Upaya Barcelona Tambal Utang Lewat Trik Jual Aset Bikin Presiden PSG Cemburu
Presiden PSG cemburu melihat Barcelona tak masuk dalam tim yang melanggar regulasi Financial Fair Play (FFP), padahal utang Barca di mana-mana.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Paris Saint-Germain (PSG), Nasser Al-Khelaifi, menyoroti kebijakan Barcelona yang menjual sejumlah asetnya untuk belanja jor-joran sekaligus menambal utang.
Geliat Barcelona dalam mendatangkan banyak pemain pada bursa transfer musim panas lalu mengundang perhatian.
Bagaimana tidak, di tengah timbunan utang menggunung, Barcelona sanggup merekrut pemain-pemain kelas wahid seperti Robert Lewandowski, Andreas Christensen hingga Raphinha.
Baca juga: Syarat Mutlak Barcelona Terima Lionel Messi Lagi, La Pulga Harus Datang Secara Gratis
Bukan menjadi rahasia lagi jika finansial Barcelona menjadi masalah utama.
Terhitung sejak era kepemimpinan Jose Maria Bartomeu sebagai presiden klub saat itu, utang raksasa catalan itu sangatlah besar.
Joan Laporta, sebagai presiden anyar Barcelona mengungkapkan utang yang dimiliki timnya mencapai 1,3 miliar euro.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh Barca. Mulai dari pemotongan gaji hingga melepas sejumlah pemain dengan gaji tinggi.
Pun kebijakan transfer pemain berubah dengan banyak mendekati pemain yang berstatus gratisan.
Strategi pun diubah begitu manajemen tim sadar sangat tidak mungkin untuk menutup utang dalam waktu singkat.
Satu di antara cara yang dilakukan Barca adalah melepas sejumlah aset.
Diwartakan ESPN, Barca menjual berbagai aset, seperti Barca Licensing and Merchandising (BLM), hak siar televisi, Barcelona Studios, dan kesepakatan sponsorship dengan Spotify.
Pro kontra pun kemudian muncul dengan cara Barca mengeruk keuntungan ini. Satu di antaranya ialah Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi.
Sangking berangnya terhadap tindakan Barca, Nasser meminta pihak UEFA untuk melakukan penyelidikan terhadap keabsahan dan legalitas dari cara yang ditembuh Blaugrana.
"Apakah ini adil? Tidak, itu tidak adil. Apakah itu sah? Saya tidak yakin mengenai itu," ungkapnya dalam sebuah wawancara bersama Politico.
"Ini menjadi hal yang tak baik jika di tiru oleh banyak klub. UEFA Memiliki aturan tersendiri soal finansialnya. Saya menyarankan agar UEFA segera melakukan penyelidikan," imbuh Presiden PSG.
"Tingkat utang yang berbahaya dan kesepakatan ekuitas magis bukanlah jalan yang berkelanjutan," sambung Nasser.
Meski dibilang menyalahi aturan, Barcelona nyatanya tak termasuk dalam 8 klub yang melanggar regulasi Financial Fair Play (FFP) yang dirilis UEFA pada awal September ini.
PSG justru menjadi salah satu tim yang melanggar FFP.
(Tribunnews.com/Giri)