Thomas Doll Kritik Format Baru Liga 1 2023: Kerja Keras Selama 34 Laga Jadi Percuma
Lewat format ini, PSSI berpotensi menggagalkan kerja keras tim pemuncak klasemen Liga 1 dengan menerapkan format final four pada musim 2023 ini.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Thomas Doll Kritik Format Baru Liga 1 2023: Kerja Keras Selama 34 Laga Jadi Percuma
TRIBUNNEWS.COM - Format baru Liga 1 2023 mendapat kritik dari Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll.
Sebagai catatan, dengan format baru ini, PSM Makassar musim lalu tidak bisa secara langsung menjadi juara saat memuncaki klasemen Liga 1, melainkan harus menghadapi laga lainnya dengan format semifinal-final.
Lewat format ini, PSSI berpotensi menggagalkan kerja keras tim pemuncak klasemen Liga 1 dengan menerapkan format final four pada musim 2023 ini.
Baca juga: Petinggi PSSI Ramai-Ramai Klarifikasi Soal Rumput JIS Tak Sesuai Standar FIFA: Cek Tengah Lapangan
Baca juga: Ada Pungli Saat Seleksi Wasit Liga 1, Akmal Marhali: Ini Momentum Erick Thohir Beres-beres
Demikian pendapat Thomas Doll, pelatih Persija Jakarta yang berpengalaman melatih level elite Eropa bersama Borussia Dortmund, Ferencvaros, hingga APOEL.
Persija Jakarta saat ini meraih dua poin dalam dua laga, awal yang buruk untuk menyamai torehan musim lalu menjadi runner-up.
Jika pada musim lalu Persija dapat merebut titel runner-up hanya dalam 34 pertandingan, musim ini jalan akan lebih berat.
PSSI dan PT LIB memutuskan menambah format baru, yaitu championship series atau final four sesudah musim reguler tuntas.
Empat tim teratas akan bertarung dengan sistem gugur untuk memperebutkan gelar juara pada Mei 2024 mendatang.
Thomas Doll sejatinya menyambut dengan penasaran mengenai format lebih panjang ini.
Baca juga: Hasil dan Klasemen Liga 1 2023: Dewa United di Puncak, Persib Medioker, Bali United Juru Kunci
"Saya pikir ini akan bagus untuk para suporter dan penonton di rumah karena klub yang berada di empat besar akan berkompetisi," tuturnya.
Namun Thomas Doll menyimpan kegusaran lantaran format ini akan membuat klub bergantung pada hasil dua pertandingan di akhir musim untuk menjadi juara.
Di Eropa, format ini nyaris tak dikenal lantaran sebuah tim terbaik sudah bisa ditentukan dengan format double round robin.
Menurut Doll, final four akan menggagalkan kerja keras tim pemuncak klasemen sepanjang musim.