Bos Google Perintahkan Karyawan Balik ke AS Usai Donald Trump Berkantor
Pichai pun menyayangkan kebijakan anti-imigran itu. Dia pun menuliskan kritiknya dalam sebuah memo yang dikirimkan ke seluruh karyawan Google.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Induk Google, Alphabet, memerintahkan agar para pegawai yang sedang bepergian ke luar negeri segera pulang ke Amerika Serikat (AS).
Raksasa teknologi tersebut khawatir para pegawai itu terkena dampak dari kebijakan anti-imigran yang baru saja dikeluarkan Presiden AS, Donald Trump.
Pasalnya kebijakan itu bakal menghalangi banyak pegawainya untuk masuk AS. CEO Google Sundar Pichai pun memperkirakan ada lebih dari 100 orang pegawainya yang dipastikan bakal tidak bisa masuk ke AS saat aturan imigrasi baru tersebut berlaku.
Pichai pun menyayangkan kebijakan anti-imigran itu. Dia pun menuliskan kritiknya dalam sebuah memo yang dikirimkan ke seluruh karyawan Google.
"Rasanya menyakitkan saat melihat dampak kebijakan pemerintah itu pada kawan-kawan kami," demikian tulis Pichai, sebagaimana salinan memo yang diperoleh Bloomberg.
“Kami selalu menunjukkan dengan jelas pandangan kami mengenai masalah imigran dan kami akan tetap bertindak seperti itu,” imbuhnya.
Sebagaimana dilansir dari Bloomberg, Minggu (29/1/2017), kebijakan baru Trump melarang masuknya imigran dari tujuh negara, yakni Suriah, Irak, Iran, Sudan, Somalia, Yaman, serta Libya. Larangan itu berlaku selama 90 hari.
Pasca kebijakan itu dikeluarkan, sejumlah pemegang visa masuk dan kartu hijau (green card) dilarang mengikuti penerbangan ke AS.
Ada juga beberapa orang yang ditahan di bandara AS begitu mereka mendarat.
Sedangkan di sisi lain, banyak sekali perusahaan teknologi AS yang tumbuh dan besar karena adanya imigran.
Bahkan dalam berbagai perusahaan teknologi, termasuk Google dan Alphabet, sebagian besar imigran memegang jabatan penting.
“Kami khawatir dengan dampak perintah ini serta berbagai pengajuan aturan turunannya yang bisa mempengaruhi pegawai Google dan keluarganya, atau malah mempersulit kami merekrut orang-orang berbakat,” komentar juru bicara Google dalam sebuah keterangan resmi.
“Kami akan terus menunjukkan pandangan kami terhadap masalah ini sehingga dapat dilihat oleh para pemimpin di Washington atau di mana pun,” pungkasnya.
(Yoga Hastyadi Widiartanto/kompas.com0