Stop Menyebarkan Kebencian di Media Sosial, Pikirkan Dampaknya
Media sosial memberikan kita akses yang luas untuk berkomunikasi dengan teman maupun orang yang baru.
Editor: Hasanudin Aco
Media sosial biasanya menjadi arena yang lebih panas untuk menyebarkan kebencian ketimbang di dunia nyata. Tapi jika kita masih ingin menjalin pertemanan yang baik di dunia nyata dan di dunia maya, maka STOP menyebarkan kebencian di media sosial!
TRIBUNNEWS.COM - Media sosial memberikan kita akses yang luas untuk berkomunikasi dengan teman maupun orang yang baru. Memiliki banyak teman merupakan salah satu kunci untuk membangun diri.
Sehingga media sosial sebenarnya memberi pengaruh yang baik.
Nah, karena itu saat kita memiliki banyak jaringan pertemanan di media sosial, hal ini juga harusnya membuat kita sadar bahwa kita perlu lebih bijaksana di ranah maya ini.
Tahukah Anda bahwa sesuatu di media sosial pasti lebih ‘panas’ ketimbang kenyataannya? Sebab di media sosial seperti facebook dan twitter kita bebas menyampaikan apapun.
Dan kemungkinan besar teman di dunia maya maupun di dunia nyata bisa melihat atau mendengar postingan kita.
Sering kali, kita bereaksi begitu cepat terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar di media sosial tanpa benar-benar membaca, memikirkan, dan memahami postingan itu secara utuh.
Sehingga informasi itu bisa saja diterima begitu saja tanpa mengetahui apa maksud postingan itu.
Berbeda jika kita berkomunikasi di dunia nyata, kita bisa memilah dan mengerti maksud dari informasi yang orang lain berikan pada kita dengan pikiran yang jernih.
Nah logikanya, kita tidak akan berteriak atau menyakiti perasaan orang lain langsung di hadapannya seperti yang kita lakukan di media sosial, kan? Lalu mengapa kita melakukannya di dunia maya?
Teori yang bisa menjelaskannya adalah bahwa yang membuat kita begitu mudah mengomel dan marah-marah di media sosial adalah karena kita membiarkan emosi yang mengambil alih ketimbang pikiran jernih.
Perkataan kasar dan amarah di dunia maya sebenarnya tidak akan membuat kita merasa lebih baik. Ryan Martin, profesor psikologi di University of Wisconsin-Green Bay, mengatakan bahwa pergeseran suasana hati saat mengungkapkan kebencian di media sosial itu efeknya sementara saja pada diri kita.
Namun dampaknya bisa menyebarkan kebencian bahkan merusak persahabatan di dunia maya hingga di dunia nyata. Saat kita menyebarkan hal-hal negatif pada dunia maya, banyak reaksi yang akan muncul. Reaksi-reaksi itu bisa dipastikan merugikan kita.
Ketika kita menyebarkan artikel atau hal-hal berbau agama, pilihan politik, ras, etnis, suku yang membuat orang lain tersinggung, sesungguhnya kita sedang membiarkan diri kita kehilangan teman. Mungkin ia memang tidak menghapus pertemanan dengan kita di media sosial, tapi ia pasti kehilangan respect pada kita.