Para Pemain Berdarah Eropa Bersedia Bela Indonesia, Eks-Timnas Lontarkan Kritik Menohok ke PSSI
Sikap abai itu terkait berlarut-larutnya persoalan naturalisasi Sandy Walsh, Kevin Diks, dan Ezra Walian.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Buka hatimu, buka pikiranmu, mereka (pemain keturunan) punya kesempatan untuk membela tanah leluhur mereka, darah yang tak bisa dihapus, mereka juga Indonesia," tulis Jhonny seperti dilansir Bolasport.com.
"Ini khusus untuk Bapak Indra Sjafri, mereka juga Indonesia," tandasnya.
Belum diketahui secara pasti apa maksud Jhonny menujukan kritiknya pada Indra Sjafri.
Jhonny sendiri merupakan seorang pemain naturalisasi yang pernah memiliki kesempatan membela timnas Indonesia.
Baca juga: Dulu Gampang Jatuh, Pemain Timnas Indonesia Kini Bisa Bikin Pemain Thailand Mental Saat Adu Bodi
Hal itu terjadi tepatnya pada gelaran Piala AFF 2012.
Saat itu, Jhonny van Beukering termasuk satu dari tiga pemain keturunan Belanda yang ikut memperkuat timnas Indonesia pada 2012.
Bersama Tonnie Cussel dan Raphael Maitimo, Van Beukering mengikuti program naturalisasi dari PSSI supaya bisa masuk skuad Merah Putih.
Keberadaan Jhonny di timnas Indonesia sejatinya sempat menuai polemik lantaran dinilai postur tubuhnya terlalu gendut.
Baca juga: Vietnam Terkenal Keras Main Libas, Shin Tae-yong: Pemain Timnas Indonesia yang Cedera Sudah Sembuh
Memang, saat itu pria berdarah Belanda ini memiliki bobot mencapai 95 kg.
Alhasil, Jhonny juga tidak banyak mendapat menit bermain karena permasalahan ini.
Selepas dari timnas, Van Beukering memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya setelah tak ada satu pun klub Indonesia yang mau menampung.
Di Belanda, Van Beukering tercatat pernah membela beberapa klub seperti MASV Arnhem dan SC Veluwezoom.
Baca juga: Jelang Timnas Indonesia Vs Vietnam, Egy Maulana Cedera Bahu, Witan Sulaeman Salah Tumpuan
Namun, nasib nahas menimpanya usai terlibat keributan dengan pemain dan suporter klub DVC'26 di Piala KNVB pada 2015
Van Beukering yang saat itu bermain untuk SC Veluwezoom akhirnya diberi larangan beraktivitas di dunia sepak bola dan dikenai denda sebesar 150 euro.
Ia kemudian memilih gantung sepatu pada 2019 dan meniti karier sebagai pelatih.