Ada Gas Air Mata saat Tragedi Kanjuruhan, Karim Rossi: Ini Stadion Sepak Bola, Bukan Zona Perang
Karim Rossi mengomentari terkait gas air mata yang digunakan saat terjadinya tragedi kerusuhan saat laga Arema FC vs Persebaya.
Penulis: Isnaini Nurdianti
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNNEWS.COM - Pemain Dewa United, Karim Rossi ikut menanggapi terkait tragedi kerusuhan saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/2022) di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Karim Rossi mengomentari terkait gas air mata yang digunakan saat terjadinya tragedi kerusuhan saat laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Komentar Karim Rossi tentang gas air mata tersebut diketahui dari cuitan akun Twitter pribadinya @K_Rossi9, Minggu (2/10/2022).
Baca juga: Abel Camara Ungkap Kronologi Tragedi Kanjuruhan: Lihat 7-8 Orang Meninggal di Kamar Ganti
Diketahui, pihak polisi menembakkan gas air mata saat banyaknya suporter yang terus merangsek turun ke lapangan.
Banyaknya suporter yang turun ke lapangan akibat dari kekalahan yang dialami Arema FC atas Persebaya.
Para suporter Arema FC merasa tidak menerima kekalahan yang dialami oleh Singo Edan.
Komentar Karim Rossi
Gas air mata diketahui menjadi salah satu penyebab dari banyaknya korban jiwa yang meninggal saat kerusuhan terjadi.
Saat gas air mata ditembakkan, banyak suporter yang langsung berlarian untuk keluar dari stadion.
Namun, hal itu membuat para suporter berdesak-desakan.
Karim Rossi pun heran mengapa ada gas air mata saat kerusuhan terjadi.
Bahkan, ia mengungkapkan bahwa Kanjuruhan adalah stadion sepak bola, bukan zona perang.
Ia pun merasa bahwa hari kerusuhan adalah hal yang menyedihkan.
"Mengapa begitu banyak bom gas?"
"Saya tidak mengerti.. Ini stadion sepak bola bukan zona perang!"
"Hari yang menyedihkan," tulis Rossi.
Baca juga: UPDATE Jumlah Korban Kerusuhan Kanjuruhan per Minggu Malam: 125 Orang Meninggal, Ini Daftarnya
Penggunaan Gas Air Mata
Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, buka suara perihal penembakan gas air mata terhadap suporter Arema FC saat terjadinya kerusuhan.
Dikatakan oleh Nico, penggunaan gas air mata diambil sebagai bentuk upaya menghalau serangan oknum suporter yang merangsek turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan.
“Para penonton turun ke tengah lapangan, dan berusaha mencari para pemain dan official untuk menanyakan kenapa sampai kalah atau melampiaskan," kata Nico Afinta, dikutip dari Surya.
“Oleh karena itu, pengamanan dan pencegahan, melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan atau mengejar para pemain," tambah Nico.
"Untuk melakukan upaya pencegahan sampai dillakukan (pelemparan) gas air mata," pungkas Nico.
(Tribunnews.com/Isnaini Nurdianti)(Surya.co.id/Abdullah Faqih)