Mahasiswa asal London Terancam Dipenjara setelah Lontarkan Kalimat Rasis ke Bukayo Saka
Seorang mahasiswa asal London, Suhel Ali terancam dipenjara setelah melontarkan hinaan bernada rasis kepada pemain Arsenal Bukayo Saka.
Penulis: Muhammad Ali Yakub
Editor: Drajat Sugiri
TRIBUNNEWS.COM - Seorang mahasiswa asal London, Suhel Ali terancam dipenjara setelah melontarkan hinaan bernada rasis kepada pemain Arsenal Bukayo Saka.
Seperti dilansir The Sun, Suhel Ali mengunggah pesan audio yang ditujukan kepada Saka di Twitter (X).
Dalam unggahan itu, Suhel Ali terdengar melontarkan bernada rasis.
Usut punya usut, Suhel Ali merupakan penggemar berat tim asal London, Arsenal.
Kemarahan Suhel Ali muncul menyusul kekalahan Arsenal saat bertandang ke Nottingham Forest pada 20 Mei 2023.
Selain kalah dari Nottingham Forest pada pekan ke-37, Arsenal juga kalah pada pekan sebelumnya dari Brighton dengan skor 3-0.
Di mana hasil itu menjadi salah satu alasan pasukan Mikel Arteta gagal meraih gelar juara Liga Inggris 2022/2023. Arsenal finish di posisi kedua dengan raihan 84 poin, sementara Man City keluar sebagai juara setelah mengoleksi 89 angka.
Tak ayal, sejumlah suporter Arsenal pun kecewa atas hasil itu, termasuk Suhel Ali.
"Kamu monyet, kamu monyet terkutuk," ejek Suhel Ali yang ditujukan untuk Bukayo Saka di Twitter.
Hakim Pengadilan Distrik Briony Clarke pun memberi jaminan kepada Suhel Ali setidaknya hingga 8 Oktober 2024.
"Saya tidak akan menjatuhkan hukuman kepada Anda (Suhel Ali) hari ini, tetapi saya tidak mengesampingkan apa pun," ucap Hakim Pengadilan Distrik Briony Clarke.
Baca juga: Update Kabar Cedera Odegaard Jelang Derby London Utara Arsenal Lawan Tottenham Hotspur
Artinya, keputusan final akan diumumkan oleh Hakim Pengadilan Distrik Briony Clarke setelah Oktober mendatang.
Sementara itu, pengacara Suhel Ali yakni Robert Moxon menjelaskan bahwa client-nya itu tak berniat melakukan rasis melainkan hanya menyinggung cara bermain Bukayo Saka.
"Dia (Suhel Ali) menggunakan memang melontarkan kata-kata itu, tetapi dia menggunakannya bukan dalam konteks rasial, melainkan dalam konteks yang menyinggung."