Fulham vs Liverpool: Darwin Nunez si Pengacau, Liverpool Hanya Butuh Hasil Imbang untuk Lolos Final
LIVERPOOL akan kembali menghadapi lawan yang bandel, Fulham dalam leg kedua semifinal EFL Cup di Craven Cottage, Kamis (25/1) dini hari nanti.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
Fulham vs Liverpool: Darwin Nunez si Pengacau, Liverpool Hanya Butuh Hasil Imbang untuk Lolos Final
TRIBUNNEWS.COM- LIVERPOOL akan kembali menghadapi lawan yang bandel, Fulham dalam leg kedua semifinal EFL Cup di Craven Cottage, Kamis (25/1) dini hari nanti. Dalam leg pertama (11/1) lalu, The Reds berhasil bangkit untuk memukul balik The Cottagers 2-1 di Anfield.
Fulham belakangan ini memang kerap jadi lawan menyulitkan bagi Liverpool. Duel pekan ke-14 Liga Primer di Anfield awal Desember lalu menjadi contoh. Pasukan asuhan Marco Silva ini sempat memimpin 2-3 di menit ke-80. Untungnya, The Reds bisa memukul balik lewat gol Wataru Endo, dan Alexander Arnold di menit 87, dan 88 untuk akhirnya unggul 4-3.
Thriller tujuh gol pada Desember itu seakan jadi inspirasi Fulham untuk kembali merepotkan Liverpool pada leg pertama EFL Cup. Pasukan Marco Silva membuat The Kop terdiam melalui Willian hanya dalam waktu 19 menit. Mantan pemain Chelsea tersebut memanfaatkan kesalahan Virgil van Dijk yang tidak biasa.
Dan struktur pertahanan Fulham yang kaku dapat bertahan hingga gol penyeimbang dari Curtis Jones yang sangat kebetulan, yang terjadi hanya beberapa saat sebelum Cody Gakpo menyelesaikan perubahan yang sangat penting bagi the Reds.
Masuknya Gakpo, dan sang pengacau, Darwin Nunez - yang mengakhiri malam itu dengan dua asis atas namanya - terbukti menjadi kehancuran Fulham di Anfield.
Baca juga: Mohamed Salah Tinggalkan Timnas Mesir Kembali Ke Liverpool Untuk Penyembuhan Cedera
Namun tidak ada rasa takut, dan kesedihan di antara para penggemar The Cottagers. Mereka percaya diri, tim asuhannya bakal kembali menyulitkan, bahkan kini memetik kemenangan atas The Reds bermodal laga di kandang.
Pasukan Silva siap menyambut musuh dari Merseyside di tempat di mana mereka telah menang dalam lima dari enam laga terakhir di semua turnamen.
Tapi, Fulham harus melawan tren yang sulit di EFL Cup ini. Statistik membuktikan, hanya 25 persen tim yang mengalami kekalahan di pertandingan pembuka semifinal berhasil membalikkan keadaan di pertemuan kedua.
Sulitnya lagi, mereka baru saja ditekuk Chelsea dalam derbi London (13/1). Tendangan titik putih Cole Palmer membuat Fulham pulang ke Craven Cottage dengan tangan hampa.
Liverpool sementara itu datang dengan kepercayaan diri tinggi setelah menyapu bersih lima laga terakhir di berbagai kompetisi. Mereka juga punya modal sejarah mentereng: dari sembilan musim sebelumnya di mana Liverpool memenangkan leg pertama semifinal EFL Cup, The Reds telah melaju ke final dalam delapan pertandingan di antaranya.
Hanya Middlesbrough pada musim 1997-98 yang pernah menggagalkan Liverpool meraih trofi dalam situasi seperti itu. Dan sang juara sembilan kali itu kini hanya berjarak 90 menit dari penampilan ke-14 yang memecahkan rekor di final EFL Cup saat mereka terus mengejar empat trofi yang fantastis.
The Reds menggilas Bournemouth 0-4 di laga terakhir. Skenarionya hampir sama saat memukul balik Fulham, di mana mereka kesulitan di babak pertama.
Namun, babak kedua lain lagi ceritanya. Dua gol dari Darwin Nunez dan dua gol dari Diogo Jota membawa anak asuh Jurgen Klopp meraih kemenangan gemilang 4-0 di South Coast, yang memungkinkan the Reds untuk memperpanjang keunggulan mereka di puncak klasemen Liga Primer menjadi lima poin di atas Arsenal, Manchester City, dan Aston Villa.
Setiap kemenangan tersebut membuat The Reds mengantongi setidaknya sepasang gol. Dan sejak Hari Natal, tim asuhan Klopp tampil gemilang dalam tiga laga tandang beruntun melawan Arsenal, Burnley dan Bournemouth tanpa kemasukan satu gol pun.