Taktik Frank Lampard di Chelsea, Jadi Alasan Buruknya Performa Kepa Arrizabalaga di Liga Inggris
Kepa Arrizabalaga dalam sorotan usai penampilan buruknya bersama Chelsea, tetapi taktik Frank Lampard juga memiliki andil terhadap performa sang kiper
Penulis: Gigih
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Pro dan kontra kehadiran Kepa Arrizabalaga sebagai penjaga gawang utama dari Chelsea kembali mencuat.
Melakukan satu blunder fatal berujung gol dari Sadio Mane, dalam laga big match Chelsea vs Liverpool, kiper asal Spanyol ini kembali dalam sorotan tajam.
Penampilannya dianggap masih tidak setimpal dengan dana yang dikeluarkan Chelsea untuk menebus sang kiper dari Athletic Bilbao 3 musim lalu.
Baca: Hasil Pertandingan dan Klasemen Sementara Liga Inggris Pekan Kedua
Baca: Chelsea Bakal Meresmikan Rekrutan Baru Lagi dalam Waktu Dekat
Masalah pengambilan keputusan, penempatan posisi dan insiden kala menolak digantikan dalam laga Piala FA, menjadi penyebab posisi kiper utama milik Kepa Arrizabalaga di Chelsea makin menjadi pertanyaan.
Posisi Kepa Arrizabalaga makin dipertanyakan, apalagi usai Frank Lampard mendatangkan kiper berusia 28 tahun, Édouard Mendy dari Rennes.
Belum lagi penampilan Willy Caballero yang dianggap masih lebih baik dari Kepa Arrizabalaga, rasanya kian sulit bagi kiper Timnas Spanyol ini mendapatkan tempat di tim utama.
Namun, hal yang paling membuat posisi Kepa Arrizabalaga kian terancam, adalah taktik Frank Lampard musim ini.
Michael Cox dari The Athletic dan Jonathan Wilson dari The Guardian, memberikan statistik yang menjelaskan bagaimana beratnya beban penjaga gawang dalam taktikal ala Frank Lampard.
Scott Carson, penjaga gawang utama Derby County di musim 2018/2019, menjelaskan peran kiper dalam skema Frank Lampard tidaklah mudah.
Kiper tidak hanya dituntut membangun serangan, tetapi mengamati bagaimana tim menyerang, sekaligus melakukan koordinasi kedua fullback dalam menempatkan posisi.
Kiper juga sebisa mungkin menguasai bola dan bukan hanya melakukan umpan direct, kiper juga harus bisa memancing pemain lawan untuk menekan hingga kotak penalti.
Tujuannya? untuk menciptakan posisi dimana satu pemain bisa menerima umpan dengan baik dan memudahkan tim melakukan serangan.
Dampaknya, adalah kiper sulit berkonsentrasi dengan tekanan dari lawan, dan membagi fokus antara menyerang dan juga bertahan.
Statistik Scott Carson, tampil 34 kali bagi Derby County musim lalu, rasio penyelamatannya? 66,75 persen.
Catatan ini mungkin cukup baik, tetapi dibandingkan perjalanan karirnya, rasio tersebut adalah yang terendah, sebelumnya catatan terendah Scott Carson adalah 71,5 persen saat memperkuat West Brom, dimana ia mengemas 110 penampilan.
Situasi juga makin tidak menguntungkan bagi Kepa dan Caballero bersama Chelsea.
Musim lalu, Kepa mencatatkan rasio penyelamatan sebesar 54,5 persen, catatan paling rendah seorang kiper sejak 2003/2004.
Catatan tersebut turun dibandingkan musim sebelumnya dengan 67,5 persen, sedangkan selama berseragam Athletic Bilbao, rasio penyelamatan kiper asal Ondarroa ini tidak pernah kurang dari 68 persen.
Situasi sama juga dialami Willy Caballero, musim lalu dalam 5 penampilan ia mencatatkan rasio penyelamatan sebesar, 56, 3 persen.
Catatan itu turen dibandingkan rata-rata karirnya sebesar 71 persen, bahkan di Malaga dimana Caballero menjadi kiper utama, catatnnya masih berkisar di antara 72 persen.
Kedatangan Édouard Mendy bisa dipastikan masih belum akan menyelesaikan masalah utama di pertahanan Chelsea, pun dengan kehadiran Thiago Silva.
Musim lalu saja, The blues kebobolan 54 gol, catatan kebobolan terbanyak dari tim 5 besar, can bahkan catatan tersebut menyamai Brighton and Hove di posisi ke-15.
Maka, masalah Chelsea bukanlah di pertahanan ataupun bagaimana kiper gagal menyelamatkan gawangnya, tetapi bagamana skema Frank Lampard, membuat pertahanan Chelsea rapuh.
Dan tentu, beban berat masih akan dipikul Kepa Arrizabalaga, dengan usia yang masih 23 tahun, tentu tidak mudah menghadapi tekanan dari berbagai pihak akan penampilannya.
(Tribunnews.com/Gigih)