Jurus Biar Kamera Aman saat Jepret Gerhana Matahari Total
Kamera memiliki cara kerja serupa mata. Lensa memfokuskan cahaya pada sensor untuk diubah menjadi sinyal listrik.
Editor: Fajar Anjungroso
Lensa jenis ini biasanya hanya terdapat di beberapa merek kamera DSLR atau mirrorless serta kamera-kamera saku tipe super-zoom yang memiliki rentang zoom optis hingga puluhan kali.
Focal length pada lensa memengaruhi ukuran matahari dalam frame. Semakin besar angka focal length, semakin besar pula magnifikasi alias ukuran matahari dalam foto yang didapat.
Menurut panduan dari NASA, lensa standar 50 mm (ekuivalen full-frame) hanya akan menghasilkan proyeksi foto matahari berukuran 0,5 mm.
Karena itu, untuk menangkap foto close up yang memenuhi frame, lembaga antariksa tersebut merekomendasikan lensa supertelephoto dengan rentang focal length efektif 400 mm hingga 2.000 mm.
Tentu, tak semua orang memiliki lensa tele atau supertele.
Namun, jangan berkecil hati karena lensa yang lebih lebar pun bisa dipakai menangkap berbagai keadaan menarik saat gerhana, misalnya dengan menyertakan foreground atau keadaan lingkungan sekitar seperti kerumunan orang atau pepohonan.
Yang tak kalah penting, kamera sebaiknya diatur ke mode manual untuk memudahkan setting aperture, shutter speed, dan ISO secara terpisah.
Idealnya, ISO diatur di tingkat rendah, sementara aperture dan shutter speed dipatok di angka tinggi (misalnya f/16, 1/8.000), tergantung keadaan cahaya saat tahapan gerhana.
Jika diinginkan, pemotretan bisa dilakukan terus-menerus bersamaan dengan dimulainya proses gerhana sehingga semua tahap bisa diabadikan.
Kamera juga sebaiknya diletakkan di atas tripod yang kokoh, terutama untuk DSLR dengan lensa supertele agar bisa memotret jarak jauh dengan stabil.
Selamat mencoba dan jangan lupa untuk turut melindungi mata saat memandang gerhana!