Memupuk Kejayaan Italia di Bawah Spalletti, Akankah Berlin Berjodoh Lagi dengan Azzurri?
Analisis Italia besutan Luciano Spalletti untuk mengembalikan memori indah Azzurri di Berlin juara Piala Dunia 2006.
Penulis: Muhammad Nursina Rasyidin
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Hampir dua dekade silam, Italia meraih kesuksesan di Piala Dunia edisi ke-18 yang berlangsung di Jerman. Tim besutan Marcelo Lippi memenangkan laga final dan keluar sebagai kampiun setelah mengalahkan Prancis melalui adu penalti.
Stadion Olimpiade (Olympiastadion Berlin), Berlin menjadi saksi bisu. Pirlo, Del Piero, Materazzi, dan punggawa Azzurri lainnya meraih trofi Piala Dunia ke-4 untuk Italia dan menjadi yang tersukses kedua setelah Brasil (5 gelar).
Butuh waktu 14 tahun bagi Italia kembali naik ke podium menerima trofi juara. Kali ini dalam ajang berbeda dan dengan skuad yang jelas berbeda.
Ya, Italia juara Euro 2020 (pelaksanaan 2021) di Wembley Stadium. Menariknya, Italia besutan Roberto Mancini itu berhasil mengalahkan tim tuan rumah, yakni Inggris di babak final melalui penalti.
Anak asuh Roberto Mancini jauh dari kata unggulan pertama, kedua, bahkan ketiga yang diprediksi sebagai juara.
Menurut Statistik Opta ketika itu, Italia hanya memiliki peluang 7,6 persen untuk memenangkan Euro 2020.
Baca juga: Jadwal Euro 2024 - Menanti Skuad Final Italia, Spalletti Pilih-pilih Amunisi
Namun, berbekal rentetan hasil positif dan tidak terkalahkan menuju Euro 2020 seakan menjadi sinyal, Italia adalah tim yang harus diperhitungkan.
Hingga laga puncak mengalahkan Inggris, Italia di bawah asuhan Roberto Mancini tidak terkalahkan dalam 34 pertandingan. Sebelum akhirnya buyar ketika menghadapi Spanyol di semifinal UEFA Nations League pada Oktober 2021.
Pada pelaksanaan Euro 2024 di Jerman, Italia yang merupakan juara bertahan hanya menempati urutan ketujuh untuk tim yang diunggulkan sebagai jawara.
Pertama ada Inggris dengan segudang talenta yang dimiliki Southgate. Lalu Prancis, diikuti tim tuan rumah Jerman, Spanyol, dan Portugal.
Azzurri hanya memiliki kesempatan menang 5 persen, sangat jauh dengan rasio yang dimiliki Inggris mencapai 19,9 persen menurut Supercomputer Opta tahun ini.
Tapi, ada faktor lain yang bisa menuntun Italia menuju laga final. Itu adalah venue pertandingan final yang sama ketika Italia meraih kesuksesan pada tahun 2006 silam.
Final Euro 2024 akan berlangsung di Olymstadion Berlin. Jika berhasil mempertahankan mahkota juara Eropa, Italia akan mendekati prestasi Jerman (4 trofi Piala Dunia, 3 trofi Euro) dengan koleksi 4 gelar Piala Dunia dan 2 gelar piala Euro.
Akankah Berlin Berjodoh Lagi dengan Azzurri, Italia?
Kegagalan Italia menembus putaran final Piala Dunia 2018 lalu membuat Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menunjuk Roberto Mancini sebagai juru taktik.
Roberto Mancini memberikan sentuhan baru untuk sepak bola Italia dengan kekhususan yakni ada talenta pemain muda.
Nicolo Barella, Giovanni Di Lorenzo, Alessandro Bastoni, dan Gianluigi Donnarumma adalah sebagian dari hasil pengembangan yang dilakukan oleh Mancini.
Mereka juga turut andil membawa Italia meraih trofi Euro 2020 di Tanah Inggris.
Kini terbukti, mereka masih menjadi andalan bagi klub maupun timnas, termasuk juga Federico Chiesa.
Namun, masa kejayaan Italia di bawah Mancini hanya berlangsung sekejap, Italia kembali gagal lolos ke Piala Dunia (tahun 2022). Hal itu membuat FIGC mengambil langkah untuk memberhentikannya lalu menunjuk arsitek anyar, Luciano Spalletti.
Luciano Spalletti ditunjuk menjadi pelatih Italia pada September 2023 setelah dirinya berhasil mengantarkan Napoli juara Serie A musim 2022/2023.
Trofi Liga Italia pertama yang diraih Partenopei setelah berpuasa selama 33 tahun.
Menurut Analyst Opta, Spalletti langsung fokus terhadap kohesi yang ada di dalam skuad Azzurri.
Dia memperkuat aktor protagonis dan pengembangan dari era Mancini secara bertahap dengan mendatangkan pemain baru.
Jika dilihat dari skuad Italia untuk Euro 2024, tercantum nama Raoul Bellanova (Torino), Riccardo Calafiori (Bologna), dan Andrea Cambiaso (Juentus).
Raoul Bellanova merupakan bek yang memberikan jumlah assist terbanyak di Serie A Liga Italia (7). Sementara Andrea Cambiaso merupakan bek sayap yang mencatatkan pemain dengan jarak tempuh di lapangan tertinggi kedua dari pemain Juventus, dia menempuh 4,391m selama musim 2023/2024.
Bellanova dan Cambiaso bakal bekerja sama dengan Barella dan Chiesa, aktor protagonis kemenangan Italia di Euro 2020 dan menjadi andalan yang siap memberikan pengaruh besar di Euro 2024.
Barella mencatatkan assist (3) lebih banyak dibandingkan pemain Italia lainnya selama kualifikasi Euro 2024.
Tidak hanya itu, dia juga menjadi pemain paling aktif menciptakan peluang (7) dibandingkan rekan satu tim lainnya.
Dua musim terakhir sebelum Euro 2024, Barella juga membantu Inter mencapai final Liga Champions dan menjadikannya sebagai satu pilar Nerazzurri ketika merengkuh Scudetto musim 2023/2024.
Sementara Chiesa sempat mengalami paceklik setelah dilanda cedera dua tahun terakhir.
Ia kesulitan mendapat penampilan terbaik hingga menit bermain, tetapi sekali tampil dia mampu memberikan ledakan.
Rasio menit per golnya musim 2023/2024 adalah yang terbaik dalam kariernya di Liga Italia dengan rata-rata sembilan gol yang dia ciptakan tercipta setiap 245 menit sekali.
Sembilan gol tersebut merupakan terbanyak yang kedua di kasta tertinggi selama kariernya setelah musim 2019/2020 yang menghasilkan 10 gol.
Spaletti bakal memadukan darah baru Italia dengan aktor protagonis, ditambah dengan pemain berpengalaman yang masih memiliki 'rasa lapar'.
Jorginho hingga Gianluca Scamacca.
Scamacca mencetak lebih banyak gol musim ini di salah satu kompetisi besar Eropa dibandingkan pemain Italia lainnya.
Dia mencetak 6 gol sekaligus membawa klubnya, Atalanta menjuarai Liga Eropa dengan memberikan kekalahan pertama untuk Leverkusen setelah 50 lebih pertandingan tidak pernah kalah.
Pemain terakhir yang mencetak lebih banyak gol di Eropa sebelum Scamacca adalah Ciro Immobile pada musim 2017/2018 (8 gol untuk Lazio di Liga Eropa).
Scamacca diprediksikan menjadi striker utama Italia di Jerman nanti.
Lalu ada andalan baru Bologna, Riccardo Calafiori. Bek berusia 22 tahun yang tampil impresi sepanjang musim lalu hingga membawa Bologna tampil di Liga Champions musim 2024/2025.
Calafiori mencatatkan 7 keterlibatan gol untuk Bologna, 2 gol dan 5 assist.
Jumlah assist yang dia hasilkan menjadi yang terbanyak bagi seorang pemain Bologna dalam dua dekade terakhir di kasta tertinggi Serie A Liga Italia.
Spalletti juga tak segan memujinya dan menyatakan bahwa Cafiori juga bisa bermain sebagai pemain nomor 10 di masa depan.
Upaya Spaletti membangun nuansa kejayaan Italia dengan racikan skuad dipadukan dengan 'spiritoAzzuro' dengan mengundang kembali sejarah kejayaan Azzurri melalui pemainnya langsung.
Gianni Rivera, Giancarlo Antognoni, Roberto Baggio, Francesco Totti, hingga Alessandro Del Piero didatangkan ke markas latihan untuk menumbuhkan semangat tim Italia di Euro 2024.
Spalletti memiliki enam ideologi yang begitu jelas kepada anak asuhnya. Ideologi tersebut terpampang di ruang ganti agar setiap pemain dapat memahami dan menghayati apa yang dia inginkan.
Pertama dengan terus menekan pertahanan lawan, niatnya untuk menghilangkan kepercayaan diri musuh.
Lalu kontrol permainan dengan menjaga positioning bola. Terikat, jarak antar pemain tidak bola jauh, harus pendek dan dekat.
Agresi yang sengit setelah kehilangan bola. Restorasi, berkumpul di lini pertahanan jika ditekan lawan dan jika dalam kondisi tidak melakukan serangan balik.
Yang terakhir pembelajaran dan persiapan, mulai kembali pressing yang terstruktur.
Ideologi tersebut adalah gaya permainan Spalletti yang berhasil membawa Napoli juara Serie A.
Spalletti ingin anak asuhnya mendominasi permainan dan pendekatan passing yang dilakukan dengan cermat.
Dengan begitu ia menginginkan anak asuhnya untuk segera merebut kembali penguasaan bola yang hilang dengan tekanan tinggi.
Hasilnya, Napoli juara Liga Italia dengan produktivitas gol paling tinggi (77 gol) musim 2022/2023 dan dengan tingkat kebobolan yang paling sedikit (28 gol).
Napoli juga mencatatkan penguasaan bola tertinggi (62 persen) dan mencatatn turnover terbanyak (370- delapan diakhiri dengan gol).
Selain itu, satu keunggulan lainnya yang diperhatikan Spalletti adalah skema bola mati. Napoli juga menjadi tim terbanyak yang mencetak gol dari situasi bola mati dan kebobolan paling sedikit dari skenario tersebut.
Di Euro 2024, meski Italia tidak diunggulkan sebagai jawara dengan hanya menempati peringkat ke-7 menurut Opta, tetapi melalui pemain mereka telah menunjukkan bahwa Italia adalah tim yang patut ditakuti.
Lihatlah dalam dua musim terakhir dalam kompetisi Eropa di level klub, ada 5 final yang melibatkan wakil Italia.
Fiorentina 2 kali, Roma, Atalanta, dan Inter Milan.
Saat ini, sejarah Italia mau dibawa kemana tergantung si juru taktik Luciano Spalletti. Akankah segala indikasi di atas bisa membawa Azzurri kembali menuai hasil manis di Berlin? Menarik untuk dinantikan.
(Tribunnews.com/Sina)