Aplikasi Peta Waze Bakal Ditambah Fitur Ride Sharing Mirip GrabCar
Meski bertujuan meningkatkan efisiensi transportasi dengan sistem tumpangan, ada beberapa perbedaan antara Waze Rider dengan layanan GrabCar atau Uber
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Layanan peta Google Waze turut mengembangkan jasa ride-sharing.
Mengusung nama "Waze Rider", layanan itu mulai diuji coba di San Francisco, AS.
Meski sama-sama bertujuan meningkatkan efisiensi transportasi dengan sistem tumpangan, ada beberapa perbedaan antara Waze Rider dengan layanan semacam Uber atau Grab.
Pertama, pengemudi dan penumpang Waze Rider cuma diperbolehkan memanfaatkan layanan itu untuk dua kali perjalanan selama sehari, sebagaimana dilaporkan Engadget, Minggu (2/10/2016).
Kedua, tarif Waze Rider dipatok cuma 0,54 dollar AS atau setara Rp 7.000-an per mil (2,5 meter). Sementara Uber sendiri mematok harga 1.30 dollar AS atau setara Rp 16.000-an per mil.
Setidaknya, perbandingan harga itu merujuk pada patokan di AS yang tentunya berbeda-beda di negara lain. Lantas, bagaimana pengemudi Waze bisa mendapat untung?
Agaknya Waze Rider untuk sementara tak diproyeksikan sebagai layanan meraup profit.
Para sopir yang bergabung juga seharusnya tak bertendensi untuk mencari duit, melainkan saling mengenal dengan sesama komunitas pengguna Waze dan menghemat biaya untuk bepergian dari titik A ke titik B.
Sistem Waze Rider dirancang agar sopir dan penumpang yang bertujuan sama bertemu.
Konsep ini benar-benar menerjemahkan arti ride-sharing secara harafiah, yakni berbagi kendaraan.
Tak ada sopir Waze Rider yang sengaja menjemput seseorang di tempat yang tak ia lewati. Para sopir juga tak mengantar penumpang ke destinasi yang tak hendak dilalui.
Perbedaan ketiga, mekanisme pengajuan diri sebagai sopir Waze tak seribet di Uber dan layanan sejenis lainnya. Tak ada pengecekan latar belakang, bukti asuransi, atau foto mobil yang diminta.
Pengguna Waze yang berminat memberi tumpangan cuma perlu mengisi jadwal rutin perjalanan sehari-hari mereka dari rumah ke kantor. Dari situ baru Waze mencari pengguna lain yang butuh kendaraan dengan rute sejalan.
Belum jelas kapan proyek pilot ini akan diekspansi ke kota-kota lain bahkan negara-negara lain termasuk Indonesia.
(Fatimah Kartini Bohang/kompas.com)