Pemilik SSB D16 Tak Anggap Kesulitan Dana Sebagai Bentuk Duka Mendirikan SSB
Tak seperti pemilik sekolah sepak bola pada umumnya, Muhammad Kurdinal, pemilik SSB D16, tak menganggap kesulitan dana sebagai bentuk duka dalam SSB.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Tak seperti pemilik sekolah sepak bola pada umumnya, Muhammad Kurdinal, pemilik SSB D16, tak menganggap kesulitan dana sebagai bentuk duka dalam SSB.
Kurdinal, sebelum mendirikan SSB di Februari 2019 lalu, paham betul bahwa dirinya harus berkorban demi menyediakan wadah untuk membina anak-anak jadi pesepak bola.
Ditambah dirinya adalah sosok penggila bola, dirinya fokus pada tujuan akhir SSB bukan pada hitung-hitungan bisnis.
"Suka duka itu tergantung sudut pandang masing-masing. Bagi saya, sudah tahu di awal bahwa ada pengorbanan yang mesti saya lakukan demi mendirikan SSB. Dan kesulitan, misalnya anggaran, bukan sebuah duka bagi saya," ucapnya, Sabtu (5/12/2020).
Bahkan, terang-terangan, dirinya pernah menjual motor Ninja 250 kala mendirikan SSB.
Bukan di anggaran, duka kala mendirikan SSB justru pernah dia alami di bagian non teknis, dimana dirinya pernah mengalami kesulitan karena di Tangerang ia pernah dianggap hanya sebagai sosok pendatang (dari Palembang).
"Tapi karena niat saya baik, akhirnya semua ada jalannya," tambahnya.
Lantas saat ini, dirinya mengatur manajemen SSB sebaik mungkin dan turut mengakomodir orang tua siswa lewat grup di sosial media, dimana di dalamnya kadang kala ia mengundang orang tua siswa untuk bertukar pikiran.
"Fokusnya membina anak-anak. Jika mereka berhasil, itulah kebahagiaan saya. Dan saya akan merasa puas serta pengorbanan sebanding, jika salah satu dari mereka bisa menjadi pesepak bola profesional," tutupnya.