Ada Pemain Kroasia, Inter Milan Bisa Juara, Teori Lucu-lucuan Prediksi Pemenang Final Liga Champions
Ada teori lucu-lucuan yang memprediksi Inter Milan bakal mengalahkan Manchester City di final UCL.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
TRIBUNNEWS.COM- Ada teori lucu-lucuan yang memprediksi Inter Milan bakal mengalahkan Manchester City di final UCL.
Alasannya? Karena adanya pemain Kroasia di skuat La Beneamata Inter Milan.
Inter Milan dijagokan juara karena faktanya memang, sejak final 2013 di Wembley selalu ada pemain asal Kroasia yang menjadi juara Liga Champions,
Sejak final 2013 di Wembley, sejak final 2013 di Wembley, ketika Mario Mandzukic mencetak gol untuk membawa kemenangan Bayern Muenchen atas Borussia Dortmund, selalu ada pemain dari Kroasia yang tampil di tim juara.
Luka Modric, yang telah mengangkat lima trofi Liga Champions bersama Real Madrid pada tahun 2014, 2016, 2017, 2018 dan 2022, sangat akrab dengan fincal UCL, seperti halnya mantan rekan setim Los Blancos Mateo Kovacic.
Kali ini, ada Marcelo Brozovic yang akan membela Inter kontra City yang lebih difavoritkan.
Dikutip dari Sportbible, para fan di media sosial pun ramai berharap Brozo melanjutkan tren pemain Kroasia juara tersebut.
Yang satu berkata: "Brozovic, saya mohon Anda untuk terus melanjutkan rekornya.".
Yang lain berkomentar: "Harapan terakhir Kroasia untuk mempertahankan rekor kemenangan beruntun mereka yang luar biasa di Liga Champions tetap hidup. Hanya ada satu Marcelo Brozovic."
Yang ketiga menulis: "Keberuntungan Kroasia adalah satu-satunya harapan kami sekarang. Selamatkan kami MARCELO BROZOVIC!!!".
Yang keempat menambahkan: "Man City tidak memiliki Kroasia, Inter Milan memilikinya."
Pemain Kroasia di final Liga Champions
2013 – Mario Mandzukic [Bayern Munchen]
2014 – Luka Modric [Real Madrid]
2015 – Ivan Rakitic [Barcelona]
2016 – Luka Modric, Mateo Kovacic [Real Madrid]
2017 – Luka Modric, Mateo Kovacic [Real Madrid], Mario Mandzukic [Juventus]
2018 – Luka Modric, Mateo Kovacic [Real Madrid], Dejan Lovren [Liverpool]
2019 – Dejan Lovren [Liverpool]
2020 – Ivan Perisic [Bayern Munchen]
2021 – Mateo Kovacic [Chelsea]
2022 – Luka Modric [Real Madrid]
2023 – Marcelo Brozovic [Inter Milan]
Duel Maestro Gelandang Penentu Final
Perang antar-gelandang diyakini akan jadi salah satu penentu hasil akhir duel Manchester City kontra Inter Milan.
Duel final Liga Champions antara Manchester City kontra Inter Milan digelar di Stadion Ataturk Olympic, Istanbul, Minggu (11/6) dini hari mendatang.
Manchester City, semua tahu, punya para gelandang hebat yang piawai dalam menyerang, juga bertahan seperti Kevin De Bruyne, IIkay Gundogan, dan John Stones yang dari semula seorang bek, kini didorong jadi gelandang bertahan yang mumpuni.
Sementara, Inter Milan juga didukung para gelandang berpengalaman seperti Henrikh Mkhitaryan, Nicolo Barrela, dan Hakan Calhanoglu.
Tentu saja, tak boleh dilupakan pula sang jenderal lapangan, Marcelo Brozovic.
Duel head to head menarik khususnya akan tersaji antara dua maestro, De Bruyne dari City yang memasang formasi 3-4-2-1 kontra Brozovic dari Inter yang memasang pakem formasi 3-5-2.
Keduanya bakal sering berduel dalam perebutan bola karena berada dalam posisi yang hampir sama. Keduanya jadi motor serangan, juga penjaga keseimbangan tim.
De Bruyne adalah pemasok bola untuk bomber City, Erling Haaland yang musim ini sudah mencetak 52 gol.
"Putuskan koneksi de Bruyne ke Haaland, maka City akan kesulitan cetak gol," cetus bek Manchester United, Raphael Varane jelang final Piala FA lalu, memaparkan tips menghentikan duet maut ini.
Kenyataannya tak semudah itu. Bruyne masih tetap merajalela, dan mengalihkan umpan-umpannya ke Ilkay Gundogan yang mencetak brace dalam kemenangan City 2-1, dengan kedua assist lahir dari De Bruyne.
Produktivitas gelandang asal Belgia berusia 31 tahun ini terlihat dari statistik berikut: di Liga Primer, dia terlibat dalam 23 gol, meliputi tujuh gol, dan 16 assists.
Sedang di Liga Champions dirinya terlibat delapan gol, dengan dua gol, dan enam assists.
Itu statistik yang tercatat. Di luar itu, De Bruyne juga adalah seorang visioner.
Saat berlama-lama dengan bola, dia bisa tiba-tiba mengejutkan dengan umpan jauhnya yang jadi pembuka serangan.
Sementara Brozovic adalah metronom Inter sekaligus penjegal terbaik serangan lawan.
Gelandang asal Kroasia berusia 30 tahun ini adalah pemain yang mampu mengacaukan rencana Pep Guardiola untuk mengontrol permainan, dan mengarahkan bola ke tempat-tempat berbahaya.
De Bruyne membutuhkan ruang, dan juga pasokan bola untuk meluncurkan visinya.
Nah, Brozovic bakal jadi instrumen utama Inter untuk mengacaukan kreasi serangan dari De Bruyne.
Setidaknya hal itu pernah terbukti saat keduanya bertemu di Piala Dunia 2022, saat Belgia, dan Kroasia berbagi angka 0-0 pada penyisihan grup.
Sayangnya, Brozo yang membawa Kroasia jadi finalis Piala Dunia 2018, musim ini banyak terkendala dengan cedera.
Total hampir 80 hari dia absen karena cedera hamstring diikuti cedera paha, yang memaksanya absen 17 laga di berbagai kompetisi.
Setelah pulih dari cedera, Brozo pun mulai menggeliat. Dia terlibat dalam enam gol dari sembilan laga terakhir.
Termasuk yang terakhir ketika menjadi bintang lapangan saat Inter menekuk Torino 0-1 di laga terakhir Serie A. Dari luar kotak penalti, dia melepaskan tendangan jarak jauh yang menjadi gol ketiganya musim ini.
Brozo memang tak terlalu menonjol dalam urusan serangan. Kelebihannya justru pada segi pertahanan. Situs one versus one, mengulas aspek defensif kedua gelandang ini.
De Bruyne total melakukan dua kali blok, 28 duel udara, dan dua kali tekel di Liga Primer.
Sedang Brozo meski mainnya terbatas di Serie A, total melakukan delapan kali blok, 23 duel udara, dan 14 kali tekel. Statistik itu menjelaskan siapa yang lebih sangar saat bertahan.
Gelandang Inter, Barella mengklaim kekuatan lini tengah memang jadi modal utama Inter untuk duel final di Istanbul nanti.
"Saya sebut misalnya saja, kami punya Brozovic yang main di final Piala Dunia. Kami juga punya Mkhitarian yang sedang dalam level tertinggi.
Juga ada Calhanoglu yang selalu mengejutkan. Kami punya pengalaman, kualitas, punya segalanya," ujar Barella meyakini.
Para gelandang ini akan jadi pembuka serangan, juga pemasok bola bagi duet Inter Milan, Lula, yakni Romelu Lukaku, dan Lautaro Martinez. Belakangan, produktivitas keduanya semakin mengerikan.
Di kubu City, Gundogan telah membuktikan diri bisa jadi alternatif ketika sang mesin gol, Erling Haaland macet. Tapi sang maestro, Kevin de Bruyne memilih untuk merendah ketimbang berkoar tentang kualitas timnya.
Dia menyebut peluang untuk laga final nanti adalah 50-50 lantaran kedua tim sama bagusnya.
"Kami menghormati Inter, yang punya pemain-pemain hebat. Mereka lolos ke final setelah mengalahkan tim-tim hebat. Situasinya selalu sulit. Kamu harus bisa mengontrol momen-momen yang ada," ujar De Bruyne. (Tribunnews/den)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.