Menanti Strategi Ofensif Shin Tae-yong
Banyak alasan mengapa seorang pelatih memilih strategi defensif atau bertahan. Apapun alasannya, pilihan strategi defensif memiliki resiko besar
Editor: cecep burdansyah
Untuk meraih hasil kemanangan besar tak mungkin lagi Shin Tae-yong menerapkan strategi defensif.
Sebaliknya kini Shin Tae-yong dituntut untuk memakai strategi ofensif, alias strategi menyerang, agar mememperoleh kemanangan dengan selisih gol sebanyak mungkin.
Menarik menanti bagaimana Shin Tae-yong bakal menampilkan peralihan dari strategi defensif ke strategi ofensif kesebelasan Indonesia. Kita menanti racikan apa yang bakal diterapkan pelatih bertangan besi dari Korea Selatan ini.
Menjelang pertandingan ketiga, terakhir terdapat beberapa skenario. Kalau Yordania
menang atau seri melawan Kuwait, sudah pasti Yordania menjadi juara group. Indonesia hanya mungkin menjadi rennur up terbaik.
Situasi sangat berbeda jika Kuwait di luar dugaan dapat menggulingkan Yordania. Sesuatu yang mungkin saja dalam sepak bola. Dalam hal ini terjadi, ada pelbagai kemungkinan.
Kalau Kuwait menang 1-0 atas Yordania, dan Indonesia menang 2-0 atas Nepal, maka Kuwait menempati posisi juara, sedangkan Indonesia kedua, sementara Yordania hanya bertengger di posisi ketiga.
Begini hitung-hitungannya. Secara selisih gol saat ketiga tim ini bertemu, terdapat selisih gol yang sama. Namun, Kuwait dan Indonesia mencetak gol lebih banyak, yakni dua berbanding satu milik Yordania.
Secara head-to-head Kuwait dan Indonesia sama kuat, selisih gol secara keseluruhan, termasuk lawan Nepal, pun dihitung. Jika ini terjadi, Kuwait berhak berada di puncak karena memiliki selisih gol +3 (dihitung laga lawan Nepal).
Indonesia masih dapat menyisihkan Kuwait, jika Indonesia setidaknya menang atas Nepal dengan selisih 4-0. Ini berarti selisih gol Timnas Indonesia adalah +4. Jika menang di bawah selisih empat gol, Indonesia harus puas menjadi runner-up.
Skenario lainnya, kalau Kuaait menang 2-1 atas Yordania, Indonesia wajib menang mininal 3-0 atas Nepal agar tetap bertahap di posisi runner-up. Jika skenario ini terjadi, selisih gol Indonesia dan Yordania secara head-to-head dengan Kuwait sama kuat, yakni sama-sama mencetak dua gol dan kemasukan dua gol.
Merujuk kepada peraturan yang berlaku, jika head-to-head sama kuat, selisih gol secara keseluruhan menjadi acuan selanjutnya.
Berhubung Yordania memiliki selisih gol +2 jika kalah 1-2 dari Kuwait, disinilah Indonesia wajib menang sekurangnya 3-0 atau selisih tiga gol atas Nepal, supaya selisih golnya menjadi +3.
Jika selisih skor Indonesia lawan Nepal kurang dari tiga, dan Kuwait menang 2-1 lawan Yordania, maka Kuwait dan Yordania yang lolos ke Piala Asia 2023. Meski secara head-to-head pertemuan mereka selisih golnya 0, Kuwait mencetak gol paling banyak yakni empat, disusul Yordania tiga dan Indonesia dua.
Pada skenario Kuwait menang 3-2 atas Yordania, berapa pun skor kemenangan Indonesia atas Nepal, bakal sia-sia. Indonesia tetap tersisih.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.