Mats Hummels Masih Belum Pasti Masa Depannya, Menunggu Hasil Final UCL di Stadion Wembley
Ketika Marco Reus sudah mengumumkan tak memperpanjang masa kontrak di Signal Iduna Park, rekan seangkatannya, Mats Hummels masih belum pasti.
Penulis: Deny Budiman
Editor: Muhammad Barir
Reus bakal terukir dengan tinta emas sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah klub, dan pastinya dia ingin mundur dengan memimpin tim menuju kejayaan Eropa.
Hanya ada tiga pemain lain, termasuk Hummels, yang mencatatkan lebih dari 428 penampilan seperti Reus untuk Dortmund.
Reus juga berada di urutan kedua dalam daftar pencetak gol terbanyak sepanjang masa Dortmund dengan 170 gol - berselisih tujuh gol dari Adi Preissler sebagai topskor sepanjang masa dengan 177 gol.
Jika bukan karena banyaknya cedera sepanjang kariernya, niscaya Reus akan mencetak lebih banyak gol dari yang dikoleksinya sekarang.
"Memulai dengan final Liga Champions 2013 di Wembley dan berhenti dengan final Liga Champions pada 2024 di Wembley. Itu sudah sebelas tahun berlalu, dan kita akan menghadapi lawan yang berbeda, dengan rekan-rekan bermain yang juga berbeda," kata Reus.
Sang gelandang memuji kualitas Real Madrid yang sudah malang melintang di Liga Champions. Tapi, dia menyoroti bahwa ada peluang Dortmund dapat melakukan sesuatu yang istimewa jika mereka tetap fokus pada tugasnya.
“Real Madrid telah mencapai final lima kali dalam sepuluh tahun terakhir. Anda tahu kualitas apa yang akan Anda hadapi. Anda tahu bahwa para pemain mereka sudah terbiasa dengan situasi di partai final ini," katanya.
"Secara individu, mereka memiliki para pemain yang sangat kuat, mereka memainkan sepak bola yang tenang, tetapi mereka juga bisa menekan, mereka banyak berlari. Ini adalah sebuah pertandingan, dan dalam sebuah pertandingan, segala sesuatu mungkin terjadi. Kami harus percaya akan hal itu,," ujar Reus menekankan.
Dortmund tidak mendapatkan jalan yang mudah dalam perjalanan mereka ke final. Semuanya dimulai dengan 'Grup Maut' yang terdiri dari finalis 2020 dan juara Ligue 1 Paris Saint-Germain, tim Liga Primer Inggris Newcastle United dan tim raksasa Eropa, AC Milan.
Meskipun kalah di pertandingan pertama dari PSG, pasukan Edin Terzić berhasil bangkit dan tidak hanya lolos ke babak sistem gugur, tetapi juga memuncaki grup.
Hadiahnya adalah sebuah pertandingan babak 16 besar melawan tim Eredivisie, PSV, yang hanya kalah satu kali di kompetisi domestik pada saat itu. Die Schwarzgelben akhirnya melaju dengan nyaman, menang agregat 3-1 sebelum mengalahkan Atletico Madrid dengan agregat 5-4 di perempat final.
PSG menjadi lawan berikutnya di babak empat besar, namun sang juara Prancis kalah dalam dua leg saat Dortmund mengamankan kemenangan agregat 2-0.
Di sepanjang perjalanan ini, BVB telah dihadapkan pada berbagai tantangan dan rintangan, namun telah melewati setiap ujian dengan gemilang.
Tidak ada alasan mengapa mereka tidak dapat melakukan hal yang sama saat menghadapi Los Blancos di final nanti.
(Tribunnews/den)