Adaptasi Juan Cuadrado di Juventus, Kunci Skema Allegri yang Dibuang Chelsea
Adaptasi Juan Cuadrado di Juventus, pengorbanan besar untuk skema Massimiliano Allegri
Penulis: Gigih
TRIBUNNEWS.COM - Udinese tertinggal satu gol melalui sepakan jarak dekat Paulo Dybala dari jarak dekat di awal laga, menekan tim tamu untuk bisa menyamakan kedudukan.
Tetapi, jebakan dibuat oleh Juventus, Allegri adalah master dalam serangan balik, secara tiba-tiba Juan Cuadrado dalam posisi sendirian di sisi kiri pertahanan Udinese.
Dengan cermat ia melepaskan bola ke tiang jauh dan menggandakan keunggulan Juventus menjadi 2-0, menariknya Cuadrado adalah fullback yang kerap mendapati posisinya ada di kotak penalti lawan.
Pertandingan memang selesai dengan skor 2-2, tetapi Cuadrado nyaris tidak mendapatkan kritik karena permainan konsistennya.
Baca juga: Seruan Kekecewaan Kelompok Suporter Juventus - Si Nyonya Tua Rapuh Gegara Agnelli & Antek-anteknya
Baca juga: Sebelum Cabut dari Juventus, Ronaldo Ternyata Sudah Curhat akan Gabung MU ke Khabib Nurmagomedov
Pengorbanan besar sejatinya dilakukan oleh Juan Cuadrado, posisi winger ia perkuat sejak di Udinese dan Fiorentina, perubahan skema karena cara bermain di Juventus membuatnya menjadi pemain yang lebih bertahan.
Pengorbanan memang lekat dengan Cuadrado.
Besar di kota kecil bernama Necoli yang berbatasan dengan Panama, di mana kriminalitas seperti pembunuhnan, perdagangan senjata hingga jual beli narkoba, adalah hal yang sudah lazim terjadi.
Ia kehilangan sang ayah dalam baku tembak antara dua gangster, untuk itu, setiap gol dari Cuadrado selalu dirayakan dengan mengangkat telunjuk ke atas untuk sang ayah.
Sejatinya, Cuadrado tidak diizinkan untuk bermain sepakbola, karena lingkungan yang sangat dekat dengan kriminalitas di daerahnya.
Tetapi, Nelson Gallego tidak bisa berbohong ketika Cuadrado melakukan juggling dengan kaos kaki basah, dan mengajaknya ke Deportico Cali.
Yang menarik bahwa Cuadrado aslinya adalah fullback ketika bermain di Cali dan kemudian di Medellin, kecepatannya eksplosif dan umpan terukurnya sangat memanjakan.
Lalu kenapa Cuadrado tidak menjadi winger di awal karir?
Adalah Gallego Santiago Escobar, saudara dari Andres Escobar, pemain yang dibunuh setelah kegagalan Kolombia di Piala Dunia 1994, memposisikan Cuadrado di posisi fullback, alasannya : tubuhnya terlalu kecil untuk berduel dengan pemain belakang lawan.
Ketika akhirnya melakukan debut bagi Medellin pada 2008, bakat Cuadrado tak lagi bisa dibendung, menghadapi Boyaca Chico, ia mengemas satu gol cantik ketika melewati dua pemain belakang.
Udinese langsung jatuh cinta dan memutuskan mndatangkannya semusim kemudian.
Di Udinese, karir Cuadrado tidak berjalan mulus, perpindahannya menjadi winger adalah sebabnya, ia belum bisa beradaptasi dan dipinjamkan ke Lecce sebelum akhirnya dilepas ke Fiorentina.
Bersama Fiorentina, Cuadrado jauh lebih berkembang, musim perdananya di La viola ia mengemas 15 gol, sebelum akhirnya mencetak 15 gol pada musim 2013/2014, di mana dengan cerdas ia beradaptasi menjadi winger dalam skema Vincenzo Montella.
Di Piala Dunia 2014, bakatnya kembali bersinar, ia menjadi komponen penting bagi tim asuhan Jose Pakerman bersama dengan Falcao dan juga James Rodriguez di lini serang.
Penampilannya membuat Chelsea kepincut untuk mendatangkannya di bursa transfer musim panas 2015.
Tetapi situasi tidak menguntungkan bagi pemain kelahiran 1988 ini, didatangkan dengan mahar 23 Juta Pounsterling, Cuadrado gagal bersinar di Chelsea.
The Blues juga tidak dalam performa terbaik dengan hanya finish di peringkat 10 akhir musim di bawah asuhan Jose Mourinho saat itu.
Baca juga: Alessandro Florenzi, Pesaing Calabria di AC Milan, Pujian Pique dan Pelajaran Stefano Pioli
Baca juga: Menerjemahkan Marcelo Brozovic di Inter Milan, Bebaskan Calhanoglu dan Nicolo Barella Berkreasi
Cuadrado dianggap kurang kreatif dan hanya mengandalkan kecepatan, belum lagi persaingannya bersama dengan Oscar, Hazard dan William, menjadikannya penghangat bangku cadangan.
Beruntung, Juventus pada 2015 membutuhkan suntikan kecepatan untuk mengakomodasi umpan memanjakan dari Paul Pogba, Hernanes saat itu gagal menjawab tantangan Allegri, pun dengan Asamoah yang inkonsisten.
Bersama Juventus, ia tak tergantikan, dan sang pemain juga menyatakan tekadnya untuk jengkang dari Chelsea, dua musim kemudian ia secara permanen bergabung bersama Juventus.
Perubahan kembali terjadi ketika Allegri pada awal musim 2018, mengembalikan posisi Cuadrado sebagai fullback, ia tidak puas dengan peampilan Martin Caceres dan belum matangnya Joao Cancelo di awal musim membuat Cuadrado menempati dua posisi dalam satu musim.
Tetapi semua lunas, Cuadrado tampil apik di posisi fullback, dan menjadi puzzle tak tergantikan dari era Allegri, Pirlo dan Sarri.
Kini di era baru Sarri bersama Juventus, ada peluang untuk Cuadrado kembali bersinar, usianya memang tidak lagi muda, 33 tahun, tetapi kecepatannya masih sangat dibutuhkan Juventus.
Pengorbanan dan perjalanan Cuadrado tentu terbayar lunas dengan kepercayaan yang didapatkannya di Juventus, dan tentu saja Allegri masih akan mengandalkannya untuk meraih Scudetto musim ini.
(Tribunnews.com/Gigih)