Sorotan Liga 1: Mengapa Jarang Ada One Man Club & Kontrak Jangka Panjang di Klub Indonesia?
Saat di sepak bola eropa menghadirkan banyak pemain yang loyal yang hanya bermain untuk satu klub, di indonesia justru sebaliknya.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin

Hal tersebut jelas sudah menjadi resiko bagi kedua tim asal Jawa Timur itu untuk kehilangan dua pemain kesayangan mereka karena durasi kontrak yang begitu singkat.
Yang menjadi pertanyaan, mengapa klub-klub Indonesia begitu 'pelit' untuk memberi kontrak jangka panjang kepada para penggawanya?
1. Finansial Klub

Sebagian besar para kontestan Liga 1 dapat dikatakan tak memliki finansial yang sehat.
Di tiap musimnya, hampir pasti mereka selalu kelimpungan untuk mengontrol keuangan mereka baik dari menggaji pemain dan membeli penggawa baru.
Untuk itu, durasi kontrak jangka pendek adalah solusi bagi mereka untuk menghebat biaya pengeluaran.
Semakin banyak durasi kontrak yang mereka berikan kepada pemain anyarnya, maka akan semakin mahal pula nilai kontrak sang pemain.
Tak heran, banyak nama mentereng yang hanya mendapat kontrak singkat bersama klub barunya.
Selain dua contoh di atas, Evan Dimas Darmono juga pernah hanya kontrak selama semusim dengan Persija Jakarta.
Padahal saat itu, gelandang Timnas Indonesia itu sedang dalam performa yang apik dan menjadi tulang punggung di lini tengah Macan Kemayoran.
2. Proses Scouting yang singkat

Tak seperti tim eropa yang begitu gencar melakukan scouting hingga berangkat keluar negeri untuk mencari pemain anyar yang berkualitas, klub Liga Indonesia lebih memilih jalan yang instan.
Tak jarang proses scouting hanya dilakukan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Untuk itu, durasi kontrak singkat yang mereka berikan menjadi solusi untuk mengantisipasi jika sang pemain memiliki performa yang tak memuaskan.