Tragedi Kanjuruhan Renggut Ratusan Nyawa, Sepakbola Indonesia Disorot Dunia
Tragedi di Kanjuruhan setelah laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu, (1/10/2022) membuat Sepakbola Indonesia disorot Dunia.
Penulis: deivor ismanto
Editor: Muhammad Nursina Rasyidin
TRIBUNNEWS.COM - Tragedi di Kanjuruhan setelah laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu, (1/10/2022) membuat Sepakbola Indonesia disorot Dunia.
Hingga artikel ini dibuat, laporan dari Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, menyebutkan sudah ada 131 nyawa yang hilang di tragedi Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan terjadi lantaran tak terimanya Aremania setelah tim kebanggan mereka, Arema FC menelan kekalahan atas Persebaya di pekan ke-11 Liga 1.
Baca juga: Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta Resmi Ditunda, Ini Klasemen Sementara BRI Liga 1 2022/2023
Sekitar 3.000 supporter Arema FC masuk ke lapangan Stadion kanjuruhan setelah selesainya laga Arema FC vs Persebaya yang berakhir dengan skor 2-3.
Berjatuhnya korban jiwa terjadi karena polisi menembaki gas air mata ke arah tribun stadion yang membuat situasi menjadi semakin panik.
Para supporter berlarian menyelamatkan menuju pintu keluar stadion yang menyebabkan aksi desak-desakan.
Baca juga: Wagub Jatim: Korban Meninggal Dunia Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Berjumlah 174 Orang
Melihat jumlah korban yang banyak dan situasi yang kacau, media Dunia menyorot peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan.
“Lapangan sepak bola yang menjadi neraka, setidaknya 127 meninggal dalam kerusuhan di Indonesia,” tulis media asal Korea Selatan, Chosun.
"Bentrok antara pendukung dua tim sepak bola Indonesia di provinsi Jawa Timur menewaskan 125 penggemar dan dua petugas polisi, sebagian besar diinjak-injak sampai mati, kata polisi," tulis media asal Spanyol, ESPN.
Juga dengan media asal Inggris, Sky yang turut menyorot kejadian di Kanjuruhan.
“Dalam kejadian yang tampaknya menjadi salah satu bencana stadion terburuk, lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi banyak yang meninggal saat perjalanan atau saat menerima perawatan,” tulis Sky di salah satu artikel mereka.
Terakhir, media asal Amerika Serikat, The New York Time memilih untuk menyorot penggunaan gas air mata yang dilakukan oleh aparat Indonesia.
“Lebih dari 100 orang meninggal setelah laga sepak bola di Indonesia saat polisi berusaha memadamkan kerusuhan dengan gas air mata. Banyak yang terinjak-injak saat mencoba melarikan diri,” tulis The New York Times.
(Tribunnews.com/Deivor)