Bisnis Logistik Berbasis Teknologi Anteraja Kini Jadi Lumbung Pendapatan Baru Bagi ASSA
Dengan dukungan teknologi digital yang real time, layanan Anteraja memberi manfaat lebih bagi klien, terutama bagi klien korporasi.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis jasa pengiriman kargo ekspres dan layanan logistik berbasis teknologi Anteraja, kini jadi sumber pendapatan baru bagi PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) untuk mendulang rupiah.
Kondisi pandemi yang mendorong aktivitas belanja ritel dan transaksi online ikut mendongkrak bisnis Anteraja yang baru diluncurkan perseroan bulan Maret 2019 lalu.
Dalam paparan hasil RUPSLB ASSA via streaming dengan media di Jakarta, Rabu (19/8/2020), Prodjo Sunarjanto, Presiden Direktur ASSA mengatakan, sampai akhir tahun 2020 ini, bisnis Anteraja diproyeksikan bisa memberi kontribusi pendapatan bagi ASSA hingga 25 persen.
"Sampai akhir 2020, kontribusi terbesar masih dari penyewaan kendaraan, dan disusul dari bisnis kiriman ekspres dan logistik Anteraja yang kami harap kontribusinya dari total pendapatan sekitar 25 persen," ungkapnya.
Prodjo menjelaskan, dengan dukungan teknologi digital yang real time, layanan Anteraja memberi manfaat lebih bagi klien, terutama bagi klien korporasi.
"Dengan layanan Anteraja, ke depan pengelolaan cost delivery bisa ditingkatkan, pengiriman paket dan dokumen bisa dikontrol secara real time bisa dilihat langsung dari aplikasi termasuk terkait dokumen dan bukti pengiriman," jelasnya.
Prodjo menambahkan, ke depan pihaknya akan terus mengembangkan aplikasi Anteraja dan saat ini sudah ratusan user meski baru memulai dari segmen bisnis ini dan diharapkan bisa berkontribusi terhadap layanan Anteraja.
Anteraja merupakan bisnis logistik ASSA dengan konsep end-to-end logistics yang didirikan di tahun 2019 dan dikelola oleh anak usaha ASSA bernama PT Tri Adi Bersama yang merupakan perusahaan penyedia layanan express delivery (dari first mile sampai last mile) berbasis teknologi.
Baca: Perluas Jangkauan Pasar, Tales of Basic Resmi Bangun Kolaborasi dengan Anteraja
Prodjo menyebutkan, Anteraja memiliki layanan yang berbeda dari kompetitornya yaitu penjemputan produk di tempat pengirim atau penjual dalam waktu yang cepat, tanpa minimum volume barang yang dijemput.
Baca: SiCepat Kenalkan HaLu, Kiriman Paket Berbiaya Murah dengan Tarif Mulai dari Lima Ribuan
Anteraja juga memberikan layanan “real time tracking” dimana selama proses operasional berlangsung maka status pengiriman akan otomatis terupdate agar memudahkan pelacakan paket/dokumen yang
dikirim.
Baca: Aplikasi Logistik, Solusi Atasi Kendala Rantai Pasok Pedagang Tradisional FMCG saat Pandemi
"Bisnis ASSA ditopang oleh bisnis baru yang baru dimulai tahun lalu. Seperti Anteraja yang dimulai di bulan Maret," sebutnya.
Mulai tahun 2020, ASSA juga melengkapi layanan car sharing di bawah platform aplikasi Share Car.
Baca: Ada PSBB, Kiriman Paket Ninja Xpress Naik Dua Kali Lipat
Perseroan terus berinovasi dengan mengembangkan platform aplikasi digital online car
marketplace dan membentuk anak usaha bernama Caroline dimana customer dapat membeli
dan menjual kendaraan mereka melalui website www.caroline.id.
25.000 Armada
Saat ini ASSA sebagai grup perusahaan memiliki 25 ribu armada kendaraan di bisnis rentalnya dengan didukung 4.000 pengemudi dengan 44 jaringan bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih dari 1.800 klien perusahaan di seluruh Indonesia.
Untuk mendukung bisnis penjualan mobil bekas, pada tahun 2019, ASSA telah mengakuisisi PT
JBA Indonesia (JBAI) yang merupakan satu perusahaan pionir lelang otomotif di Indonesia dan
menjadi anak usaha ASSA dan kini berubah namanya menjadi JBA BidWin Auction.
Prodjo menyebutkan, JBA BidWin Auction kini telah menjadi balai lelang otomotif terbesar di Indonesia dengan kantor lelang yang tersebar di seluruh Indonesia dimana lelang bisa dilakukan secara offline maupun online.
Kinerja
Prodjo menjelaskan, pihaknya belum bisa menyajikan laporan keuangan untuk kinerja perseroan di semester II karena belum selesai pembuatannya oleh auditor.
Dia beralasan laporan keuangan tersebut akan digunakan untuk kepentinga rights issue.
"Saat ini masih diselesaikan oleh auditor kami untuk semester II ini secara final dan sekarang belum final. Dari tentative number, mestinya semester II ini kena pandemi mulai Maret sampai April beberapa sektor bisnis tertekan. Tapi memasuki Juni sudah mulai peak up lagi," bebernya.
Terkait modal, kondisi pandemi sedikit memberi pengaruh bagi bisnis perseroan.
"Modal kita sebagian besar untuk pembelian mobil baru. Tapi akibat pandemi ini pembelian mobil baru kita masih di bawah target. Sampai kuartal I 2020 baru Rp 150 miliar. Memasuki semester II ini belanja (pembelian mobil baru) kami tidak terlalu besar," kata dia.
Rights Issue
Hasil RUPSLB ASSA hari ini menyetujui rencana rights issue oleh perseroan yang dananya akan digunakan sebagai modal untuk pengembangan bisnis perseroan ke depan.
Perseroan telah memperoleh persetujuan untuk melakukan aksi korporasi berupa Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights Issue yang diharapkan dari pemegang saham yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini.
“Kami berharap aksi korporasi berupa rights issue ini dapat berkontribusi pada peningkatan pendapatan usaha dan nilai aset Perseroan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham,” ujar Prodjo.
Jika semua berjalan sesuai rencana, dana hasil aksi korporasi ini nantinya juga akan digunakan untuk memperbesar kapasitas bisnis kurir (express courier) melalui Anteraja dan juga Titipaja sebagai inisiatif terbaru dalam mewujudkan fasilitas e-fulfillment menuju end- to-end logistics.
“ASSA menargetkan untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,13 miliar lembar saham baru
dengan nilai nominal sebesar Rp 100 per saham yang terbit dari hasil penukaran obligasi
konversi,” imbuh Prodjo.
Prodjo menjelaskan, jika pemegang saham tidak melakukan haknya, maka kepemilikan sahamnya akan terdilusi maksimal sebesar 25%. Rencana rights issue ini akan dilaksanakan oleh ASSA setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
RUPSLB Perseroan juga telah menyetujui perubahan sususan Dewan Komisaris Perseroan atas wafatnya (Alm.) Thomas Honggo Setjokusumo selaku Komisaris Independen Perseroan pada tanggal 17 Januari 2020.