Traveloka dan Gojek Menata Ulang Strategi Cyber Security Hadapi New Normal
Cyber security mendapat tantangan dari Pandemi Covid-19 yang tidak pernah dihadapi sebelumnya.
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Hal senada diungkapkan Hilal Lone.
“Saat ini setiap perusahaan harus melihat ulang berbagai faktor, mulai dari perspektif bisnis sampai alokasi budget, agar dapat beradaptasi dengan kondisi saat ini,” ungkap Hilal.
Perusahaan perlu memangkas proses bisnis yang ada, dan pada saat bersamaan mengalihkan perhatian pada faktor-faktor yang krusial di era pandemi ini, termasuk di sisi cyber security.
Kembali ke Fundamental
Meski pandemi menimbulkan risiko baru, Hilal menyebut strategi cyber security tetap harus kembali ke hal fundamental, seperti klasifikasi data, access control, dan enkripsi.
“Kita harus bisa mengelola hal fundamental tersebut, sambil terus-menerus melakukan assessment terhadap teknologi dan pendekatan baru yang menyempurnakan faktor fundamental tersebut,” ungkap Hilal.
Poin yang sama juga diutarakan Hana.
"Kita harus kontinu melakukan monitoring dan auditing untuk menyempurnakan postur cyber security kita," ungkap Hana.
Perbaikan itu harus dilakukan di tiga komponen utama cyber security, yaitu Technology, Process, dan People.
"Meski menggunakan teknologi terkini, tetap akan percuma jika tidak dibarengi perbaikan di sisi Process dan People," tambah Hana.
Sementara Donald Teo, Channel Account Manager Imperva untuk Asia dan India, menyebut perusahaan bisa menilai postur IT Security-nya berdasarkan dari aliran data atau the path of data.
Contohnya mulai dari melihat risiko dari tahapan network, application, microservices, sampai data itu sendiri.
“Jadi kita harus bisa memonitor siapa saja yang bisa mengakses data dan data apa yang bisa diakses orang tertentu,” ungkap Donald.
Sedangkan Andang Nugroho meyakini, pandemi ini akan mengubah cara kita bekerja.