YouTube Perpanjang Blokir Channel Trump, Monetisasi Akun Giuliani Juga Dihentikan Sementara
Giuliani membuat konten mengenai klaim palsu tentang penipuan pemilih yang meluas dalam Pemilu AS 2020.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Juru Bicara YouTube Ivy Choi mengumumkan bahwa channel milik Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) akan tetap diblokir, tanpa menentukan kapan kebijakan ini akan dicabut perusahaan.
"Mengingat kekhawatiran tentang potensi kekerasan yang sedang berlangsung, channel Donald J Trump akan tetap diblokir. Tim kami tetap waspada dan memantau perkembangan baru secara cermat," kata Choi, dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari Sputnik News, Rabu (27/1/2021), pengumunan kelanjutan pemblokiran ini dilakukan tanpa memberikan jadwal 'kapan berakhirnya'.
YouTube juga akan membatasi sementara program monetisasi platform ini bagi Pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani dan membuat Giuliani tidak dapat menghasilkan uang dari konten yang ia buat.
Menurut Choi, larangan monetisasi terhadap konten yang dibuat Giuliani terjadi karena adanya 'pelanggaran berulang' terhadap kebijakan Youtube.
Baca juga: Suka Ejek Conor McGregor, Youtuber Dapat Wanti-wanti dari Mike Tyson
Giuliani membuat konten mengenai klaim palsu tentang penipuan pemilih yang meluas dalam Pemilu AS 2020.
Pengacara ini disebut dapat mengajukan kembali permohonan untuk program monetisasi tersebut setelah masa 30 hari, jika masalah yang terkait dengan akunnya ini telah diselesaikan.
Baca juga: DPR AS Sampaikan Artikel Pemakzulan Mantan Presiden Donald Trump ke Senat
Perlu diketahui, setelah dituding melakukan hasutan pemberontakan, karena memicu kerusuhan pada 6 Januari di Capitol Hill AS, akun maupun channel Trump diblokir dari platform media sosial arus utama.
Termasuk akun pribadinya yang paling populer di Twitter, telah diblokir secara permanen oleh raksasa media sosial itu.
'Pengasingan Trump' dari media sosial ini terjadi karena ia enggan bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di Capitol yang telah menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi.
Trump kemudian bersikeras bahwa dirinya tidak pernah menginginkan kebrutalan terjadi di jalan-jalan AS.