Gerakan Rejoso Kita Mengenalkan Teknologi Pertanian Padi Ramah Lingkungan
Gerakan Rejoso Kita saat ini sedang mengenalkan teknologi pertanian padi ramah lingkungan kepada para petani di Desa Wonosari dan Desa Keboncandi
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Gerakan Rejoso Kita saat ini sedang mengenalkan teknologi pertanian padi ramah lingkungan kepada para petani di Desa Wonosari dan Desa Keboncandi, Kecamatan Gondang Wetan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi bukti kepada semua pemangku kepentingan dalam usaha pertanian padi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso-Pasuruan, bahwa panen padi dapat tetap tinggi tanpa harus membahayakan lingkungan, merusak kesuburan tanah, meningkatkan gas rumah kaca, ataupun boros air.
"Yang diketahui masyarakat umum, bila ingin panen tinggi, pestisida dan pupuk kimia harus banyak. Padahal mereka juga tahu bahan kimia berlebih tak baik bagi lingkungan. Kami berharap para pemangku kepentingan, terutama petani, dapat melihat langsung bahwa panen padi tetap baik, sementara lingkungan juga aman," ungkap Koordinator Gerakan Rejoso Kita, Dr Nimatul Khasanah.
Pada tahun 2016 lalu, penelitian World Agroforesty (ICRAF) bersama Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) dan Lembaga Pembangunan Internasional Jerman (GIZ - German Society for International Cooperation) di Kabupaten Banjarnegara, Banyumas, dan Purbalingga menunjukkan bahwa pertanian padi ramah lingkungan menghasilkan emisi gas metan sebesar 46-189 mg/m2/hari dan bisa mengurangi potensi efek gas rumah kaca (global warming potential) sampai 23%.
Hasil panen padi ramah lingkungan bisa mencapai 5,85 ton gabah kering per hektar, sementara cara biasa
rata-rata 5 ton saja.
Dr Beria Leimona, peneliti senior ICRAF dalam bidang pengelolaan dan investasi lingkungan mengatakan bahwa keberlanjutan adopsi pertanian padi ramah lingkungan di DAS Rejoso akan ditopang upaya-upaya penguatan bisnis dan kelembagaan petani.
"Untuk memastikan keberlanjutan, diperlukan tiga syarat: (1) usaha pertanian tersebut menguntungkan petani, (2) petani memiliki akses terhadap permodalan yang stabil, (3) adanya kelembagaan petani yang kuat. Inilah tiga hal yang akan dipastikan dapat terbina melalui kolaborasi semua pihak, petani, pemerintah, dan swasta, termasuk lembaga pemberi pinjaman permodalan," papar Dr Beria Leimona.
Menanggapi apa yang dilakukan oleh Gerakan Rejoso Kita, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kab. Pasuruan, HM Soeharto, SH. M.Si, mengatakan kegembiraannya.
"Kami menyambut baik upaya mengenalkan pertanian padi ramah lingkungan di Kabupaten Pasuruan. Ini sejalan dengan program ketahanan pangan, menjaga Kabupaten Pasuruan tetap menjadi salah satu lumbung padi terpenting bagi Jawa Timur," jelas Soeharto.
Dengan areal sawah irigasi teknis seluas 41,762 ribu hektar, dan sudah tidak bisa ditambah lagi, Kabupaten Pasuruan pantas berpaling pada upaya intensifikasi pertanian padi melalui pemanfaatan teknologi. Pertanian padi ramah lingkungan salah satunya.
Pada tahun 2018, produksi padi Kabupaten Pasuruan mencapai 257,485 ton gabah kering, berada di urutan ke enam teratas dari 38 kabupaten/kota Jawa Timur.