West Ham yang Menjadi Kryptonite Bagi Liverpool & City, Tuah Buangan MU, Dongeng Leicester Terulang?
Juru taktik West Ham United, David Moyes begitu cerdas dalam memanfaatkan komposisi skuat serta memaksimalkan potensi yang ada dalam diri pemain.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Dwi Setiawan
TRIBUNNEWS.COM - West Ham United secara perkasa sukses menumbangkan Liverpool di pekan kesebelas Liga Inggris dengan skor 3-2.
Pasukan David Moyes pun tercatat sebagai perusak rekor The Reds yang sudah tak terkalahkan dalam 25 laga di seluruh kompetisi.
Sebelumnya di ajang Carabao Cup, West Ham juga berhasil mengalahkan Manchester City yang notabene sebagai juara bertahan dan tidak pernah tereliminasi di kompetisi itu sejak Oktober 2016.
Baca juga: West Ham Mengakhiri Rekor Tak Terkalahkan Liverpool, David Moyes Sebut Finis Empat Besar Realistis
Baca juga: Titik Kebangkitan Arsenal: Efektivitas Taktik Arteta, Hale End Gemilang & Hadirnya Benteng Jepang
The Hammers tak hanya menjadi kryptonite bagi tim elit, namun juga merusak kenyamanan mereka di Liga Inggris.
West Ham saat ini bertengger di peringkat tiga klasemen Liga Primer Inggris musim ini dengan torehan 23 angka, berada di atas Manchester United, Arsenal, bahkan Liverpool.
Ya, kiprah West Ham di Liga Inggris memang sudah melejit sejak musim lalu, di tangan David Moyes, tim asal London tersebut dipoles menjadi tim unggulan yang namanya mulai diperhitungkan.
Musim lalu (2020/2021), The Hammers berhasil finish di peringat enam klasemen Liga Primer Inggris dan berhak atas satu tiket menuju kompetisi Liga Eropa.
Mereka finish di atas dua tim mentereng asal London lainnya yaitu, Arsenal dan Tottenham Hotspur.
Bisa dibilang, David Moyes adalah pengangkat derajat West Ham, di musim 2019/2020, Moyeslah yang menyelamatkan The Hammers dari jurang degradasi.
Ia datang sebagai juru selamat menggantikan Manuel Pellegrini yang dianggap tak becus menukangi tim yang bermarkas di Stadion Olimpiade London tersebut.
"Saya di sini untuk mendapatkan kemenangan dan menjauhkan West Ham United dari posisi tiga terbawah," kata Moyes di awal kedatangannya bersama West Ham.
Dari misi yang hanya sebatas menyelamatkan The Hammers dari jurang degradasi, menjadi tim dengan mental juara yang berada di papan atas Liga Inggris dan bermain dalam ajang Liga Eropa.
Itu hanya dilakukan David Moyes hanya dalam jangka waktu dua tahun.
Tangan dingin eks pelatih Manchester United dimulai dari 'menyehatkan' komposisi pemain dengan melakukan pembelian yang sesuai kebutuhan tim dan skema yang diusung Moyes.
Pada transfer musim dingin 2020, The Hammers memboyong deretan pemain penting dari lini belakang, hingga depan.
Nama-nama tersebut adalah Fladimir Coufal (bek kanan), Tomas Soucek (gelandang), Jarrod Bowen (winger/striker), dan Said Benrahma (winger/tengah).
Kedatangan pemain-pemain tersebut mampu mendongkrak performa The Hammers hingga membawa mereka finish di papan atas klasemen Liga Primer Inggris.
Jarrod Bowen yang didatangkan dari Hull City bisa dibilang menjadi pembelian yang terbaik, Moyes begitu jeli dalam memanfaatkan kemampuan Bowen.
Pemain asal Inggris tersebut adalah winger kidal yang memiliki kecepatan dan selalu tampil agresif.
Dilansir whoscored, Bowen mencatatkan 2.5 shot, 1.9 umpan kunci, dan 2.3 dribble per pertandingannya bersama West Ham di Liga Inggris.
Ia mampu menjadi kreator serangan sekaligus pendobrak pertahanan lawan lewat atribunya tersebut.
Bowen juga mampu bermain di berbagai posisi, baik striker, winger, dan gelandang ia mampu memerankannya dengan begitu baik.
Moyes sendiri di West Ham bermain dengan sistem 4-2-3-1, ia bermain begitu rapat mengandalkan dua gelandang bertahannya, Declan Rice dan Tomas Soucek.
Kedua pemain tersebut bertugas sebagai pemutus serangan pertama lawan ketika sedang bertahan, mereka pun mampu menunjukan performa yang begitu cemerlang.
Catatan intersep mereka adalah 71 dan 73, tertinggi diantara pemain The Hammers lainnya.
Itu dalam urusan bertahan, dalam proses menyerang atau melakukan build up serangan, kedua pemain tersebut juga menjadi kunci.
Khusunya Declan Rice, eks akademi Chelsea itu terbilang pandai dalam mengalirkan bola. Rasio pass completionnya mencapai angka 89.2%,
Sementara umpan jarak jauh ke arah kotak penalti mencapai angka 88.7%.
Statistik tersebut merupakan yang terbaik di West Ham mengungguli Tomas Soucek yang juga dikenal memiliki kemampuan membagi bola yang mumpuni.
Sebagai seorang gelandang bertahan, Rice juga memiliki kemampuan dribel yang ciamik. Rasio successful dribblenya berada di angka 81.1%,
Bisa dibilang, peran kedua gelandang bertahan West Ham tersebut adalah kunci dari skema milik Moyes, ketika kedua gelandang tersebut mampu berperan dengan maksimal, para barisan pemain depan The Hammers akan dapat leluasa mengekspolitasi pertahanan lawan.
Moyes selalu memasang satu gelandang serang yang memiliki cepetan dan kemampuan dribel yang mumpuni, ketika di musim lalu ada seorang Jesse Lingard.
Musim ini Moyes begitu mengandalkan peran Said Benrahma, tak hanya cepat, pemain asal Aljazair tersebut juga memiliki kreativitas yang tinggi.
Catatan umpan kuncinya berada di angka 2.0 per pertandingan, menjadi yang tertinggi diantara pemain West Ham lainnya.
Peran utama Benrahma adalah melayani goal getter The Hammers, Michail Antonio.
Antonio merupakan striker polesan Moyes yang namanya melejit berkat kecerdasan juru taktik asal Skotlandia tersebut melihat potensi sang bomber.
Perjalanan karier Antonio bisa dibilang biasa-biasa saja hingga musim 2018/2019.
Barulah di musim 2020/2021 dan musim baru 2021/2022 namanya mencuat ke permukaan sebagai bomber subur di Liga Primer Inggris.
Di dua musim tersebut, namanya seringkali bersaing bersama dalam daftar topskor bersama bomber-bomber subur Premier League lainnya seperti Mo Salah, Jamie Vardy hingga Harry Kane.
Di tahun lalu, The Hammers harus rela kehilangan striker mereka, Marko Arnautovic yang hengkang ke Shanghai Port.
Sebastian Haller yang didatangkan dari klub Jerman, Frankfurt pun justru tampil mengecewakan dan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang perawatan.
Dari situ, tangan dingin Moyes pun diuji.
Ia memasang Antonio menjadi stiker murni dengan formasi 4-2-3-1 miliknya, sang striker ditopang oleh gelandang serang kreatif serta winger-winger cepat milik The Hammers.
Hasilnya pun sempurna, Antonio berevolusi menjadi seorang bomber yang subur dan kuat menahan bola di tengah.
"Dia (Antonio) memberi kami jalan keluar yang berbeda. Dia bisa berlari di belakang dan menahan bola. Dia kuat secara fisik dan permainannya sebagai striker telah meningkat pesat," Ucap Moyes dikutip dari The Guardian.
David Moyes begitu cerdas dalam memanfaatkan komposisi skuat serta memaksimalkan potensi yang ada dalam diri pemain.
Ia adalah pengangkat derajat West Ham United yang sesungguhnya.
Kini, kiprah The Hammers begitu dinantikan untuk merusak kenyamanan para tim top six Liga Inggris sekaligus mengulangi dongeng yang diciptakan Leicester City yang menjadi jawara di musim 2015/2016.
Musim ini mereka juga sedang berjuang di musim pertamanya bemain di Liga Eropa setelah 15 tahun, posisi puncak klasemen pun sukses The Hammers raih dari 4 pertandingan.
Ya, David Moyes dan catatan menterengnya bersama West Ham United akan terus berlanjut, baik di liga domestik maupun kontinental.
(Tribunnews.com/Deivor)