Simon Kjaer, Tembok Kokoh AC Milan, Tolak Real Madrid dan Pujian dari Baresi hingga Pioli
Simon Kjaer, dari kambing hitam Denmark, jadi Pahlawan di Euro 2021, Dipuji Legenda AC Milan
Penulis: Gigih
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Kualifikasi Piala Dunia 2014, Denmark gagal lolos ke Piala Dunia.
Dua tahun setelahnya, atau Euro 2016, Denmark kembali gagal lolos, dan membuat Morten Olson mengundurkan diri sebagai pelatih setelah 15 tahun.
Morten Olsen secara terbuka menyebut, Simon Kjaer adalah alasan kegagalan Denmark lolos ke Piala Dunia 2014 dan Euro 2016.
Kritik itu, membuat Kjaer menjadi sasaran media dan supporter Denmark.
Baca juga: Masalah Inter Milan dan Sunning Group, Lepas Hakimi hingga Romelu Lukaku, Ambisi Semu Steven Zhang
Baca juga: Transfer Rumit Dzeko - Tammy Abraham Bikin Inter Milan, AS Roma dan Chelsea Pusing
“Selalu ada kambing hitam, dan saya memiliki peran itu untuk suatu periode," buka Kjaer di laman Tipsbladet
"Morten Olsen pernah berkata bahwa saya bukan teman terbaik dengan bola. Di Denmark, komentar itu memberi saya predikat bahwa saya tidak bisa bermain sepak bola.
"Saya sangat menyukai Morten, tetapi saya tidak bisa berterima kasih padanya untuk komentar itu, karena itu tetap bersama saya selama bertahun-tahun,” ujar Kjaer.
Namun, Euro 2020, menjadi cerita lain bagi Kjaer.
Franco Baresi, legenda AC Milan, adalah pria yang selalu mengritik siapapun kapten AC Milan.
Namun, musim ini, Baresi memuji setinggi langit ketika mengetahui Kjaer adalah kapten AC Milan.
Euro 2020 adalah cerita lain bagi Kjaer, ketika Eriksen kolaps di tengah lapangan, ia adalah pemain pertama yang datang menghampiri dan menyelamatkan Eriksen dari menelan lidahnya.
Kjaer, pemain berusia 32 tahun, adalah sosok yang memperkuat banyak kesebelasan, sejauh ini ia telah memperkuat 9 tim dari 6 negara selama karirnya.
Sosoknya sangat tegas, lugas dan pemberani, Danish Viking, adalah julukan supporter Denmark untuk Kjaer.
Dan kejadian di Kopenhagen, menunjukkan mengapa Kjaer adalah kapten Denmark dari sekian banyak pemain Senior.
Kjaer adalah jebolan akademi Midtjylland, tingginya ideal, membuat Kjaer dengan mudah menarik perhatian tim-tim besar.
Real Madrid sempat berminat mendatangkannya pada 2008, namun, urung karena Kjaer lebih memilih Palermo yang berlaga di Serie-A.
Sekarang, Kjaer berada di puncak karirnya, Dia menemukan kualitasnya di Italia dengan pindah ke AC Milan
Dan Kjaer adalah pemain kunci musim lalu ketika raksasa Italia itu finis kedua di Serie A, posisi terbaik mereka sejak 2012.
Jumlah kebobolan AC Milan turun dari 1,30 menjadi 1,17 dengan Kjaer di lapangan, dan 8 dari pertandingan ini terjadi melawan tim yang termasuk dalam sepuluh pencetak gol terbanyak di Serie A.
Baca juga: Proyek AC Milan Era Stefano Pioli, Tak Sekedar Slot Liga Champions Melainkan Perburuan Trofi
Baca juga: Demi Proyek Liga Champions, PSG Gila Belanja, Messi Dipaksa Lupakan Rivalitas Ramos
Salah satu kontribusi Kjær yang paling berharga untuk Milan tidak terkait dengan kemampuan bermainnya, tetapi detriminasinya.
Meskipun secara ofensif, Kjaer bukanlah ancaman mencetak gol: ia gagal mencetak gol di kompetisi liga mana pun sejak musim 2017/18 di Sevilla FC.
Dia juga tidak menciptakan banyak gol, mencatatkan hanya empat assist dalam karirnya selama 28.000 menit bermain liga.
Bantuan ofensif terbaik Kjaer adalah umpan lambungnya, yang sering dia gunakan untuk memainkan pemain sayap di sepertiga penyerang.
Kjaer telah menyelesaikan 74,6% umpan panjangnya yang sangat mengesankan sejak 2017, termasuk tingkat penyelesaian umpan sebesar 83,6% selama waktunya bersama AC Milan musim ini.
Kjaer juga merupakan bek tengah yang sangat tenang, ia jarang melepaskan penguasaan bola di sepertiga pertahanan dan memiliki kemampuan untuk mengatur posisi.
Kesadaran posisi sangat penting bagi bek tengah, karena margin kesalahan, terutama menghadapi penyerang elit Liga Italia, cukup kecil.
Beberapa statistik menarik lainnya tentang Kjaer termasuk sepakan yang diblok per 90 menit, 1,35, yang jika diekstrapolasi sepanjang musim, akan menjadikannya salah satu pemblokir tembakan terbaik di Serie A.
Selain itu, tingkat tekel pemain bertahan yang menggiring bola (50%) dan persentase tekanan yang berhasil (32,9%) cukup untuk menempatkannya di antara bek tengah teratas di liga.
Menurut Football-Italia.net, manajer Stefano Pioli mengatakan ini tentang Kjaer:
"Dia adalah pemain yang, bersama dengan Romagnoli, membentuk sepasang pemain yang cerdas. Mereka berkomunikasi dengan baik dan telah berkontribusi pada hasil yang baik."
Duet Kjær dengan Romagnoli sangat penting bagi Rossoneri, karena dua veteran berpengalaman memiliki chemistry yang hebat dan merupakan salah satu pasangan bek tengah terbaik di Liga Italia.
Menemukan pasangan yang layak untuk kapten telah menjadi tugas yang sulit, dengan Léo Duarte , Mateo Musacchio dan Matteo Gabbia semua berjuang di waktu-waktu tertentu, tetapi Milan tampaknya akhirnya menemukan jawaban.
Kjaer bukan bek tengah yang mencolok dan tidak akan sering membuat tekel yang luar biasa dan menyelamatkan gawang (ia hanya mencoba 29 tekel musim ini).
Pemain berusia 31 tahun itu juga tidak akan pernah menjadi pemain tercepat di lapangan.
Namun, ketenangannya, posisi bertahan dan gaya permainannya yang bebas kesalahan membuatnya menjadi bek di atas rata-rata di Serie A.
Dia telah mengubah lini belakang Milan sejak kedatangannya, dan kombinasi dirinya, Romagnoli, Théo Hernandez dan Andrea Conti (atau Pierre Kalulu/Davide Calabria) harus menjadi top 5 pertahanan di Serie A musim depan.
(Tribunnews.com/Gigih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.