Bedah Kiat Inter Milan Kalahkan Liverpool, Skema 3 Bek, Layani Dzeko Lewat Calhanoglu & Sanchez
Inter Milan akan ditantang tamunya dari tanah inggris, Liverpool dalam babak 16 besar Liga Champions pada Kamis (17/02/2022).
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Inter Milan akan ditantang tamunya dari tanah inggris, Liverpool dalam babak 16 besar Liga Champions pada Kamis (17/02/2022).
Bermain di San Siro dan bermodalkan permainan apik Nerazzurri musim ini membuat Simone Inzaghi begitu optimis mampu mengatasi perlawanan Liverpool.
“Klub-klub Inggris sangat bagus, dan Liverpool adalah salah satu tim terbaik di Eropa." kata Simone Inzaghi dilansir Sempreinter.
"Saya senang karena klub ini dan fans kami pantas bermain di pertandingan sebesar UCL, Ini akan sangat sulit, tetapi kami akan melakukannya dengan semua yang kami miliki," lanjutnya.
“Liverpool adalah favorit di atas kertas, tetapi pertandingan ada untuk dimainkan. Kami harus turun ke lapangan untuk memainkan permainan kami." pungkas juru taktik asal Italia itu.
Kepercayaan diri Inzaghi memanglah hal yang wajar, ia mampu membawa Inter Milan tampil apik musim ini dengan bertengger di papan atas Liga Italia serta membawa Nerazzurri lolos ke babak 16 besar UCL dengan kepala tegak.
Baca juga: Liga Champions - Berkah Kedatangan Luis Diaz ke Liverpool, Jurgen Klopp Sebut Ia Pemain Gila
Baca juga: Prediksi Skor Inter vs Liverpool Liga Champions, Simone Inzaghi Tak Takut dengan Nama Besar The Reds
Ya, pikulan beban berat harus menggantikan posisi Antonio Conte yang sukses memberi gelar Scudetto di musim lalu nyatanya tak membuat Inzaghi berkeringan dingin.
Justru sebaliknya, adaptasi dan filosofi yang ia berhasil membuat Inter Milan tampil lebih agresif dan bertaji.
Gelar Piala Super Italia pun sukses ia berikan setelah 12 tahun lamanya Nerazurri tak berhasil meraihnya.
Dari segi taktik, Inzaghi mempertahankan skema lamanya di Lazio. Yaitu bermain dengan pakem 3-5-2.
Harus ditinggal beberapa pemain kunci seperti Romelu Lukaku dan Acharaf Hakimi, tak membuat Inter Milan kehilangan tajinya.
Nerazzurri saat ini menjadi tim paling produktif di Liga Italia dengan dulangan 53 gol.
Dilansir FBref, xG komulatif Inter Milan berada di angka 37.12, menjadi yang tertinggi di Liga Italia, mengalahkan Atalanta dan Napoli yang bermain ofensif.
Meski hanya mendatangkan striker gaek berusia 35 tahun, Edin Dzeko untuk pengganti top skor Nerazzurri musim lalu, Romelu Lukaku. Inzaghi terbukti mampu membuat Dzeko tampil ganas.
Torehan 14 gol Dzeko untuk Inter Milan musim ini menjadi yang tertinggi diantara pemain Nerazzurri lainnya.
Pemain yang didepak Mourinho dari AS Roma itu tak kesulitan untuk beradaptasi dengan skema Inzaghi. Rotasi yang kerap juru taktik asal Italia itu lakukan membuat Dzeko tak kehabisan tenaga.
Ia mampu menunjukkan performa apik ketika dimainkan, baik saat tampil starter ataupun datang dari bangku cadangan.
Lalu, ada juga nama Alexis Sanchez yang gaya bermainnya mirip dengan Correa, namun secara daya juang dan ketajaman, Sanchez lebih di atas eks pemain Lazio itu.
Sanchez dapat dimainkan sebagai winger dan striker dengan sama baiknya, pengalamannya bermain di Liga Spanyol dan Inggris mampu Inzaghi maksimalkan untuk memberi impact di Inter Milan.
Pemain asal Chille itu dapat menjadi pemecah kebuntuan saat dibutuhkan, 1 golnya ke awang Juventus yang menjadi penentu kemenangan adalah buktinya.
Sanchez memang tak banyak tampil, namanya sering kali dipinggirkan untuk memberi tempat kepada striker Inter lainnya yang bertipikal nomor 9.
Namun saat kesempatan datang, ia mampu memberi bukti dan menjadi sosok vital untuk membawa Inter Milan meraih trofi dan 3 angka di setiap pertandingan.
Secara permainan, Inzaghi mengusung play position dengan mengandalkan pergerakan pemain dan perpindahan bola dengan cepat dari kaki ke kaki.
Itu yang menjadi perbadaan gaya permainannnya dengan Conte meski sama-sama menggunakan pakem dasar 3-5-2.
Conte lebih bermain secara direct dan pragmatis, ia mengedepankan umpan lambung yang menusuk mencari para wing back yang memiliki kecepatan.
Permainan yang diusung Inzaghi terbukti mampu membuat Inter Milan lebih sering melakukan passing di dalam kotak penalti.
Rata-rata umpan ke dalam kotak penalti Nerazzurri musim ini berada di angka 14.2 per pertandingannya.
Sedangkan di era Conte, Inter hanya mampu melakukan progresi umpan ke dalam kotak hanya berada di angka 11.3 per pertandingan.
Dari segi kolektivitas, Inzaghi juga mampu meberikan sentuhan yang apik.
Sudah ada 19 pemain berbeda Inter Milan yang mampu mencatatkan namanya di papan skor.
Bahkan, sang wing back, Ivan Perisic telah mencitpakan tiga gol untuk Nerazzurri musim ini.
Inter tak terlalu bergantung pada 1 atau 2 pemain untuk mencetak gol.
Saat Dzeko atau Lautaro mengalami paceklik, peran lini kedua mampu menjadi pemecah kebuntuan.
Lalu di lini tengah, Inzaghi juga mampu mempertahankan permainan apik yang ditunjukkan Brozovic dan Barella musim lalu.
Kedua pemain tersebut tak kehilangannya sentuhannya meski Inzaghi menerapkan adaptasi yang berbeda dengan Antonio Conte.
Brozovic menjadi regista yang mengatur tempo permainan Inter Milan. Akurasi passing pria asal Kroasia itu mencapai di angka 84% per pertandingan.
Ia juga menjadi sosok kunci di lini tengah sebagai penghalau pertama transisi bertahan ke menyerang lawan saat Nerazurri mendapat serangan balik.
Dengan kuatnya aspek bertahan Brozovic, memberi keleluasaan kepada Calhanoglu untuk tampil lebih ke depan dan merepotkan pertahanan lawan.
Calhanoglu telah menerobos ke kotak penalti lawan lewat dribel sebanyak sembilan kali, menjadi yang tertinggi diantara gelandang Inter lainnya.
Dribel sukses eks pemain Milan itu juga berada di angka 2.19 per pertandingan, kembali menjadi yang tertinggi di antara pemain tengah Nerazzurri.
Ya, adaptasi permainan yang dilakukan Inzaghi selama ini membuat Inter Milan tetap menjadi tim yang diperhitungkan untuk meraih scudetto meski ditinggal oleh derertan pemain kunci.
Ramuan-nya juga sukses membuat Inter Milan melangkah lebih jauh di Liga Champions, mengakhiri catatan buruk yang diukir Conte.
Gaya permainan yang berbeda dengan Antonio Conte juga mampu membuat Inter Milan tampil lebih menghibur dan berbahaya.
Ditantang Liverpool? jika mampu mempertahankan konsistensi permainannya, Nerazzurri tak akan kesulitan untuk mengalahkan Mo Salah dan kolega.
Formasi Ideal Inter Milan:
Handanovic; De Vrij, Skriniar, Bastoni; Dumfries, Vidal, Brozovic, Calhanoglu, Perisic; Sanchez, Dzeko.
(Tribunnews.com/Deivor)