Thomas J McInerney Dikabarkan Jadi CEO Baru Yahoo Pengganti Marissa Mayer
McInerney sudah melalang buana di industri layanan internet sejak 1990-an. Ia juga punya pengalaman bekerja di Morgan Stanley
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Marissa Mayer bakal melepas jabatan sebagai CEO Yahoo setelah lima tahun memimpin. Ia bakal resmi angkat kaki setelah proses akuisisi Yahoo oleh Verizon rampung pada kuartal II 2017.
Selanjutnya, jabatan CEO Yahoo akan diemban Thomas J McInerney yang sejatinya sudah menjadi anggota direksi Yahoo sejak April 2012 lalu.
McInerney sudah melalang buana di industri layanan internet sejak 1990-an. Ia juga punya pengalaman bekerja di Morgan Stanley yang tak lain adalah firma layanan keuangan kawakan di Amerika Serikat.
Kiprahnya di perusahaan internet dimulai ketika menjabat sebagai Vice President sekaligus CFO di Ticketmaster, yakni perusahaan pemasaran tiket online. Ia menjabat dari 1999 hingga 2003.
Lalu, dari 2003 hingga 2005 ia memegang posisi CEO divisi ritel di perusahaan internet InterActiveCorp (IAC).
Perusahaan itu membawahi HSN dan Cornerstone Brands. Pada 2005, jabatannya di IAC berubah menjadi Vice President sekaligus CFO. Posisi itu ia duduki selama tujuh tahun hingga 2012.
Ketika keluar dari IAC, McInerney bergabung di Yahoo sebagai anggota direksi hingga sekarang. Terakhir, awal Maret ini, direksi memilihnya sebagai pengganti Mayer pasca urusan bisnis dengan Verizon selesai.
Juga Pasang CFO Baru
Mayer tak sendiri angkat kaki dari Yahoo, sebab CFO Kenneth Goldman juga lengser dari jabatan eksekutif di perusahaan yang pernah jaya pada awal 2000-an itu. Posisi Goldman akan diisi Alexi Wellman.
Wellman bukan orang baru di Yahoo. Sebelumnya ia menjabat sebagai Vice President of Global Controller Yahoo sejak 2015. Ia juga pernah menjadi Vice President of Finance Yahoo pada 2013 hingga 2015.
Sama seperti McInerney, Goldman juga efektif menjabat sebagai CFO Yahoo pasca proses akuisisi Verizon ke Yahoo selesai pada kuartal kedua 2017.
Nilai akuisisi Verizon ke Yahoo sempat direvisi hingga angka terakhirnya 4,48 miliar dollar AS atau setara Rp 59,7 triliun.
Penulis: Fatimah Kartini Bohang
Sumber: Yahoo Investor