.