NASA Pamerkan Foto Satelit Dampak Kabut Asap Indonesia
Menurut ilmuwan NASA di situs Earth Observatory, kondisi kabut asap dan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia tahun ini menjadi sangat buruk
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Lembaga antariksa Amerika Serikat NASA mempublikasi foto satelit yang menampilkan kabut asap yang menyelimuti wilayah Pulau Sumatera, Kalimantan, serta sebagian wilayah Singapura dan Malaysia.
Foto yang dipublikasi lewat akun Twitter NASA Earth (@NASA_EO) pada 1 Oktober 2015 lalu disebut NASA sebagai kabut asap yang menyesakkan nafas.
Foto yang diambil dengan teknologi pencitraan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang dimiliki satelit Terra milik NASA itu menampakkan kabut asap yang bersumber dari pembakaran hutan di Pulau Sumatrea dan Kalimantan.
Kabut asap terlihat tertiup angin ke arah utara, sehingga turut menyelimuti wilayah Singapura dan Malaysia. Titik-titik api juga ditandai dengan lingkaran merah dalam citra tersebut.
Menurut ilmuwan NASA di situs Earth Observatory, kondisi kabut asap dan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia tahun ini menjadi sangat buruk karena dipengaruhi oleh gelombang udara panas El Nino yang memperpanjang musim kemarau, dan mengurangi curah hujan, sama seperti tahun 1997 lalu.
"Kita sedang berada di pola yang sama dengan tahun 1997," ujar Robert Field, ilmuwan NASA yang berasal dari Columbia University.
Menurutnya, kondisi di Sumatera dan wilayah selatan Singapura sama dengan kondisi El Nino tahun 1997 lalu, dimana beberapa wilayah hanya memiliki jarak pandang kurang dari 1 kilometer dalam satu minggu.
Di Kalimantan bahkan lebih parah lagi, jarak pandang di beberapa wilayah tersebut dilaporkan hanya 50 meter saja.
Data yang dikoleksi oleh MODIS juga menghitung partikel aerosol yang dikandung udara di wilayah tersebut. Menurut NASA jumlah partikel asap tahun ini menyamai kabut asap 2006 lalu yang juga tak kalah parah kondisinya.
Bedanya, level tertinggi kandungan partikel asap tahun ini terjadi beberapa minggu lebih cepat dibandingkan pada tahun 2006 lalu.
"Jika musim kemarau terus berkepanjangan tahun ini, maka 2015 menjadi salah satu tahun terburuk kabut asap yang terjadi di wilayah tersebut," ujar Field.