Kebangkitan Persipura di BRI Liga 1, Kecerdasan Alfredo Vera & Skenario Selamat dari Degradasi
Di saat-saat krusial Persipura Jayapura yang terancam terdegradasi dari BRI liga 1 mulai mampu menunjukkan identitas mereka sebagai tim besar.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Di saat-saat krusial Persipura Jayapura yang terancam terdegradasi dari BRI liga 1 mulai mampu menunjukkan identitas mereka sebagai tim besar.
Dari enam laga terakhir, Persipura tak pernah menyentuh kekalahan dengan rekor empat kali menang dan dua kali meraih hasil imbang.
Bahkan tim papan atas sekaliber Bhayangkara FC sukses Mutiara Hitam kalahkan dengan skor tipis 2-1.
Terakhir, kemenangan meyakinkan berhasil mereka torehkan kala membantai PSIS Semarang dengan skor empat gol tanpa balas.
Kecerdasan sang juru taktik, Alfredo Vera menjadi kunci rangkaian hasil positif Persipura di penghujung musim ini.
Bermain dengan sistem 4-4-2, ia menaruh dua striker asing Mutiara Hitam, Yehven Bokhashvili dan Ramiro Fergonzi bermain free role.
Baca juga: Klasemen Liga 1 Seusai Persipura Gulung PSIS 4-0, Mutiara Hitam Belum Lolos dari Zona Degradasi
Baca juga: Klasemen dan Top Skor Liga 1: Persaingan Tiket Play Off AFC Cup dan Zona Degradasi Masih Sengit
Keduanya secara bergantian mengisi pos nomor 9 dan menjadi menjadi jembatan serangan Persipura di lini tengah.
Pahabol yang bermain di sisi kanan juga sewaktu-waktu muncul sebagai second striker yang mengecoh barisan pertahanan lawan.
Fleksibelnya cara bermain ketiga penyerang Persipura mampu membuat produktivitas gol Mutiara Hitam melesat.
Dari tiga pertandingan terakhir, Persipura mapu melesatkan bola ke jala gawang lawan sebanyak 10 kali.
Ide untuk menjadikan Ramai Rumakiek dan Ricky Cawor sebagai supersub juga dapat dikatakan brilian.
Cawor sudah tiga kali mampu menjadi juru selamat Persipura untuk membawa Persipura meraih kemenangan dan terhindar dari kekalahan lewat golnya di menit akhir.
Hal yang sama juga berhasil ditunjukkan Rumakiek, selain mampu menambah pundi-pundi gol persipura ke gawang PSIS Semarang.
Satu assistnya kepada gol yang diciptakan Pahabol kala menghadapi PSS Sleman adalah momentum kebangkitan Persipura di laga tersebut dan meraih tiga poin penting.
Baca juga: Persib Bisa Pesta Gol ke Gawang Persik untuk Amankan Tiket AFC Cup, Rashid AJak Bobotoh Bersyukur
Baca juga: Deretan Bek Tangguh di Liga Inggris, Kumpul di Chelsea dan Liverpool, Ada Harry Maguire?
Ya, momentum kebangkitan telah tercium, asa untuk selamat dari jurang degradasi pun masih ada.
Persipura Jayapura saat ini berada di peringkat ke-16 klasemen BRI Liga 1 atas kumpulan 33 poin dari 33 pertandingan.
Satu-satunya jalan Mutiara Hitam untuk tetap tampil di BRI Liga 1 musim depan adalah meraih kemenangan di laga pamungkas dan berharap para pesaing mereka (PSM, Barito, dan PSS) tak mampu mengamankan 3 poin dan mengalami kekalahan.
Rangkaian hasil positif yang ditorehakan Persipura seharusnya menjadi hal yang wajar, mereka dapat dikatakan sebagai tim tersukses di Indonesia dalam dekade ini.
Persipura merupakan klub mentereng Indonesia yang hampir tiap musim sukses merengkuh trofi liga domestik.
Mereka juga menjadi langganan wakil Indonesia untuk berkompetisi di ajang kontinental, baik Liga Champions Asia, ataupun AFC Cup.
Padahal, di awal musim Persipura masih dilatih oleh juru taktik asal Brasil, Jackson F. Tiago yang kualitasnya tak perlu dipertanyakan lagi.
Ia adalah sosok kunci dibalik kejayaan persipura dari musim ke musim.
Persipura Jayapura merupakan tim dengan torehan gelar liga domestik terbanyak di Indonesia dalam dekade ini.
Terhitung, sejak tahun 2009, Persipura yang saat itu sudah dilatih oleh Jackson F. Tiago telah menjuarai Liga Indonesia sebanyak tiga kali.
Tiga prestasi tersebut berhasil Persipura raih di tahun 2009, 2011, dan 2013.
Meski tak menjadi juara di musim-musim setelahnya, Persipura selalu berhasil finish di papan atas klasemen.
Menjadi tim dengan pemain lokal terbanyak, serta penyumbang nama-nama besar untuk Timnas Indonesia.
Di kancah kontinental, Persipura Jayapura juga merupakan wakil Indonesia yang paling mentereng.
Bersama Jackson F. Tiago, Mutiara Hitam pernah melaju sampai babak perempat final AFC Cup di tahun 2011.
Tiga tahun berselang, catatan lebih impresif mampu mereka ukir, Mutiara Hitam berhasil mencapai babak semi final AFC Cup 2014.
Bahkan, Kuwait FC sebagai sang juara bertahan turnamen kasta kedua benua Asia itu berhasil dibantai dengan skor 6-1 oleh superiornya permainan Mutiara Hitam di Stadion Mandala, Jayapura.
Namun, itu hanya menjadi kenangan masa lalu.
Bisa dibilang musim ini adalah musim terburuk yang dijalani Persipura bersama tongkat kepelatihan Jackson F. Tiago.
Hingga akhirnya, pelatih asal Brasil pun dipecat pada pertengahan musim dan digantikan oleh Angel Alfredo Vera.
Skuat Mutiara Hitam musim ini sebenarnya tidaklah begitu buruk, mereka masih memiliki nama-nama pemain lokal besar seperti Ian Kabes, Pahabol, hingga Ramai Rumakiek.
Baca juga: Mau Depak Harry Maguire, Man United Punya Masalah Besar Gaet Rudiger, Araujo Jadi Alternatif?
Nama yang disebutkan terakhir merupakan punggawa andalan lini depan Timnas Indonesia yang berhasil mencetak gol di laga debutnya bersama Garuda saat melawan China Taipei.
Dapat dikatakan faktor utama merosotnya penampilan Mutiara Hitam adalah ketiadaan Boaz Solossa yang sudah menjadi ikon klub selama bertahun-taun.
Secara mengejutkan nama Boaz Solossa dikeluarkan dalam skuat Persipura lantaran kasus indisipliner yang Boaz lakukan karena tak menghadiri beberapa jadwal latihan tim kebanggan masyarakat Papua tersebut.
Boaz adalah mesin pencetak gol ulung Mutiara Hitam, total dirinya sudah mencetak 225 gol dari 359 penampilan bersama Persipura.
Dirinya pun sukses menjadi top skor Liga Indonesia di musim 2008/2009, 2010/2011, dan 2012/2013.
Ketidakhadiran Boaz di lapangan jelas berpengaruh pada ketajaman lini serang Mutiara Hitam musim ini.
Tapi tak hanya itu, sosok kepemimpinan Boaz sebagai seorang kapten juga mempengaruhi mental para pemain Persipura.
Tak ada lagi yang mampu memberi rasa nyaman dan tanggung jawab di ruang ganti ataupun lapangan.
Mental juara yang dibangun sang kapten telah hilang dalam skuat Persipura 2021/2022.
Mereka lebih sering menunduk ketika telah tertinggal, alih-alih membalikkan keadaan justru mereka kebobolan lebih banyak dan tersulut emosi.
Di pertandingan saat menghadapi Persebaya Surabaya pada putaran pertama adalah yang paling mencolok, saat itu bek Persipura, Israel Wamiau diusir wasit dari lapangan.
Kartu merah yang ia terima memang selayaknya diberikan, ia menyerang pemain asing Persebaya, Bruno Moreira dari belakang dan terjadilah perkelahian.
Persipura pun harus bermain dengan 10 orang, dan menerima kekalahan dengan skor telak 3-1 dari tim besutan Aji Santoso tersebut.
Kini, mau tak mau Persipura harus meraih kemenangan pada laga terakhir mereka di BRI Liga 1.
Peduli setan siapapun lawan yang akan mereka tantang, tiga angka adalah harga mati, untuk membuat Mutiara Hitam tetap tampil di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.
(Tribunnews.com/Deivor)