CEO Yahoo Tetap Bekerja dari Ranjang Rumah Sakit Usai Melahirkan
"Ia benar-benar bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ia benar-benar ajaib, tidak ada duanya," puji CEO Salesforce Marc Benioff
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Di dunia korporasi Amerika Serikat, CEO Yahoo Marissa Mayer dikenal dengan etos kerjanya yang luar biasa.
Dalam sebuah laporan yang dirilis beberapa waktu lalu, terungkap sebuah informasi menarik yang menggambarkan bagaimana kerasnya Mayer dalam bekerja.
Di akhir 2015 lalu, Mayer mengandung bayi kembar. Pada saat bersamaan, dia mengalami periode paling sulit selama kariernya di Yahoo.
Dia harus memimpin rapat-rapat yang berlangsung selama tiga hari dan harus menghadapi media sampai satu hari sebelum melahirkan buah hati kembarnya.
Namun ternyata sesaat setelah bersalin, diketahui Mayer tetap berhubungan dengan manajemen Yahoo.
Bahkan dia masih bisa berbicara dengan pimpinan Yahoo, Maynard Webb, melalui sambungan telepon dari ranjang rumah sakit.
Dalam pembicaraan telepon, keduanya membicarakan tentang langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil perusahaan.
Beberapa waktu berselang, Yahoo mengumumkan tengah menjajaki penjualan bisnis intinya.
Meskipun berada di bawah tekanan luar biasa dari para investor aktif hingga mengambil keputusan yang paling penting bagi riwayat perusahaan, ternyata tak sulit melihat Mayer begitu ingin bekerja meski sedang dirawat di rumah sakit.
Namun informasi ini juga memberi gambaran tentang lamanya jam kerja Mayer. Etos kerja Mayer sangat dikenal oleh para CEO perusahaan teknologi di AS. Pendiri dan CEO PayPal, Max Levchin menyebut Mayer sebagai CEO paling pekerja keras di Silicon Valley.
"Ia benar-benar bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Ia benar-benar ajaib, tidak ada duanya," puji CEO Salesforce Marc Benioff mengopmentari etos kerja Mayer.
Meskipun demikian, tidak sedikit pula pihak yang tidak menyukai sifat Mayer yang pekerja keras dan hobi bekerja.
Beberapa pihak mengkritik Mayer lantaran memberikan contoh buruk bagi para ibu bekerja di AS yang tak memperoleh tunjangan cuti melahirkan.
Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan l Sumber: Business Insider,