False 9 AC Milan Sukses Jinakkan Sassuolo, Leao Mengkilap & Omong Kosong soal Ibrahimovic-Sentris
Skema false 9 yang dimainkan AC Milan kala bersua dengan Sassuolo ternyata sukses besar, soal sebutan Zlatan Ibrahimovic-sentris ialah omong kosong.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - Skema permainan false nine yang diterapkan AC Milan pada laga melawan Sassuolo terbukti sukses besar, Minggu (20/12/2020),
Tersaji di Stadion Mapei, AC Milan berhasil menjinakkan Sassuolo lewat skor 1-2.
Dua gol yang dilesakkan Alexis Saelemaekers dan Rafel Leao menjadi bukti bahwa sebutan Zlatan Ibrahimovic-sentris hanyalah omong kosong belaka bagi AC Milan.
Baca juga: Gegara Ludahi Bek Lawan, Pemain Incaran AC Milan Ini Diganjar Larangan Main & Denda Rp 2,6 Miliar
Baca juga: Darurat Lini Tengah AC Milan Bisa Bikin Calhanoglu jadi Regista Dadakan, Pioli Wajib Putar Otak
Adapun Neroverdi (julukan Sassuolo) mampu mencetak gol hiburan lewat kaki Domenico Berardi.
Uniknya pada laga tadi malam, AC Milan menggunakan skema false nine, meskipun dalam formasi aslinya nama Rafael Leao ditugaskan sebagai ujung tombak penyerangan tim.
Namun pada praktik di atas lapangan, penyerangan AC Milan tak hanya bertumpu kepada pemain asal Portugal itu.
Cairnya pergerakan lini depan Rossoneri menjadi kunci sukses Rossoneri mempertahankan puncak klasemen Liga Italia lewat raihan tiga poin.
Pengertian false nine sendiri adalah memainkan formasi tanpa penyerang murni.
Karakteristik false nine ini memang berbeda dengan striker target man yang berbadan besar dan menunggu bola di depan dengan tugas hanya untuk mencetak gol.
False nine lebih bertugas untuk membuka ruang, menjemput bola serta memberi pressure bagi penyerang lawan.
Pada kasus yang diterapkan oleh Stefano Pioli, AC Milan bermain tanpa striker murni.
Pergerakan bebas terbukti dilakukan oleh Rafael Leao, Hakan Calhanoglu, Jens Petter Hauge, maupun Alexis Saelemaekers.
Di gol pertama yang dilesakkan oleh AC Milan menjadi bukti bagimana Leao secepat kilat menyerobot penguasaan bola tuan rumah dan menyisir dari sisi sayap kiri permainan mereka.
Kemudian beberapa kali Brahim Diaz dan Hakan Calhanoglu secara tiba-tiba menjadi ujung tombak penyerangan tim ketika Leao membuka posisinya menjadi winger.
Hal serupa juga dilakukan kala Jens Petter Hauge dimasukkan oleh Pioli.
Ketika proses penyerangan AC Milan berlangsung, Leao memilih untuk membuka posisi ke sayap kiri.
Sedangkan Hauge yang diplot di posisi sayap berimprovisasi memilih untuk bermain ke tengah mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Leao.
Apa yang dilakukan oleh striker AC Milan itu juga dipraktikkan oleh Hakan.
Calhanoglu beberapa kali memilih untuk menyisir sisi sayap kanan dan memberikan Alexis Saelemaeker (Samu Castillejo) bermain sedikit ke tengah.
Apa yang dilakukan oleh AC Milan itu merupakan alternatif dari ketiadaan seorang Zlatan Ibrahimovoic.
Pada biasanya, ketika Ibra bermain, posisi target man jelas menjadi kekuasan mutlak baginya.
Namun ketika pemain 39 tahun itu absen akibat mengalami cedera, ketumpulan di lini serang pun terjadi.
Ante Rebic yang sempat dipercaya mengemban tugas dari Ibra bermain tak maksimal.
Pioli pun kemudian memutar otak untuk merubah cara bermainnya sekalipun mempertahankan formasi awal.
Hasilnya dapat dilihat pada pertandingan Sassuolo vs AC Milan di Giornata 13 Liga Italia.
Paham false nine sendiri menuntut pemain yang berposisi di lini serang bermain sefleksibel mungkin.
Mereka sebisa mungkin bergerak ke segala arah mengikuti pola permainan.
Adanya false nine juga akan membuat pemain bertahan lawan menjadi kebingungan karena peran pemain di posisi ini yang berbeda dengan penyerang
Stefano Pioli pun mengamini apa yang dimainkan timnya saat berhasil menggulung Neroverdi.
"Kami di laga hari ini nyaris bermain tanpa striker, Calhanoglu dan Brahim Diaz berada di lini tanpa acuan sama sekali," terangnya dikutip dari laman Sempre Milan
"Tim yang kuat tahu bagaimana beradaptasi dengan karakteristik mereka yang mengambil lapangan tanpa kehilangan identitas dan karakteristik."
Apa yang diungkapkan oleh Pioli merupakan fakta yang menunjukkan bahwa Rossoneri tetaplah kesebelasan yang mengusung permainan menyerang.
Ada dan tiadanya Ibrahimovic di atas lapangan membuktikan mereka tetap tim yang 'gila' akan merobek jala tim lawan.
AC Milan sempat mendapatkan klaim bahwa mereka terlalu Ibrahimovic-sentris.
Wajar saja, dari 29 lesakan yang mereka bukukan di Liga Italia musim ini, Ibra mencetak 10 gol.
Namun dengan kemenangan di laga melawan sassuolo, stigma mengenai ketergantungan pada Ibra mulai terkikis.
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Direktur Olaharga AC Milan, Ricky Massara.
“Cedera Ibra? Tidak ada yang berubah. Kami yakin kami memiliki skuat yang sesuai dengan tugas itu, dengan banyak opsi berbeda, ”kata Massara dikutip dari laman Sempre Milan
“Skuad telah menunjukkan bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik tanpa Ibrahimovic."
Raihan tiga poin di laga tandang AC Milan ke Emilia Romagna menjadi bukti bagaimana pandangan mengenai Zlatan Ibrahimovic-sentris adalah omong kosong belaka.
Penampilan mengkilap juga ditorehkan oleh Leao.
Golnya pada detik ke-6 sejak peluit babak pertama dibunyikan menjadi sejarah baru bagi Liga Italia.
Ia menjadi pemain tercepat dalam melesakkan gol.
(Tribunnews.com/Giri)