Server RS Dharmais dan Harkit Terkena Virus Global, Menkominfo Minta Cabut Jaringan dan Matikan WiFi
Tak hanya rumah sakit di luar negeri, RS Harapan Kita dan RS Dharmais di Indonesia pun turut menjadi korban dari serangan ransomware WannaCry.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak hanya rumah sakit di luar negeri, RS Harapan Kita dan RS Dharmais di Indonesia pun turut menjadi korban dari serangan ransomware WannaCry.
Program jahat tersebut, akhir pekan ini, membuat heboh dunia internet dunia. Ransomware ini beraksi dengan menyandera sistem komputer sejumlah rumah sakit. Imbasnya, menyulitkan pelayanan medis untuk pasien.
Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (Id-SIRTII) menyebut jumlah komputer milik rumah sakit di dalam negeri yang terserang ransomware WannaCry mencapai ratusan unit.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara mengatakan bahwa Kementerian Kominfo dan Kementerian Kesehatan serta Id-SIRTII sedang berupaya menangani serangan malware tersebut, agar dampaknya tak lebih parah.
"Serangan malware ini mengakibatkan tidak bisa dibukanya data di komputer. Jadi data tak bisa diakses," kata Rudiantara melalui sambungan telepon kepada Kompas.com, Sabtu (13/5/2017).
Pemerintah akan segera memberikan himbauan kepada organisasi, kementerian/lembaga atau korporasi untuk melakukan upaya pencegahan secepatnya.
"Nanti cara yang lebih teknis lagi sedang disiapkan pengumuman. Sedang disiapkan tata caranya semua," kata dia.
Langkah termudah saat ini yang bisa dilakukan kata Rudiantara adalah, mematikan jaringan internet yang terhubung dengan komputer.
"Untuk organisasi, kementerian atau lembaga, korporasi kan belum masuk kantor. Karena baru masuk kantor Senin. Nah pastikan komputer, server-nya untuk tidak terhubung dengan jaringan internet dulu," terang Rudiantara.
Usai itu, komputer pun bisa dihidupkan dan segera lakukan backup data penting yang ada di masing-masing komputer atau server.
"Sementara dulu, kabel jaringan cabut, WiFi matikan sementara, sampai nanti data yang penting di-copy dahulu. Paling mudah itu dulu," kata dia.
Tak hanya itu, menurut Rudiantara, melalui situs web kominfo.go.id, kementeriannya juga telah memberikan langkah-langkah pencegahan yang bisa diikuti instruksinya, dalam tautan berikut ini, https://goo.gl/oyMeaK.
Sementara itu, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel A. Pangerapan mengatakan serangan siber ini bersifat tersebar dan masif serta menyerang critical resource (sumber daya sangat penting). Serangan ini pun bisa dikategorikan teroris siber.
"Dengan adanya serangan siber ini kami minta agar masyarakat tetap tenang dan meningkatkan kehati hatian dalam berinteraksi di dunia siber," kata Semmy.
Semmy pun menerangkan, bagaimana malware itu menginfeksi komputer. Caranya yakni dengan mengenkripsi seluruh file yang ada di komputer tersebut. Semua komputer yang tersambung ke internet yang masih memiliki kelemahan ini, terlebih pada jaringan yang sama.
"Bahaya ransomware yang menyerang tersebut. Komputer yang menjadi korban akan terkunci datanya. Sehingga semua file yang ada tidak bisa diakses kembali," kata dia.
"Tahun ini sebuah jenis ransomware baru telah muncul dan diperkirakan bisa memakan banyak korban," ujar dia.
Oleh karena itu penting untuk melakukan serangkaian tindakan pencegahan dan juga penanganan apabila terjadi insiden. Sebagaimana instruksinya yang telah ditampilkan di lama kominfo.go.id.
Jika kesulitan, kata dia, untuk konsultasi secara online bisa mengakses nomoreransom.org. Jika diperlukan informasi dan saran teknis, juga bisa mengirimkan e-mail ke incident@idsirtii.or.id. (Muh Nadlir)