Sengketa Hukum dengan Qualcomm, iPhone Model Lama Tak Boleh Dijual di China
"Upaya Qualcomm untuk melarang produk kami adalah langkah putus asa lainnya oleh perusahaan yang praktik ilegalnya sedang diselidiki oleh regulator"
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Tendi Mahadi
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Perseteruan Qualcomm Inc dengan Apple Inc makin panas hingga kini merembet ke dataran China. Pengadilan China telah mengeluarkan larangan penjualan terhadap beberapa iPhone modal lama karena masalah pelanggaran dua paten milik Qualcomm. Kasus yang ajukan oleh Qualcomm merupakan bagian dari sengketa paten global antara dua perusahaan asal Amerika Serikat tersebut. Dimana didalamnya mencakup puluhan tuntutan hukum.
Dalam pernyataannya, Qualcomm menyebut Pengadilan Fuzhou di China menemukan pelanggaran Apple terhadap dua paten yang dipegang oleh produsen cip tersebut, yakni fitur yang berkaitan dengan mengubah ukuran foto dan mengelola aplikasi pada layar sentuh. Pengadilan seraya memerintahkan larangan segera penjualan model iPhone lama, mulai dari iPhone 6S hingga iPhone X.
Namun Apple mengatakan sejumlah model baru yang dirilis pada bulan September lalu tidak terkait denga kasus ini. "Upaya Qualcomm untuk melarang produk kami adalah langkah putus asa lainnya oleh perusahaan yang praktik ilegalnya sedang diselidiki oleh regulator di seluruh dunia," kata Apple dalam keterangannya.
Namun larangan ini makin mendorong ketidakpastian bisnis Apple di salah satu pasar terbesar di dunia tersebut. Pasalnya belakangan ini juga muncul kekhawatiran soal berkurangnya permintaan terhadap produk iPhone baru yang turut menekan saham perusahaan. China, Hong Kong, dan Taiwan adalah pasar terbesar ketiga yang dipunya Apple, dengan porsi mencapai seperlima dari penjualan perusahaan senilai US$ 265,6 miliar pada tahun fiskal terakhir.
Baca: Maaf, Mitsubishi Belum Bisa Penuhi Permintaan Xpander untuk Armada Taksi
Pada Senin kemarin, Apple telah mengatakan bahwa semua model ponselnya tetap dijual di China daratan. Selain itu mereka juga telah mengajukan permintaan untuk peninjauan kembali putusan tersebut.
Meski telah mengajukan upaya hukum, namun sumber Reuters menilai upaya ini akan memakan waktu yang panjang. "Patut diingat bahwa larangan penjualan ini hanyalah salah satu konflik dalam perseteruan yang lebih besar,” katanya, mengacu pada pertarungan di ranah hukum antara Qualcomm dan Apple yang membentang dari pengadilan Eropa hingga Korea Selatan.
Baca: Alasan Daimler Gandeng Karoseri Tentrem dan Laksana di Peluncuran 2 Chassis Bus Terbaru
Sementara Yiqiang Li, pengacara hak paten dari Faegre Baker Daniels menilai keputusan pengadilan China ini dapat menambah tekanan pada Apple untuk mencapai penyelesaian dari konflik skala global dengan Qualcomm.
Kasus terkait hak kekayaan intelektual bukanlah yang pertama terjadi di China pada tahun ini. Pada Juli lalu, pengadilan juga melarang impor beberapa microchip oleh Micron Technology Inc ke China, karena pelanggaran paten yang dipegang oleh United Microelectronics Corp, Taiwan.
Konflik dua perusahaan Amerika Serikat di daratan China juga memunculkan berbagai spekulasi terkait perang dagang yang dilakukan kedua negara. Meski kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan negosiasi perdagangan yang diberi tenggat waktu pada 1 Maret 2019.
Tak heran, sejumlah pihak menilai kasus ini banyak mengandung muatan politis yang kental dan dapat ditarik ke dalam pusaran ketegangan China-AS yang lebih luas. Dimana sektor teknologi dan kekayaan intelektual merupakan salah satu isu utama.
Pengacara hak paten yang juga pernah menjadi penasehat hukum Qualcomm, Erick Robinson menilai pengadilan China memang menunjukan perbaikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun unsur nasionalisme terkadang bisa menjadi faktor penting dalam membuat suatu keputusan.
Qualcomm merupakan vendor utama untuk sejumlah merek ponsel China seperti Xiaomi Corp, Oppo, Vivo dan OnePlus. Di sisi lain, Apple bersaing secara langsung dengan Huawei Technologies Co Ltd, produsen smartphone premium yang salah satu pimpinannya ditangkap belum lama ini karena diduga melanggar sanksi AS. “Mungkin ada permainan politik di sini. Apple adalah pesaing langsung bagi perusahaan-perusahaan terbesar di China, sedangkan Qualcomm adalah pemasoknya,” kata Robinson.