Kisah Sulitnya Remaja Asal Arab Saudi Ajukan Emoji Hijab
Proses pengajuan emoji hijab Alhumedhi juga melewati jalan berliku.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Rayouf Alhumedhi sadar betul soal kekuatan emoji (ikon dalam percakapan internet) sebagai bahasa komunikasi baru di era internet.
Sayangnya, ia tak menemukan emoji yang mampu merepresentasikan dirinya dan perempuan-perempuan lainnya yang mengenakan hijab.
Remaja 15 tahun itu pun merasa tak leluasa berekspresi ketika mengobrol maya dengan teman-temannya via aplikasi chatting.
Hal ini mendorong Alhumedhi membuat paket emoji hijab.
Perempuan asal Arab Saudi yang berdomisili di Berlin tersebut menjadi kepala pembuat proposal emoji hijab yang diajukan ke Unicode Consortium, sebagaimana dilaporkan WashingtonPost, Kamis (15/9/2016).
Unicode Consortium merupakan lembaga non-profit yang mengatur dan menyetujui karya emoji baru.
Semua emoji yang saat ini beredar resmi di internet seyogyanya telah melalui proses seleksi proposal di Unicode Consortium.
"Kami mengapresiasi Unicode dalam menghadirkan emoji-emoji yang beragam beberapa tahun belakangan," kata Alhumdehi.
"Namun, ini bukan berarti langkah tersebut berhenti. Ada banyak perbedaan di dunia, dan kita semua harus terepresentasikan," ia menambahkan.
Proses pengajuan emoji hijab Alhumedhi juga melewati jalan berliku. Mulanya remaja tersebut tak punya pengetahuan apa-apa soal pengajuan emoji.
Alhasil, ia menyurati Apple untuk mengakomodir idenya di sistem operasi iOS. Meski Apple dikenal menjunjung keberagaman, ide Alhumedhi nyatanya tak digubris.
Suatu saat, Alhumedhi pun tak sengaja melihat Story Mashable di Snapchat. Kala itu Mashable memberi tips mengajukan emoji bagi siapa saja yang berminat.
"Story Mashable sangat mencerahkan saya dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk mengajukan emoji ke Unicode Consortium," ia menuturkan.