Intip Kesiapan Mitra Grab di Masa Normal Baru
Di fase normal baru, Grab melengkapi mitranya dengan GrabBike Protect yang dapat mengatur jarak antara pengemudi dengan pelanggan.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Di pertengahan 2020 ini, berbagai lini bisnis mulai bangkit setelah lebih dari 3 bulan mengalami dampak turunan dari Covid-19.
Memasuki fase normal baru atau yang biasa disebut dengan new normal, banyak sektor bisnis telah bersiap-siap menjalankan protokol kesehatan agar penyebaran Covid-19 terkendali dan roda ekonomi tetap berjalan.
Di fase normal baru, Grab melengkapi mitranya dengan GrabBike Protect yang dapat mengatur jarak antara pengemudi dengan pelanggan.
Kemunculan GrabBike Protect ternyata menghadirkan cerita yang cukup unik di kalangan mitra. Salah seorang mitra GrabBike asal Yogyakarta, Adhitya Saputra mengatakan, sempat menjadi pusat perhatian di jalan. Akan tetapi, ia tidak ambil pusing dan menganggap hal itu wajar terjadi di saat seperti ini.
“Alat ini (GrabBike Protect) dipakai untuk perlindungan saya dari wabah tak terlihat yang bisa saja saya dapatkan di jalanan. Seminggu pertama memakainya, saya jadi pusat perhatian di jalan,” ujarnya Rabu (10/6/2020) siang.
Meskipun menjadi pusat perhatian, ia menilai GrabBike Protect memberikan banyak manfaat bagi para mitra dan penumpang. Ia menambahkan, selama menggunakan GrabBike Protect para penumpang terlihat lebih nyaman dan merasa aman.
“Enaknya pakai pelindung tambahan bukan cuma meningkatkan perlindungan kesehatan, tapi penumpang yang saya bawa malah sering buka obrolan. Kadang obrolan basa-basi, kadang juga malah tanya-tanya fungsi ini-itunya. Saya sih senang-senang saja menjawabnya. Dulu sebelum pakai ini, beberapa penumpang seringnya jaga jarak pas di motor. Sekarang mereka merasa lebih aman kalau ngobrol sama saya,” tambahnya.
Selain melindungi dirinya dengan GrabBike Protect, saat bekerja, Adhitya mengatakan selalu menyiapkan masker tambahan dan benda penunjang kesehatan lainya.
“Terlebih lagi, saya juga selalu siap masker tambahan, hand sanitizer, dan lap. Mau ada yang naik, saya semprot tangannya,” kata Adhitya.
Agar penumpang merasa lebih aman dan nyaman, motor yang digunakan selalu dibersihkan dengan carian disinfektan.
“Pas dia (penumpang) turun, motor yang saya semprot, begitu juga dengan pelindungnya. Jadi, aman untuk penumpang berikutnya. Pandemi tidak menghentikan saya untuk terus usaha. Tetap bekerja dan melayani dengan sepenuh hati,” tambahnya.
Cerita menarik juga hadir dari salah satu mitra GrabBike asal Semarang, Budiyono. Saat pandemi berlangsung, ia bersama mitra driver lainnya begitu aktif menjadi relawan untuk membantu tenaga medis.
“Dalam sehari, bisa ada 1.500 boks makanan yang diantar untuk tenaga medis. Saya biasanya bertugas mengantar ke RS Ketileng dan RS Dr.Karyadi,” ungkapnya.
Meskipun menjadi relawan tenaga medis, ia juga menyempatkan diri untuk mencari penumpang seperti biasa.
Sama seperti Adhitya, Budiyono juga sangat memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku untuk mencegah penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan menggunakan GrabBike Protect.
Bahkan ia juga melengkapi dirinya dengan barang-barang yang dinilai dapat mencegah menyebaran Covid-19.
“Namun, alat itu (GrabBike Protect) bukanlah satu-satunya yang menjaga saya di jalanan. Saya juga diberikan masker, sarung tangan, hand sanitizer, desinfektan, jas hujan, serta penutup sepatu jika harus masuk ke dalam rumah sakit,” ungkapnya.
Meskipun banyak orang yang berpandangan barang-barang tersebut terkesan merepotkan, namun Budiyono memiliki pandangan lain. Ia menilai barang tersebut bisa menjadi wadah agar tetap memberikan keramahan dan kenyaman kepada para penumpang GrabBike.
“Kadang, hand sanitizer jadi pembuka obrolan saya dengan penumpang ‘maaf, pakai ini dulu ya sebelum naik’. Ada kalanya saya menawari penumpang masker untuk orang-orang yang enggak pakai. Yap, masih ada warga Semarang yang seperti itu. Mencoba ramah akan membawa saya dan penumpang ke dalam obrolan menarik sepanjang perjalanan,” ujarnya.
Dengan menerapkan kebiasaan normal baru, ia berharap agar penghasilan kembali seperti dulu kala.
“Dulu (sebelum pandemi), dalam kurun waktu 12 jam saya cukup beruntung bisa mendapatkan target pribadi per harinya. Malah ada kalanya lebih. Lalu, wabah datang dan semuanya berkurang,” tutupnya.