Hanya Stadion I Wayan Dipta Yang Layak Di Provinsi Bali Gelar Liga 1 Kata Akmal Marhali
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menilai penyelenggaraan seri keempat BRI Liga 1 musim 2021/2022 di Provinsi Bali terlalu memaksakan.
Editor: Toni Bramantoro
Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali menilai penyelenggaraan seri keempat BRI Liga 1 musim 2021/2022 di Provinsi Bali terlalu memaksakan.
Ada empat stadion yang digunakan selama kompetisi Liga 1 berlangsung di Bali.
Yakni Stadion Kapten I Wayan Dipta di Kabupaten Gianyar, Stadion I Gusti Ngurah Rai di Kota Denpasar, Stadion Kompyang Sujana di Kota Denpasar, dan Stadion Samudra di Kabupaten Badung.
Namun dari empat stadion yang digunakan, menurut Akmal hanya satu yang layak untuk penyelenggaraan Liga 1, yakni Stadion Kapten I Wayan Dista Gianyar.
"Faktanya, hanya Stadion I Wayan Dipta yang layak, tiga lainnya di bawah standar Liga 1," ucap Akmal kepada Tribunnews.com, Minggu (9/1/2022).
Tiga stadion lainnya disebut Akmal tidak layak, bahkan jauh dari standar.
"Mulai dari ruang ganti yang tak layak, lampu penerangan, sampai soal penyiaran. Bahkan, buat menggelar jumpa pers saja menggunakan tenda portabel," tutur dia.
"Ini kan sudah seperti acara turnamen 17-an antar kampung," sambung Akmal.
Dari semula Bali memang tidak masuk dalam daftar calon tuan rumah sistem bubble to bubble yang ditetapkan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk pegelaran Liga 1 yang dibagi menjadi 6 seri.
Baca juga: Ismed Sofyan Masih Parkir Hingga Maret Kata Dokter Tim Persija Jakarta
Hanya ada Jakarta,Tangerang, Bekasi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Entah apa alasannya tiba-tiba Bali muncul sebagai tuan rumah di tengah jalan menggantikan Jatim. Sampai detik ini PSSI dan LIB tak pernah menjelaskan," tutur Akmal.
Selain itu, klub Persebaya Surabaya juga sempat memprotes kelayakan standar stadion yang digunakan untuk seri keempat Liga 1 di Bali.
Persebaya memprotes ruang ganti pemain yang berukuran sempit dan alakadarnya.
Bagi Akmal, protes yang disampaikan Persebaya Surabaya sebagai klub peserta Liga 1 merupakan gambaran kecil betapa memprihatinkan penyelenggaraan kompetisi di Bali.
"Sungguh ini sangat memprihatinkan. PSSI dan LIB harus menjelaskan ke publik kenapa bisa Bali yang tidak siap menjadi tuan rumah dipaksakan. Sangat rugi besar baik materil maupun immateril bila kompetisi sekadar jalan," tutur dia.
"Wajar bila ranking kompetisi Indonesia di AFC berada di posisi 24 Asia dan 7 ASEAN. Bahkan, untuk verifikasi Liga Champions Asia tak lolos langsung," pungkas Akmal.