Sektor Industri Butuh Banyak Talenta AI dan Data Science, Lulusan Kampus Belum Mencukupi
Laporan The Future Job of Report 2020 oleh World Economic Forum mendapati terjadinya adopsi teknologi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia terbukti telah mengakselerasi adopsi teknologi digital yang lebih cepat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Hal itu membuat kebutuhan talenta di bidang teknologi khususnya data science dan AI kian meningkat dan mendesak lantaran lulusan dari kampus masih belum mencukupi.
Laporan The Future Job of Report 2020 oleh World Economic Forum (WEF) mendapati terjadinya adopsi teknologi oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia.
"Hal ini mengindikasikan tentang mendesaknya kebutuhan pekerja antara lain di bidang data science dan analytics, artificial intelligence (AI) dan machine learning specialist, big data analytics, internet of thing (IoT) specialist, serta digital marketing specialist," ungkap Nadia Alatas, pemenang Women in ICT-Channel Asia Award 2020, pada kuliah umum di Universitas Negeri Semarang (UNNES), baru-baru ini di Semarang.
Laporan Bank Dunia berjudul ”Prospek Ekonomi Indonesia : Mempercepat Pemulihan” yang dirilis pada Juni 2021 juga menyoroti tentang masih minimnya lapangan kerja yang layak dan berkualitas untuk mendorong pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia.
Baca juga: BI Sebut Pembayaran Digital via QRIS Meningkat 32,5 Persen Saat PPKM Darurat
Dari sisi permintaan, ada ketidakselarasan (mismatch) antara kapasitas angkatan kerja berpendidikan tinggi dengan kebutuhan industri. Gelar diploma atau sarjana tidak lagi menjadi jaminan, jika tidak mampu mengikuti cepatnya dinamika industri.
Baca juga: Matrix NAP Info Operasikan Data Center Berkapasitas 600 Rack dengan Uptime 99,982 Persen
Laporan ini merekomendasikan strategi reformasi untuk mengatasi tantangan terkait pekerjaan antara lain, melengkapi tenaga kerja Indonesia untuk memiliki pekerjaan kelas menengah dengan berinvestasi dalam membangun sistem pembelajaran dan pelatihan serta berbagai program untuk meningkatkan keterampilan pekerja.
Baca juga: Google Hapus 9 Aplikasi di Play Store, Ketahuan Suka Nyolong Password Facebook Pengguna
Laporan tersebut juga mendorong lebih banyak perempuan ambil bagian dalam angkatan kerja dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan.
Nadia, yang juga finalis pada Women in ICT - Channel Asia Award 2021 ini, menekankan perlunya lulusan perguruan tinggi bahkan karyawan perusahaan melakukan up-skilling dan re-skilling agar cepat beradaptasi dengan kebutuhan pasar industri yang mengadopsi teknologi mutakhir.
Baca juga: Ingin Views Instagram Reels Meningkat? Kuasai Trik Berikut Ini!
Sebab, menurutnya, masih ada kesenjangan yang lebar antara kebutuhan industri atas talenta di bidang data science & AI dengan ketersedian yang disiapkan dunia pendidikan. Perguruan tinggi mempunyai tantangan guna menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri.
“Data Academy menyiapkan training, sertifikasi, standarisasi, serta mendampingi perguruan tinggi dalam menyusun kurikulum dan riset data science & AI. Sekaligus menyediakan program magang dan perekrutan. Semua itu dalam rangka mendekatkan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri,” Kata Nadia.
Founder Data Academy, perusahaan pembelajaran dan pelatihan bidang Data Science & AI ini menambahkan, pandemi kian mendorong masyarakat semakin mengandalkan platform digital seperti Tokopedia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bertransaksi online bisa menjadi alternatif untuk mengurangi penyebaran virus di tempat ramai. Fenomena ini turut mendorong jumlah pengguna aktif bulanan Tokopedia yang meningkat lebih dari 10 juta, dari 90 juta pada awal pandemi menjadi 100 juta pada Mei 2021.
Pandemi juga menjadi momentum bagi para pegiat usaha lokal, khususnya UMKM lokal, untuk beradaptasi dan mencapai lebih lewat kanal digital.
“Dari jumlah penjual yang tergabung di Tokopedia saat ini menjadi lebih dari 11 juta penjual, hampir 100 persennya adalah UMKM bahkan 94 persennya penjual berskala ultra mikro," ujarnya.
Artinya ada peningkatan sebesar lebih dari 3,8 juta dari 72 juta penjual sejak sebelum pandemi Januari 2020 lalu. Berbagai kenaikan ini berbanding lurus dengan kebutuhan akan talenta digital yang semakin tinggi, termasuk di bidang Data Science dan AI.
"Kondisi pandemi telah membuat digitalisasi dan teknologi bukan lagi sekadar nilai tambah, tetapi berkembang pesat emnjadi sebuah kebutuhan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” kata Head of Data Analytics, Business Intelligence Tokopedia Charlie Tjandra.
Kebutuhan talenta Data Science & AI ternyata juga bukan sekedar dibutuhkan oleh perusahan digital, tapi sudah makin merata ke semua perusahaan bahkan organisasi pemerintahan dan layanan publik. Otomatisasi sudah menjadi pilihan perusahaan agar lebih efisien dan kompetitif serta terus berkembang.
Perusahaan yang bergerak di sektor non teknologi seperti tambang, kesehatan, asuransi bahkan pemerintahan dan layanan publik juga tak ketinggalan ikut mengadopsi teknologi mutakhir termasuk Data Science & AI serta internet of thing (IoT).
Menurut Rio Novrianti, General Manager internet of thing (IoT) Business Operation dan Analytics Telkomsel, perpaduan Data Science & AI dengan IoT akan memperkuat berjalannya otomatisasi dan analytics.
"Jauh sebelum pandemi, kami dari Telkomsel sudah banyak menyiapkan teknologi IoT bagi banyak perusahaan. Salah satunya bersama Cybertrend sebagai penyedia layanan Data Science & AI menerapkan data science dan machine learning di salah satu perusahaan tambang besar di Indonesia," ujar Rio.
Hal itu diterapkan di aspek logistik dengan integrasi implementasi IoT, untuk memprediksi pemeliharaan dan keselamatan jalan (road maintenance & safety) bagi kendaraan berat, memprediksi ketersediaan sparepart, mengoptimasi penggunaan bahan bakar dan ban kendaraan, hingga menurunkan angka kasus kecelakaan.
Nadia yang juga founder Cybertrend menyatakan hingga saat ini Cybertrend masih merasakan bahwa potensi pertumbuhan talenta di bidang teknologi, baik secara kualitas maupun kuantitas, sangat tinggi.
“Hal inilah yang mendorong kami untuk mendirikan Data Academy dengan berkerja sama dengan perguruan tinggi agar mempercepat ketersedian talenta data science & AI dari dalam negeri,” lanjut Nadia.
Beruntung, kini banyak perguruan tinggi sudah mulai menyadari hal ini, antara lain Universitas Parahyangan (Unpar) di Bandung.
“Data Science & AI merupakan teknologi teraktual yang digunakan hampir semua bidang, maka mengenalkan teknologi ini serta menaikkan keterampilannya menjadi bagian program pelatihan bekerja sama dengan lembaga pembelajaran," ujar Dr. Erwina, Ketua Program Studi Matematika dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Melalui program-program tersebut, diharapkan bukan hanya alig pengetahuan semata, tetapi menjadi pengalaman dalam penerapannya. "Yang tidak kalah penting adalah menyiapkan sertifikasi agar diakui industri ketika menyelesaikan perkuliahan," ujar Dr Erwina.