Aplikasi Logistik, Solusi Atasi Kendala Rantai Pasok Pedagang Tradisional FMCG saat Pandemi
data Euromonitor International 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama pandemi Covid 19, pedagang grosir dan eceran yang memasarkan komoditi jenis Fast Moving Consumer Goods (FMCG) ikut terdampak oleh kebijakan pembatasan usaha.
Kondisi ini menimbulkan kendala terhadap rantai suplai produk-produk FMCG.
Dampak ini perlu diatasi karena produk-produk FMCG termasuk di dalamnya kebutuhan bahan pokok tetap sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Menjawab kebutuhan itu, GudangAda, perusahaan startup berbasis aplikasi jual beli online pedagang grosir dan eceran FMCG B2B Indonesia, menghadirkan solusi bagi para pedagang tradisional FMCG di era digital.
Baca: Ralali Beri Layanan Berbasis Teknologi ke Usaha Grosir Hingga Warung Kelontong
“Di masa pandemi ini, GudangAda juga hadir sebagai solusi atas kendala rantai pasok FMCG akibat pandemi Covid-19 yang membantu menjaga ketersediaan produk FMCG untuk pemenuhan produk kebutuhan masyarakat sehari-hari dan lebih lanjut membantu para pedagang terdampak karena terbatasnya suplai akibat pembatasan fisik, sehingga dengan menggunakan GudangAda bisnis mereka tetap terjaga selama pandemi,” ujar Stevensang, Founder of GudangAda di acara diskusi virtual dengan media di Jakarta, Kamis (13/8/2020).
Kelangsungan aktivitas para pedagang tradisional memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data Euromonitor International 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India, dan Filipina berbelanja di toko kelontong.
Namun, saat ini ada beberapa kendala yang mereka hadapi. Kendala tersebut diantaranya biaya logistik yang tinggi dan kesulitan mendapatkan barang laku tepat waktu, terutama akibat dari pandemi Covid 19.
Dengan demikian, penting untuk memastikan pemenuhan suplai sampai ke warung-warung sehingga masyarakat tidak kesulitan dalam mengakses barang dan tentu mencegah instabilitas harga.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus menyarankan agar para pedagang tradisional ini tetap mengambil peluang-peluang di tengah pandemi agar tetap eksis dan tidak terkena dampak lebih lanjut dari pandemi.
Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi dan digitalisasi. Di era digital, kegiatan transaksi online menjadi hal yang tidak dapat dihindari.
"Peran B2B e-commerce maupun marketplace menjadi penting dalam membantu para pedagang tradisional untuk dapat memanfaatkan teknologi, dimana hal ini sejalan dengan himbauan pemerintah untuk melakukan konversi ke digital di masa pandemi untuk mengatasi masalah pada rantai suplai," ujarnya.
Dia menambahkan, digitalisasi mampu mengatasi hambatan pada sisi supply chain sehingga kendala pelaku usaha ritel konvensional dapat lebih mudah teratasi.