Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru: 20 Persen Penonton Bisa Nonton Langsung di Stadion
PT Liga Indonesia Baru menyiapkan sejumlah rencana untuk membantu klub sekaligus merapatkan barisan sebelum kompetisi dilanjutkan pada Februari 2021.
Editor: Dewi Agustina
PANDEMI Covid-19 memaksa kompetisi sepak bola Liga 1 dan Liga 2 Indonesia batal dilanjutkan tahun ini.
PT Liga Indonesia Baru, selaku operator kompetisi mengaku sudah mengerahkan segala upaya agar liga bergulir lagi. Namun mereka terpaksa gigit jari karena Polri tak mengeluarkan izin keramaian.
Tak ingin berlarut-larut, PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyiapkan sejumlah rencana untuk membantu klub sekaligus merapatkan barisan sebelum kompetisi dilanjutkan pada Februari 2021 mendatang.
Sebelumnya, liga semula dijadwalkan bergulir pada Oktober 2020 lantas mundur sebulan pada November kemudian diputuskan ditunda lagi hingga Februari 2021.
Kepada wartawan Warta Kota (Tribunnetwork) Rafsanzani Simanjorang, Direktur Utama PT LIB Ahmad Hadian Lukita membahas rencana pihaknya di masa-masa vakumnya kompetisi.
Berikut petikan wawancara dengan Hadian yang berlangsung di Menara Mandiri II, Jalan Jenderal Sudirman No 5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/11/2020) siang.
Baca juga: Reaksi Keras Netizen Saat Tahu Klub di Liga Indonesia Mulai Dekati Jack Brown
Tantangan apa yang dihadapi PT LIB dan PSSI sehingga berkali-kali menunda kompetisi?
Kondisi pandemi ini menjadi tolok ukur kami dalam menjalankan kompetisi sebab kompetisi saat ini tidak bisa dilanjutkan secara normal.
Tentunya harapan para penggemar yang ingin menonton sepak bola juga menjadi unsur yang tidak bisa dilakukan.
Liga ini harus ada karena menyangkut tentang ekosistem sepak bola di Indonesia, juga dengan terlibatnya unsur-unsur lain seperti meningkatkan kesehatan masyarakat dengan adanya kegembiraan akan hiburan sepak bola, roda ekomomi turut terbantu.
Dari sisi olahraga tentu tidak terlepas dari persiapan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 (tahun 2021).
Dari sisi PSSI dan kami, PT LIB sudah mencoba menerapkan berbagai hal menyangkut menghindari risiko-risiko akibat Covid-19, seperti membuat protokol kesehatan di mana kami membuat Satgas Khusus, dan berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 nasional.
Tapi di sisi lain, otoritas keamanan yaitu pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia punya pertimbangan-pertimbangan lain, mungkin berbagai agenda nasional, atau hal lain di mana mereka juga mencoba menekan agar tidak ada penambahan jumlah korban terpapar Covid-19. Kami tentu harus menghormati keputusan mereka.
Bagaimana PT LIB menyikapi klub-klub yang meminta kompetisi segera digulirkan?
Ini memang yang kami pikirkan, bagaimana kompetisi harus jalan. Kami melihat adanya perkembangan liga-liga di luar Indonesia yang sudah berjalan.
Baca juga: Pemain Muda dari Brasil yang Tinggalkan Arema FC Masih Berharap Bermain di Liga Indonesia
Dan di Asia Tenggara mungkin hanya Indonesia yang satu-satunya liganya tidak berjalan. Kami juga melihat usaha dari setiap klub-klub yang telah mempersiapkan diri, baik latihan tim, uji coba, mengontrak pemain, dan lainnya.
Dampaknya kepada klub tentu kami ketahui. Kami juga berharap jangan sampai klub-klub ini mati suri yang akan berdampak pula untuk hal lainnya.
Sepak bola Indonesia sehat, liganya harus sehat, liganya sehat, klub-klubnya juga sehat. Klub sehat pemain juga harus sesuai. Klub tentu bicara bisnis juga.
Jika tidak ada liga, maka klub pun akan kesulitan menghidupi timnya. Kami PT LIB dan PSSI juga secara personal merasakan kesedihan dengan situasi ini, klub tidak bisa hidup secara normal, dan kami berusaha untuk menghidupkan kompetisi ini, tapi memang belum waktunya.
Apa sikap PT LIB menanggapi klub-klub yang menyuarakan banyak menanggung kerugian?
Kami sudah menunjukkan kepada seluruh pemangku kepentingan di sepak bola (stakeholder) bahwa kami berusaha menghidupkan kompetisi.
Kami dapat kabar dari PSSI bahwa FIFA juga melihat ini. Kami menyadari jika kami tak punya kepastian tanggal kick off itu akan menjadi pertimbangan sendiri di mana sepak bola memang tidak berjalan.
Kami berupaya di 1 November (2020) lalu, tapi memang tidak mendapatkan izin. Kalau Desember ada kesulitan tersendiri karena ada agenda nasional, Natal, ada tahun baru juga.
Baca juga: Pemain Asing Persebaya Sebut Liga Indonesia Lebih Kompetitif dari Australia, Ini Alasannya
Kami mencoba menggelar di Januari tetapi setelah koordinasi dengan klub, kesiapan menjelang liga butuh sebulan, jadi itulah alasan mengapa kami memilih untuk melanjutkan kompetisi di Februari 2021.
Tapi ya kembali, bahwa kami berusaha mendapatkan izin dengan pasti. Jika kami tidak berusaha, tentu izin tidak keluar.
Mudah-mudahan tidak ada lagi agenda-agenda nasional. Mudah-mudahan juga pandemi Covid-19 melandai, serta vaksin sudah ada.
Dengan adanya vaksin tentu pemain dapat bermain dengan leluasa. Dan jika vaksin telah ada, penonton pun akan kami pertimbangkan.
20 persen bisa hadir di stadion pun sudah membantu klub. Kami juga memikirkan itu, memikirkan klub-klub. Tentu ada subsidi juga.
Memang subsidi ini tidak bisa memenuni semuanya. Tapi minimal ini bisa membantu hingga kompetisi dapat berjalan nantinya.
Format dan regulasinya seperti apa?
Kami sudah koordinasi dengan PSSI. Kami melihat agenda olahraga di tahun 2021, Piala Dunia yang masih on schedule. Tapi kami mencoba juga kondisi yang paling normatif yakni pada Februari hingga Juni atau Juli (2021).
Formatnya melanjutkan (liga). Itu sesuai perintah PSSI yakni (kompetisi bernama) Shopee Liga 1 2020/2021.
Memang kami juga berpikir bagaimana jika Piala Dunia on schedule, mungkin ada reschedule, jika diundur maka akan jalan terus. Formatnya tetap kompetisi.
Baca juga: Egy Maulana Vikri Makin Dipercaya Pelatih Lechia Gdansk, Diminta Tak ke Liga Indonesia
Soal regulasi ada di PSSI tapi kami akan melakukan apapun sesuai regulasi. Kemungkinan ada perubahan, baik soal transfer pemain, di mana kontrak pemain juga hampir kebanyakan hingga Desember 2020. Nanti kami akan bahas lagi.
PT LIB memberikan subsidi ke klub. Lantas bagaimana PT LIB menjalankan roda ekonomi organisasi?
Kondisi ini memang berat. Kami pun membuat penghematan di segala hal. Tidak elok kami menjalankan secara normal saat klub juga kondisi sedang prihatin sama dengan kami.
Saat rapat internal manajemen PT LIB, kami mengencangkan ikat pinggang, artinya kami melakukan penghematan. Itu program utama sambil kami merencanakan kompetisi.
Contohnya perubahan di pelatihan, gathering, rapat kerja, penundaan karyawan untuk mendapatkan lisensi, semua kami hemat saat ini.
Memang kami tidak ada pemasukan sebab kompetisi tidak jalan dan komitmennya sponsor juga ada pemasukan jika kompetisi berjalan. Ini tentu sebuah kerugian. Tapi kami akan berusaha dengan berbagai cara.
Kami juga ada jaringan untuk membantu karena kami yakin Februari (2021) liga berjalan. Walau izin belum keluar, keyakinan ini yang kami jaga. Begitu pula untuk semuanya. Dengan sponsor kami masih berdiskusi.
Ke depannya juga akan kami adakan pertemuan. Intinya kami ada saling ketergantungan bahwa jika tidak ada sepak bola maka industri yang berhubungan dengan sepak bola akan terganggu.
Sepak bola adalah sesuatu yang menarik bagi industri ini. Tentu kami ingin bersama-sama menghidupkan industri ini.
Klub sering mengeluhkan keterlambatan pencairan subsidi. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Memang di dalam ini rangkaiannya seperti efek domino. Dari industrinya juga terganggu, mudah-mudahan tidak kolaps. Jika boleh dibilang, kondisi PT LIB sedang lemas dan jangan sampai runtuh ya.
Kami mencoba saling meyakinkan bagaimana meningkatkan imun dulu. PSSI juga kondisinya terganggu karena sepak bola tidak jalan, operator pun akan terkena efek, klub juga, dan pemain.
Jadi semuanya perlu untuk mengencangkan ikat pinggang. Mari semuanya pelan-pelan membangun lagi ekosistem ini.
Jika sampai mati, maka akan sulit untuk menghidupkan. Satu generasi bisa hilang, dan jika itu terjadi, menurut saya, federasi butuh 20 tahun lagi untuk sama seperti liga-liga yang lain. (eko/m21)