Soal Hukuman Seumur Hidup Bagi Pelaku Match Fixing, Pakar: Tegakkan Sesuai Perundangan
Berantas Mafia Bola, Langkah Erick Thohir Gandeng Polri dinilai Mampu Percepat Penindakan Hukum
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Rikki Daulay yang juga saat ini aktif memantau perkembangan sepak bola Indonesia mengakui, ancaman Ketua Umum PSSI Erick Thohir ini bisa menjadi senjata ampuh dalam pemberantasan mafia sepak bola.
Apalagi, Erick Thohir langsung menggandeng Polri untuk bersama-sama memberantas mafia dari sepak bola Indonesia.
“Mudah-mudahan dapat meminamalisir mafia sepakbola, dan ini tugas bersama semua komponen yang terkait demi kemajuan sepakbola nasional. Bagus dan Presiden Jokowi serta FIFA juga wajib membantu aktif PSSI untuk langkah-langkah tegasnya,” jelas Daulay.
Erick Thohir mengancam bagi pelaku mafia sepak bola dengan hukuman seumur hidup tidak dapat berkecimpung lagi di dunia persepakbolaan.
Namun, kata dia, ancaman tersebut baiknya diutamakan kepada pemain, wasit dan bahkan pengurus PSSI atau PT LIB.
“Kalau menurut saya, hukuman yang lebih berat itu harusnya kepada komponen pertandingan seperti pemain, pelatih, wasit, pengurus dan lainnya. Kalau untuk hukuman penjara seumur hidup menurut saya agak berlebihan ya, mungkin 20-25 tahun lebih ideal. Karena mafia sepakbola ini belum masuk kategori extra ordinary crime,” ungkapnya.
Daulay pun menyarankan agar PSSI tidak hanya fokus pada pemberantasan mafia sepak bola semata, tetapi harus intens memberikan edukasi kepada pemain dan wasit yang menjadi pihak utama dalam berlangsungnya satu pertandingan.
Daulay pun mengapresiasi langkah-langkah Erick Thohir yang menaikan gaji para wasit dan membuat aturan terkait kontrak kerja antara pemain dan klub yang makin profesional.
“Jangan terfokus hanya kepada penindakannya, tetapi juga tindakan preventifnya. Seperti mengedukasi pemain bola tentang tidak berhubungan dengan pengaturan skor dan memperbanyak sosialisasi ke perangkat pertandingan tentang bahayanya judi sepak bola,” pungkasnya. (*/)