Mencari James Rodriguez Baru di Piala Dunia 2022: Striker Anyar City & Wonderkid Madrid Tebar Pesona
Lima pemain muda yang paling berpotensi tampil melejit di Piala Dunia 2022 dengan indikator: Performa musim lalu dan musim ini, serta kepercayaan pela
Penulis: deivor ismanto
Editor: Deivor Ismanto
TRIBUNNEWS.COM - Piala Dunia 2022 Qatar akan berlangsung sekitar empat bulan lagi atau tepatnya akan dilaksanakan pada 21 November hingga 18 Desember mendatang.
Barisan tim-tim besar pun sudah mengunci tiket mereka untuk tampil di Piala Dunia 2022.
Kecuali Italia, mereka dipastikan gagal tampil di turnamen empat tahunan tersebut usai dikalahkan Makedonia Utara dalam partai play off.
Baca juga: Perubahan Aturan Piala Dunia 2022, FIFA Izinkan Negara Peserta Bawa 26 Pemain ke Qatar
Terlepas dari itu, gelaran Piala Dunia selalu saja menghadirkan nama pemain muda yang mampu tampil melejit.
Yang paling mencolok adalah performa James Rodriguez bersama Timnas Kolombia pada Piala Dunia 2014.
James yang saat itu masih berusia 21 tahun mampu mencetak 4 gol selama turnamen sekaligus membawa negaranya lolos dalam penyisihan grup.
Kegemilangannya di Piala Dunia membuat karir James melejit, tim sebesar Real Madrid rela merogoh kocek sebesar 60 juta euro untuk memboyongnya menuju Santiago Bernabeu.
Dan di Piala Dunia edisi tahun ini, ada beberapa nama pemain muda yang berpotensi besar tampil mentereng.
Siapakah nama-nama tersebut?
Berikut Tribunnews rangkumkan lima pemain muda yang paling berpotensi tampil melejit di Piala Dunia 2022 dengan indikator: Performa musim lalu dan musim ini, serta kepercayaan pelatih.
Julian Alvarez (Argentina)
Pemain anyar milik Manchester City ini digadang-gadang sebagai penerus Aguero untuk negaranya dan juga Manchester City.
Gaya bermain mereka begitu mirip, Alvarez memiliki determinasi tinggi seperti Aguero.
Pemain asal Argentina itu juga memiliki finishing handal lewat kaki kanan, kiri, dan sundulan.
Torehan golnya bersama River Plate adalah buktinya!
Musim lalu, Alvarez sukses menyumbangkan 24 gol dan 18 assist dari 46 laga di seluruh kompetisi.
Dan di musim ini penampilannya semakin melejit, torehan 20 gol dan 8 assist sukses ia kemas hanya dari 30 pertandingan.
Manchester City yang sedang haus akan penyerang tajam pun menjadi tim terdepan untuk memboyongnya menuju Etihad, peduli setan dengan kualitasnya yang belum teruji di kompetisi elite Eropa.
Menariknya, Julian Alvarez pernah hampir direkrut oleh tim taksasa Spanyol, Real Madrid saat masih berusia belia.
Saat dirinya masih berusia 11 tahun, Alvarez terbang menuju Spanyol untuk menjalani trial bersama Los Blancos.
Selama menjalani trial penampilannya begitu melejit, Real Madrid pun tertarik untuk memasukkannya ke daftar pemain akademi.
Namun regulasi di sana membuat Los Blancos harus gigit jari, usia Alvarez yang baru menginjak 11 tahun memaksa Real Madrid harus memulangkannya ke Argentina.
Alvarez yang memiliki kualitas di atas rata-rata anak lainnya pun tak kesulitan untuk mencari rumah baru.
Klub lokal Argentina, Atletico Calchin, menyediakan segalanya yang dibutuhkan Alvarez untuk berkembang.
Melejit bersama Atletico Calchin, Alvarez pun dipinang River Plate untuk bermain di akademi mereka.
Hingga akhirnya di usia yang masih 18 tahun ia melakoni debut bersama tim senior River Plate, saat raksasa Argentina itu bermain di ajang primera division melawan Aldocivi pada tahun 2018.
Namun, gol debut Alvarez bersama River Plate baru tercipta pada 17 Maret 2019 di kemenangan mereka melawan Independiente di Primera Division.
Dan di tahun 2020, barulah ketajaman Alvarez mulai terbukti, ia sukses mencetak 5 gol hanya dari 6 pertandingan di penyisihan grup Copa Libertadores.
Mantan pelatih dan pengamat sepakbola Argentina, Alfio Basile pun begitu kagum dengan atribut yang dimiliki Alvarez.
"Saya melihat pertandingan pertama dia (Alvarez) dan saya langsung jatuh cinta," Kata Alfio dilansir TyC Sports.
"Dia cerdas dan cepat. Dia memiliki keajaiban. Dia berlatih dengan keras, dia handal dalam duel satu lawan satu," lanjutnya.
Dia bermain dengan eksplosif, apakah kalian melihat kometimen dan bagaimana cara dia melakukan pergerakan? saya menyukai cara dia bermain," pungkasnya.
Ya, apa yang diucapkan Alfio memang terbukti, layaknya Aguero muda, Alvarez mengawali karirnya sebagai pemain winger.
Kecepatan dan skill olah bolanya membuat ia mampu menjalani peran winger dengan baik, namun torehan golnya tak terlalu melejit.
Barulah saat striker utama River Plate, Rafael Borre yang memilih hijrah bersama klub asal Jerman, Eintracht Frankfurt.
Juru taktik River Plate, Marcelo Gallardo memilih untuk menggeser Alvarez untuk bermain sebagai penyerang tengah.
Hasilnya pun istimewa! hadirnya Alvarez di poros serangan membuat ketajamannya terasah, meski hanya berpostur 173 cm, tak menyulitkannya untuk berduel dengan bek lawan yang memiliki tubuh tinggi besar.
Determinasi tinggi dan kecerdasannya dalam melakukan finishing membuat ia bertransformasi dari winger lincah menjadi striker modern yang tak mengandalkan otot untuk mencetak gol.
Seperti yang disinggung di atas, Alvarez adalah replika dari seorang Sergio Aguero, sebagai penyerang tengah postur tubuh mereka memang tidak terlalu ideal.
Namun, insting mencetak gol dan determinasi mereka mampu menutup kekurangan itu.
Manchester City begitu beruntung mampu mendaratkan Alvarez menuju Etihad Stadium.
Nama Alvarez memang belum harum di daratan eropa, namun, di usianya yang masih 21 tahun dan atribut lengkap yang ia miliki akan membuatnya melejit.
Yeremi Pino (Spanyol)
Nama Yeremi Pino sebenarnya sudah mencuat dari musim lalu saat Villarreal berhasil menjuarai Liga Europa 2021.
Pino menjadi pemain termuda yang berhasil menjuarai Liga Europa sepanjang sejarah.
Pemain yang berposisi sebagai penyerang sayap itu menjadi juara Liga Europa pada usia 18 tahun dan 218 hari.
Memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Robin van Persie saat ia sukses membawa Feyenoord juara Piala Europa pada 2001/2002.
Sejatinya, Pino telah mendapat kesempatan tampil di tim utama Villarreal sejak musim 2020/2021 saat usianya masih 17 tahun.
Ia tampil reguler bersama Yellow Submarine dengan catatan 37 pertandingan selama musim 2020/2021, kontribusinya juga lumayan, ia berhasil menyumbang 7 gol dan 1 assist untuk Villarreal di musim tersebut.
Nama Pino kian melejit saat dirinya tampil di Liga Europa musim lalu bersama Villarreal.
Dalam laga debutnya, ia langsung berhasil mencetak gol saat timnya berhadapan dengan tim asal Turki, Sivasspor.
Pino juga menjadi starter saat Villarreal berhadapan dengan Manchester United di final Liga Europa.
Atribut yang dimiliki oleh Pino adalah kemampuan dribel bola dan kecepatannya.
Dilansir FBref, dribbles completed Pino berada di angka 2.26, menjadi tertinggi kedua di Villarreal setelah Samu Chukwueze.
Bermain sebagai pemain sayap dalam skema 4-4-2 milik Unai Emery, sentuhan di kotak penalti Pino sebanyak 6.22. Ia menjadi andalan Emery untuk menusuk dari sisi sayap ke jantung pertahanan lawan.
Pino juga dikenal sebagai pemain pekerja keras, kuntribusinya untuk Villarreal tak hanya ampuh dalam hal menyerang, namun juga bertahan.
Catatan pressures Pino ada di angka 20.96, interceptions 1.06, dan blocks 3.40. Ia diberi peran oleh Emery untuk menjaga pertahanan di sisi tepi, dan Pino mampu melakukannya dengan baik.
Dengan statistik seperti itu, Pino menjadi pemain paling sibuk dalam hal bertahan dan menyerang untuk Yellow Submarine.
Tak heran mengapa Unai Emery memberi kepercayaan kepada pemain Pino untuk mengisi sisi sayap Villareal, pemain berpostur 172 cm itu memiliki etos kerja yang luar biasa.
Buah kerja keras Pino pun mendatangkan torehan manis, namanya dipanggil Timnas Spanyol untuk melakoni laga uji coba di jeda international.
Pino berhasil menggeser nama-nama pemain sayap mentereng asal Spanyol lainnya, seperti Marco Asensio dan Adama Traore.
Berkat penampilan cemerlangnya juga, Yeremi Pino menjadi target transfer Real Madrid pada musim depan.
Dilansir 90min, Real Madrid ingin memperdalam skuatnya di sektor depan, selain berusaha mendatangkan Kylian Mbappe, nama Yeremi Pino masuk ke dalam radar Los Blancos.
Bukayo Saka (Inggris)
Dilansir Sky Sports, ada tiga pemain muda Arsenal yang tercatat sebagai pemain di bawah usia 21 tahun yang memiliki kontribusi gol dan assist terbanyak musim ini.
Diantaranya adalah, Bukayo Saka (20 tahun) 9 gol dan 5 assist, Disusul Emile Smith Rowe (21 tahun) 9 gol dan 2 assist, dan Gabriel Martinelli (20 tahun) 5 gol dan 2 assist.
Fakta tersebut menjadi bukti bagaimana kecerdasan Arteta dalam menggodok atribut pemain muda The Gunners.
Meski harus ditinggal top skor mereka selama empat musim, Aubameyang yang memilih hijrah menuju Barcelona, Arteta tak kehilangan akal untuk membuat Arsenal tampil bertaji.
Juru taktik asal Spanyol itu memilki dua formasi andalan yang sering ia terapkan di laga-laga The Gunenrs, adalah bermain kolektif menggunakan pakem 4-4-2 dan 4-2-3-1.
Menjabat sebagai asisten Pep Guardiola kala masih di Manchester City membuat Arteta banyak belajar dari Pep.
Arteta mengusung kolektivitas dan ball possesion untuk membuat Arsenal tampil dominan dalam menekan lawan dan mencetak gol.
Dan jawaban Arteta untuk menerapkan skemanya tersebut adalah dengan menggunakan atribut pemain mudanya.
Salah satu yang paling mencolok adalah penampilan yang dutampilkan oleh winger muda mereka, Bukayo Saka.
Bukayo Saka adalah produk akademi Arsenal yang mencintai klub asal London Utara tersebut sejak kecil, ia tampil melejit di Hale End dan selalu menjadi pilihan utama dalam skuat kelompok umur Arsenal.
Atas penampilan gemilangnya, Saka pun menjadi incaran klub-klub elit eropa. Namun, kecintaannya terhadap Arsenal membuat dirinya memutuskan untuk bertahan.
"Saya mendapatkan tawaran bergabung dari Spurs, Fulham, dan Chelsea, namun saya hanya memilih Arsenal," kata Saka dilansir Football London.
"Saya bahagia di sini dan senang dengan cara Arsenal bermain, jadi itu pilihan yang sangat mudah," lanjutnya.
Saka melakoni debutnya bersama skuat utama Arsenal pada musim 2018/2019, kala The Gunners bertanding di Liga Eropa menghadapi tim asal Ukraina, FC Vorskla Poltava.
Saat itu, pemain berusia 20 tahun tersebut dimasukkan pada menit ke-68 untuk menggantikan gelandang Arsenal yang kini bermain bersama Juventus, Aaron Ramsey.
Bermain selama 22 menit, Saka tampil gemilang, kemampuannya dalam melakukan dribel dan menciptakan peluang beberapa kali mampu merusak fondasi pertahanan lawan.
Satu umpan kunci, dua dribble succes, dan satu shots on goal berhasil ia torehkan hanya dalam waktu 22 menit bermain di lapangan.
Atas kegemilangannya tersebut, Saka pun menjadi lebih sering dipanggil untuk mengisi skuat utama The Gunners di era kepelatihan Unai Emery.
Bersama pelatih yang kini menahkodai Villareal tersebut, Saka mendapatkan banyak kesempatan tampil pada musim 2019/2020.
Di ajang Liga Primer Inggris, Saka tampil sebanyak 26 kali. Lalu, di Liga Europa dan Piala FA, Saka bermain sebanyak 10 kali.
Jika dikalkulasi, punggawa Timnas Inggris itu tampil sebanyak 38 kali dan sukses menyumbangkan 4 gol dan 11 assist.
Di musim selanjutnya, kepergian Unai Emery tak membuat Bukayo Saka luput dari sang penerus tongkat kepelatihan, Mikel Arteta.
Di tangan juru taktik asal Spanyol tersebut, Saka lebih diberi kepercayaan untuk bermain sebagai starter dan mendapatkan menit bermain yang lebih banyak.
Di era kepelatihan Arteta juga sang pemain mendapatkan panggilan Timnas Inggris untuk pertama kalinya di usia 19 tahun.
Saka menjadi tumpuan lini depan The Gunners dari musim lalu hingga sekarang, bermain sebagai winger kanan, sang pemain mampu menunjukan performa gemilang dengan rajin menyubangkan assist dan peluang berbahaya.
Sejak musim lalu, Saka telah mencatatkan 18 assist untuk The Gunners di seluruh kompetisi, menjadi yang terbanyak di antara pemain Arsenal lainnya.
Pergerakannya yang gesit dan sering berada di kotak 16 membuat ia menjadi penyumbang penalti terbanyak untuk Arsenal, penalty kicks won sang pemain berada di angka 0.08 per pertandingan.
Saka pun berhasil menendang pemain termahal Arsenal sepanjang sejarah, Nicolas Pepe untuk duduk manis di bangku cadangan.
Jamal Musiala (Jerman)
Jamal Musiala menimba ilmu di akademi Chelsea sejak berumur sepuluh tahun, bersama The Blues muda, ia adalah salah satu pemain paling potensional bersama Callum Hudson Odoi.
Kerja samanya dengan Odoi mampu mebawa tim Chelsea muda beberapa kali menjuarai turnamen kelompok umur di sana.
Namun, pamor Musiala kalah jauh dengan Odoi di Chelsea, saat Odoi telah melakukan debutnya bersama tim senior The Blues, Musiala masih bermain untuk Chelsea U-17.
Tim raksasa Jerman, Bayern Munchen melihat hal tersebut sebagai sebuah kesempatan.
Die Rotten dengan cekatan menarik hati Musiala untuk bergabung bersama tim tersukses di Jerman tersebut.
Bayern Munchen saat itu berani menjamin masa depan Musiala dengan menjanjikan satu tempat untuk mengisi skuat utama Die Rotten, tanpa pikir panjang sang wonderkid pun menerima tawaran tersebut.
Selain itu, ibu Musiala yang merupakan warga negara Jerman juga mempengaruhi keputusan Musiala untuk bergabung bersama Bayern Munchen.
Mantan pelatih Musiala saat di akademi Chelsea, Andrew Martin mengaku terkejut dengan keputusan Musiala yang hijrah ke Jerman, bersama Bayern Munchen.
Katanya, Musiala merupakan pemain hebat yang namanya laris manis diminati tim-tim besar eropa, khususnya Spanyol.
"Jamal sering menjadi pencetak gol terbanyak bagi Chelsea di berbagai turnamen, jadi secara natural dia mendapat banyak minat dari klub lain, termasuk beberapa klub terbaik di Spanyol," kata Andrew dilansir BBC.
Bersama Die Rotten, tak menunggu waktu lama bagi Musiala untuk menunjukkan potensi dan kehebatannya.
Musiala yang pada awalnya ditempatkan dalam skuad U-19 dan Bayern Munchen II.
Setengah musim kemudian namanya diikut sertakan dalam skuat utama Die Rotten untuk bermain di Bundesliga dan Liga Champions.
Juru taktik Bayern Munchen saat itu, Hansi Flick melihat Musiala sebagai pemain yang spesial.
Pada Juni 2020, Musiala masuk dalam pemain cadangan Bayern dalam partai menghadapi Borussia Monchengladbach.
Lalu sepekan setelahnya, Musiala dipercaya untuk tampil pertama kalinya bersama tim utama Die Rotten saat menghadapi Freiburg.
Ia pun menjadi pemain paling muda sepanjang sejarah yang bermain di Bundesliga pada usia 17 tahun 115 hari.
Sejak saat itu, Musiala menajadi pemain favorit Hansi Flick untuk mengisi lini tengah dan sayap Die Rotten, hingga menorehkan rekor demi rekor.
Musiala menjadi pemain muda paling menonjol di Bundesliga bersama Giovanni Reyna (Brussia Dortmund) dan Florian Wirtz (Bayern Leverkusen).
Musiala juga memberikan dimensi permainan yang baru di skuat Bayern Munchen, pemain berusia 18 tahun tersebut memiliki kemampuan dribel yang mumpuni.
Saat melakukan dribel, bola begitu lengket di kakinya, sangat sulit untuk mampu direbut lawan, statistiknya pun juga luar biasa.
Dilansir FBref, dribbles completed Musiala berada di angka 3.17, lebih tinggi diantara pemain sayap Munchen lainnya, baik Serge Gnabry maupun Leroy Sane.
Berkat kemampuan dribelnya tersebut, Musiala mampu beroperasi di banyak posisi di lini serang. Ia bisa menjadi gelandang serang, atau winger dengan peran yang lebih inverted.
Dengan kemampuannya yang mentereng, membuat nama Musiala masuk ke dalam skuat timnas Jerman dalam ajang Piala Eropa 2020, ia menjadi pemain paling muda saat Der Panzer saat itu.
Di Bayern Munchen, meskipun harus bersaing dengan deretan gelandang dan winger elite, dirinya tetap memiliki kesempatan bermain yang banyak.
Musim ini saja, Musiala telah bermain sebanyak 30 kali bersama Die Rotten di seluruh kompetisi dengan sumbangan 7 gol dan 6 assist.
Hansi Flick adalah salah satu orang yang paling percaya dengan bakat Musiala, baik saat menukangi Bayern Munchen ataupun Timnas Jerman, Musiala selalu menjadi pemain muda yang dilirik Flick untuk mengisi skuat dan diberi menit bermain.
"Musiala? dia memiliki kemampuan dribel yang bagus, insting mencetak golnya juga tajam, saya bisa memberinya peran di tengah dan samping, dia luar biasa," Kata Hansi Flick dilansir BT Sport.
Vinicius Junior (Brasil)
Vinicius Junior telah mengalami peningkatan performa yang luar biasa, dari 37 pertandingan bersama Real Madrid musim ini, ia sukses menyumbangkan 16 gol dan 13 assist.
Nama Vinicius pun bertengger dalam daftar top skor Liga Spanyol dan Liga Champions musim 2021/2022.
Ya, Vinicius telah bertransformasi menjadi sosok winger tajam dan begitu klinis di depan gawang.
Benyak kalangan dibuat terkejut dengan transformasi pemain asal Brasil tersebut, itu merupakan capaian terbaiknya selama berkostum Real Madrid selama tiga musim.
"Dia (Vinicius) luar biasa, jujur saya sedikit terkejut dengan penampilannya, semoga performa bagusnya dapat bertahan hingga akhir musim," kata Benzema, dilansir 90min.
Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Vinicius terlihat begitu matang, visi bermain dan ketenangannya di depan gawang terus meningkat.
Raihan gelar Ballon d'Or di masa depan pun menjadi tujuan winger asal Brasil itu, bakatnya istimewa, misinya tersebut bukanlah isapan jempol semata.
"Saya harus bekerja keras untuk itu, saya harus terus bermain di sini, terus melakukan hal-hal dengan baik dan selalu menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri," kata Vinicius, dilansir Marca.
“Jika saya terus bermain seperti itu, tentu saja saya bisa memenangkannya (Ballon d'Or), tetapi yang utama bagi saya adalah tim dan memenangkan banyak gelar bersama Real Madrid," lanjutnya.
Vinicius Junior didatangkan Real Madrid dengan mahar 45 juta euro pada transfer musim panas (24/5/2017), dengan tujuan mengisi lubang di sisi kiri yang ditinggalkan Cristiano Ronaldo.
Pada saat itu, peraih lima Ballon d'Or tersebut memilih hijrah ke Juventus sebelum berseragam Manchester United saat ini.
Vinicius mulai menarik perhatian Madrid saat dirinya membela timnas Brasil di Piala Amerika Latin U-17.
Dalam turnamen itu, ia mampu mengemas tujuh gol dan membawa Brasil menjadi juara.
Lalu, ia juga melakoni debutnya bersama tim utama Flamengo pada usia 17 tahun.
Skill olah bola dan kecepatan yang dimikinya membuat ia disamakan dengan Neymar Jr.
Datang di klub sebesar Real Madrid di usia 18 tahun dengan ekspektasi setinggi itu membuat Vinicius terbebani.
Alhasil, kariernya bersama Los Blancos tak berjalan mulus. Dirinya sulit untuk mendapatkan menit bermain di tim utama dan lebih sering dilempar ke tim U-23 Real Madrid.
Karier Vinicus bertambah berat ketika ia mengalami pecah ligamen lutut dan harus absen selama dua bulan.
Ia pun menutup musim 2018/2019 dengan hanya menorehkan 2 gol di Liga Spanyol.
Di musim selanjutnya, Vinicius semakin mendapakan kepercayaan dari pelatih Real Madrid musim itu, Zinedine Zidane.
Dirinya diberi kesempatan bermain sebanyak 38 laga dengan sumbangan 5 gol, sebuah pencapaian yang lumayan untuk pemain seusianya.
Namun, segala kritikan tetap menghampiri pemain yang berposisi di sayap kiri tersebut, ia dianggap pemain tanpa visi dengan terlalu banyak menggiring bola.
Rekan setimnya di Los Blancos, Karim Benzema pun sempat menganggapnya egois.
Karim Benzema terekam sedang berbicara kepada Ferland Mendy soal egoisme Vinicius di Lorong Stadion Borussia Park, Jerman.
"Dia cuma melakukan apa yang dia inginkan, jangan beri dia bola. Dia bermain melawan kita," kata Benzema kepada Mendy dilansir Goal.
Hal tersebut, semakin membuat keraguan dan kritikan terus menghampiri Vinicius, orang-orang semakin membenarkan bahwa ia adalah pemain yang egois.
Di musim tersebut, penyelesaian akhir dan ketahanan tubuh merupakan masalah utama Vinicius.
Urusan menggiring bola dan melewati lawan kualitasnya memang di atas rata-rata, tapi keran golnya masih tersumbat.
Di setiap musim, walaupun rajin dimainkan Zidane, golnya tidak pernah lebih mencapai angka lima.
Melihat hal tersebut, Vinicius pun begitu bernafsu untuk meningkatan performanya, ia melihat sosok Cristiano Ronaldo sebagai motivasi utama.
Dalam akun Instagramnya, ia memamerkan latihan tambahan yang ia jalani di kediamannya dengan caption:
"125 kali latihan otot inti di hari Minggu, tidak terlalu buruk. terima kasih atas tantangannya!" tulis Vinicius sambil menandai akun Instagram Cristiano Ronaldo.
Ya, dari tahun 2020, Vinicius memang menambah porsi latihannya guna memperkuat otot dan ketahanan tubuhnya agar prima seperti CR7.
Dilansir AS, ia merekrut seorang fisioterapis dan pelatih fisik asal Brasil bernama Thiago Lobo.
Tak hanya melatih fisik pemain berusia 21 tahun tersebut, Lobo juga mengawasi nutrisi yang dikonsumsi oleh Vinicius setiap harinya.
"Saya tidak pernah melakukannya hanya untuk uang, ini merupakan peluang bagi saya untuk membantu pemain dalam urusan kesehatan dan fisik mereka," kata Lobo dilansir AS.
Hasilnya? Istimewa. Setelah absen dua bulan karena alami cedera lulut di musim 2018/2019 saat Los Blancos bermain melawan Ajax Amsterdam di Liga Champions, Vinicius tak pernah masuk ruang perawatan lagi.
Ketahanan fisik yang prima membuat penampilan Vinicius semakin garang, ia menjadi sosok winger lincah dan produktif yang begitu merepotkan pertahanan lawan.
(Tribunnews.com/Deivor)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.