Demi Tingkatkan TKDN, Indonesia Perlu Penguasaan Teknologi dan Inovasi
Penguasaan teknologi, inovasi dan layanan jadi kata kunci BPPT mendorong percepatan pembangunan bangsa, peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah saat ini terus mendorong upaya agar industri nasional bisa mandiri dan berdaya saing, khususnya pada bidang teknologi pertahanan dan keamanan, maritim serta manufaktur.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui kaji-terap teknologi.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menegaskan bahwa untuk mempercepat pembangunan bangsa, tentunya diperlukan penguasaan teknologi dan inovasi.
Inilah yang tengah didorong lembaganya untuk mendukung peningkatan TKDN dalam menghasilkan produk inovasinya agar Indonesia mampu mandiri dan berdaya saing.
"Penguasaan teknologi, inovasi dan layanan menjadi kata kunci bagi BPPT dalam mendorong percepatan pembangunan bangsa, peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa untuk menghela pertumbuhan ekonomi," ujar Hammam, dalam virtual talk show bertajuk 'Inovasi Teknologi untuk Mendukung Peningkatan TKDN Menuju Industri yang Mandiri dan Berdaya Saing Di Bidang Teknologi Hankam, Maritim dan Manufaktur', Rabu (18/8/2021).
Baca juga: Permintaan Banyak Tapi Stok Minim, BPPT Gelar Donor Plasma Konvalesen dan Darah
Ia kemudian menyebutkan bahwa pihaknya telah mengambil peranan dalam upaya pengembangan sederet inovasi bidang manufaktur, maritim serta pertahanan dan keamanan.
Untuk manufaktur, pihaknya telah mengembangkan Light Rail Transit (LRT) yang bekerja sama dengan PT INKA, begitu pula dalam keterlibatan untuk proyek kereta api cepat.
"Di bidang manufaktur, BPPT telah berperan dalam mengembangkan inovasi inovasi diantaranya mengembangkan teknologi perkeretaapian, berkolaborasi dengan PT INKA, BPPT telahmengembangkan kereta Light Rail Transit (LRT) serta desain kereta api cepat," kata Hammam.
Selanjutnya, dalam bidang manufaktur ini, lembaga kaji terap teknologi itu juga terlibat dalam proses pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
"Selain itu, saat ini juga dalam proses pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai," jelas Hammam.
Baca juga: BPPT Sebut Pesawat N219 Amphibi Cocok di Negara Kepulauan Seperti Indonesia
Ada pula inovasi lainnya di bidang yang sama yakni proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
"Di bidang ini juga, pilot project PLTSa yang pertama di Indonesia telah beroperasi di Bantargebang, hasil kerja sama BPPT denganDinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta," tutur Hammam.
Lalu untuk mendukung pengembangan KBLBB, pihaknya pun meluncurkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), berkolaborasi dengan perusahaan pelat merah PT Pertamina (Persero).
"Baru-baru ini juga BPPT bersama Pertamina meluncurkan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dalam rangka mendukung pengembangan Eectric Vehicle (EV), Kendaraan Bermotor Listrik Berbasid Baterai," tutur Hammam.
Kemudian pada kebencanaan, ada inovasi InaTEWS yakni alat pendeteksi dini tsunami yang telah terpasang di beberapa perairan Indonesia.
Hammam menambahkan, di bidang maritim, lembaganya telah menghasilkan inovasi seperti wahana angkut ALPO, Harbour Tug Fual Fuel, Mini LNG Carrier dan InaBuoy yang terkait dengan deteksi dini tsunami.
Sedangkan untuk bidang Pertahanan dan Keamanan (Hankam), BPPT bersama anggota konsorsium lain seperti Kementerian Pertahanan, TNI Angkatan Udara (AU), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Institut Teknologi Bandung (ITB), PT Dirgantara Indonesia (DI), dan PT LEN mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE).
"Kita semua dalam satu konsorsium ini mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Medium Altitude Long Endurance (MALE). Kita mengharapkan Puna MALE ini melaksanakan demo flight dalam waktu dekat ini dan dapat beroperasi secara otomatis dengan daya tahan terbang lebih dari 24 jam, menjangkau 250 km," pungkas Hammam.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa upaya peningkatan kapasitas dan potensi riset inovasi, selama ini telah mendapatkan dukungan pemerintah melalui regulasi.
"Selama ini pemerintah sangat mendukung upaya untuk peningkatan kapasitas dan potensi riset, khususnya dari sisi regulasi," kata Tri Handoko.